Bab 07 khawatir..

20.2K 2.4K 34
                                    

Melati menghela nafasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melati menghela nafasnya. Dia tidak bisa tidur. Setelah melihat Vino membawa pulang Angga tanpa pamit membuat hatinya tidak tenang. Sejak tadi dia masih memikirkan Angga. Anak itu baru kali ini hanya berdua dengan Vino. Tidak ada pengasuh atau mamanya Vino. Bisakah pria itu merawatnya?

Hati Melati gundah dan resah. Sejak tadi dia hanya berbaring resah di atas kasur. Padahal hari sudah sangat larut. Tapi matanya tidak mau terpejam sedikitpun.

Melati akhirnya beranjak bangun. Dia terduduk di atas kasur. Menyibak selimut yang menyelimutinya. Dia melirik ponsel yang ada di atas nakas. Haruskah dia melakukan ini?

Tapi sebelum dia berubah pikiran lagi, dia segera menyambar ponsel itu dan langsung memencet nomor seseorang. Dia langsung menelepon orang itu.

"Halo...hoaaahhh mbak ini pukul berapa?"

Suara mengantuk di ujung sana membuat Melati sedikit tersenyum. Dia selalu mengganggu Igo. Padahal sepertinya malam ini pria itu pasti susah tertidur pulas.

*****

"Kamu gila mbak."

Suara Igo tidak di pedulikan Melati. Dia sudah duduk manis di dalam mobil Igo. Dia memaksa Igo untuk bangun dan malam ini mencari alamat rumah Vino. Sungguh bodoh memang.

Mobil berjalan melintasi jalanan yang sudah sepi. Hujan baru saja mengguyur malam ini, dan menyisakan gerimis yang masih tampak di kaca mobil.

"Aku khawatir Go."

Ucapannya itu memang tulus. Dia sangat khawatir dengan Angga. Tidak mungkin Vino bisa mengurus bocah itu sendiri.

"Dan sekarang udah ketemu belum?"

Igo menoleh kepadanya membuat Melati langsung mengangguk.

"Di jalan Mataram Go. Depan angkringan. Rumah warna ijo."

Igo mengangguk dan fokus lagi ke jalanan. Pukul dua dini hari begini memang jalanan di Yogya ini sudah sangat sepi.

"Lah mbak tahu dari siapa rumahnya Mas Vino?"

Melati kini menatap Igo dan menunjuk ponselnya.

"Aku kemarin tahu kalau Vino bertugas di polres dan ternyata aku punya teman di sana yang kenal sama Vino. Ya udah aku tanya. Dia kasih tahu."

Jawabannya membuat Igo mengernyitkan keningnya. Tapi pria itu bisa bertindak efisien. Tidak pernah menanyakan lagi apa yang menjadi pertanyaannya.

Mobil Igo berhenti persis di depan angkringan yang masih buka.

"Itu mbak?"

Igo langsung menunjuk rumah warna hijau dengan lampu temaram itu. Rumah minimalis yang sangat manis. Pikir Melati sebelum dia mengangguk ke arah Igo.

Igo langsung mematikan mesin dan mengikutinya turun dari mobil.

"Monggo mbak. Mau nasi kucing apa susu jahe?"

Suara pemilik warung angkringan itu membuat Melatu tersenyum. Mobil Igo memang berhenti tepat di depan angkringan.

"Wah aku mau susu jahe. Mbak aja yang masuk ke dalam ya mbak? Aku mau di sini dulu. Laper nih."

Tentu saja Melati langsung memberengut ke arah Igo. Pria itu selalu saja kalau melihat makanan membuatnya teralihkan.

"Ya udah kamu di sini. Tunggu aku ya?"

Igo langsung mengangguk dan tersenyum senang.

"Lek, susu jahe satu ya?"

"Nggeh mas."

Melati menghela nafasnya. Lalu menatap rumah yang kini ada di depannya. Ada pagar pendek yang mengelilingi rumah itu.

"Mbaknya cari siapa to?"

Penjual angkringan itu menuang susu di atas gelas dan kini menatap Melati. Sedangkan Igo sudah duduk di depan gerobak dan sudah memakan sate usus.

"Pemilik rumah ini pak. Ada ya?"

Penjual itu langsung mengangguk.

"Owh cari Pak Vino? Ada kok. Tadi sama anaknya yang dari Jakarta, habis minum susu jahe di sini. Ehm lha mbaknya ini?"

Melati langsung melihat tatapan penasaran dari penjual angkringan itu.

"Owh saya adiknya pak. Permisi saya mau masuk dulu ya."

"Owh nggeh Monggo."

"Mbak aku di sini ya?"

Melati hanya mengangguk kepada Igo dan penjual angkringan itu. Melati langsung membuka pintu pagar dan melangkah masuk. Jantungnya berdegup begitu kencang saat langkahnya sampai di teras rumah itu.

Dia menahan nafasnya saat memencet bel yang ada di samping pintu persis.

Melati menoleh kebelakang lagi. Ke arah gerobak angkringan yang malam ini tetap rame. Banyak yang lesehan di atas trotoar yang di beri tikar untuk tempat duduk. Sedangkan Igo sendiri sudah asyik menyesap susu jahenya.

"Melati?"

Suara itu mengagetkan Melati. Dia langsung berbalik lagi dan kini mendapati Vino yang sudah berdiri tegak di ambang pintu. Pria itu tampak berbeda. Hanya mengenakan kaos oblong putih dan celana pendek selutut. Rambutnya acak-acakan dan matanya memerah. Terlihat benar-benar baru saja bangun tidur.

"Owh..ehm aku...ehmm.."

Melati mengusap tengkuknya dan tidak tahu harus mengucapkan apa. Tapi Vino sudah membuka pintu rumahnya dengan lebar. Lalu menarik Melati untuk masuk ke dalam rumah.

"Kamu ke sini sama siapa? Udah malam banget."

Vino langsung menutup pintu dan kini menatap Melati yang masih tampak bingung.

"Ehm ada Igo di luar."

Melati kini menunjuk pintu yang tertutup itu. Dan membuat Vino menyipitkan matanya.

"Owh. Jadi kamu habis pulang pacaran sama pacarmu itu dan kemaleman?"

Pertanyaan sinis itu membuat Melati langsung menatap Vino dengan kesal.

"Kenapa tidak cari hotel saja kalau kema..."

"Vin. Aku khawatir sama Angga!"

Teriakannya membuat Vino menghentikan ucapannya. Lalu dia menatap Vino yang tampaknya terkejut dengan informasi itu.

Tapi kemudian tatapan Vino melembut. Pria itu kini melangkah mendekati Melati.

"Kamu khawatir sama Angga?"
Suara Vino lebih lembut saat ini. Dan tentu saja Melati langsung mengangguk.

Vino langsung mengulurkan tangan untuk mengusap rambutnya.

"Makasih ya? Angga saja tadi rewel. Mungkin dia tidak terbiasa berpisah dengan Mama. Dan yah baru saja bisa tidur."

Melati langsung merasa iba.
"Sekarang sudah bobok?"

Vino mengangguk. Pria itu tampak lelah.

"Udah. Tapi ya rewel dulu."
Vino sudah melangkah lagi lebih dekat kepadanya. Dan itu membuat Melati gugup. Pria itu tampak menatapnya lekat.

"Makasih ya udah peduli sama Angga."

Melati mengangguk. Dia tidak bisa berkutik untuk saat ini. Tubuh Vino begitu dekat. Dan dia bisa menghirup wangi tubuh Vino. Itu membuatnya rapuh. Wangi yang selama ini selalu dirindukannya. Dan ketika tangan Vino menariknya untuk mendekat lalu memeluknya erat. Melati sudah tidak bisa bergerak sedikitpun.

Bersambung

Komentar yuk sepi nih

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang