Bos (One Shot)

28.5K 2.2K 1.4K
                                    

"Masih inget kantor kamu?" nada lembut itu menyambut Seongwoo yang baru saja duduk di kursinya.

Pria yang tengah memakai kameja pink itu nyengir sambil garuk tekuknya yang tidak gatal. Dia malu, Tapi selagi ada kepentingan yang gak bisa dia tunda, Seongwoo terpaksa bolos kerja. Namun parahnya, kali ini dia bolos dua hari. Bagaimana mungkin, si bos yang usianya setahun lebih muda darinya itu gak negur dia.

"Kamu kalau gak niat kerja, bikin surat resign aja entar saya tanda tangan." kata si bos lagi, menatap Seongwoo sambil berasikedap dada dan nyandar ke meja Ka Jeni yang berada depan mejanya.

"Maaf pak! Kemarin agak gak enak badan gitu..." alasan Seongwoo tak yakin.

"Udah ke dokter?"

"Udah kok pak. Langsung ke rumah sakit kemarin. Sekarang agak mendingan, hehe."

"Oh... Saya baru tau kalau senayan pindah fungsi jadi rumah sakit."

Senyum palsu Seongwu luntur sudah. Dia pelan-pelan nunduk. Kali ini wajahnya benar-benar harus diselamatkan.

"Pokoknya sekali lagi kamu bolos dan berani bohong ke saya, saya bisa ajuin surat pemecatan ke HRD."

Seongwoo melotot kaget, "J-jangan dong, Pak. Saya kan karyawan baru, kalau cv saya jelek entar nyari kerja susah lagi."

Si bos melihat Seongwoo sanksi, kemudian tersenyum yang hanya menarik sebelah sudut bibirnya, mengejek. "Kenapa gak bilang iya? Kenapa malah memohon? Ada niat ngulangin lagi ya?"

Seongwoo menggeleng cepat.

"Hng, Dasar!" gerutu si bos sambil berlalu menuju ruangannya.

***

"Kamu itu ketempelan ririwa apasih, Ong?" Tanya Mbak Sena gak habis pikir. "Kok tiap bohong pasti aja ketauan ama Bos."

Ong Seongwoo, pria 23 tahun itu merengut sambil terus fokus pada komputer di depannya. Kemarin dia memang menonton konser artis favoritnya di senayan, antrinya dari pagi sampai malam, hari berikutnya dia kecapean dan tepar di rumah temannya.

"Emang si Bosnya aja keturunan dedemit, jadi mahir gentayangan ngintilin aku," balasnya masih sebal.

"Emang pengajuan cuti lo yang minggu lalu itu nggak di-acc?" Ka Jeni, wanita yang lebih tua satu tahun darinya itu bertanya. Tanpa melihat Seongwoo karena lagi sibuk beresin mejanya. Ka Jeni itu cantik, gayanya keren, masih ngikutin tren anak ghaol jaman sekarang. Makanya, di antara mereka cuma dia yang pake bahasa lo-gue.

"Gimana mau di-acc, aku minta tanda tangan si Daniel aja dia malah bilang gini 'kamu mau cuti? Emang udah berapa taun kerja di sini? Udah bisa apa aja? Buat laporan sekali jadi bisa gak? Pernah gak saya gak nyuruh kamu revisi? Kalau gak, berarti kerja kamu belum becus, jadi gak usah sok-sokan ngajuin cuti', sepat banget dah mulutnya," Seongwoo ngedumel, menirukan gaya bicara si bos dengan melebih-lebihkan intonasinya.

"Pak Daniel gak segitunya juga ka Ong, lagian dia bener loh soal kak Ong yang bandel dan suka bohong itu. Di sini karyawan yang gitu cuma ka Ong doang," Fitri, si bungsu di devisi mereka menyibakan rambut panjangnya ke belakang sambil berkaca di layar komputer. "Pak Daniel sebentar lagi pasti selesai meetingnya, aku beliin makan siang kali ya?" dia berbicara sendiri. Menandakan betapa si cantik itu menyukai bos galak mereka.

"Belain aja terus. Emang kapan dia salah di mata lo, Fit?" tanya Ka Jeni ilfiil. "Kemarin aja waktu Mbak Sena sakit, proposal semua dikasih ke gue, udah gue kerjain nyampe tengah malem, masih aja nyuruh revisi."

"Ya kalau bukan lo, Ka, terus siapa lagi?" balas Fitri tak mau kalah. Cuma dia dan Seongwoo yang bisa ngeladenin ka Jeni pakai bahasa serupa.

"Gue bukan masalahin job-nya. Tapi revisinya, seenggaknya dia hargain lah. Itu bukan bagian gue, salah dikit-dikit ya dia benerin dong?! Atau seengganya kasih tau baik-baik bagian mana yang mesti gue revisi, bukan malah ngamuk-ngamuk."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(COMPLETED) D A Y [OngNiel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang