Kamu

18 0 0
                                    


Dia banyak bercerita tentangmu. Dia bilang, dirimu pendatang baru di kota ini. Dia bilang, dirimu masih single. Oh, benarkah? Usiamu sekarang tak lagi muda menurutku, terlebih lagi dengan wajahmu yang menawan, kemudian pekerjaan dan jabatanmu di sini, bukankah hal mudah untukmu untuk memilih pasanganmu? Pasangan yang bisa mendampingi dirimu. Apa yang membuatmu betah hidup melajang? Menunggu seseorangkah? Atau kau belum menemukan wanita yang sesuai dengan kriteriamu? Dia juga bercerita kalau kamu gemar bermain basket, olahraga yang sering kutonton secara langsung di gor. Dari cerita itu saja, aku mulai tertarik denganmu. Terlebih setelah kutahu bahwa dirimu menyukai basket. Dia menyebutkan namamu. Segera setelah itu, aku mencari tahu tentangmu.


Aku menemukan media sosialmu. Aku menemukan banyak fotomu di sana. Foto-fotomu bermain basket dengan teman-temanmu dan salah satu temanmu itu adalah legenda basket, aku mengenalnya. Oh, apakah kamu dulunya seorang atlet juga? Batinku. Aku berselancar lebih jauh di akunmu. Aku semakin yakin, pekerjaan dan penghasilanmu sepertinya tidak main-main, bagi orang biasa sepertiku. Dalam akunmu, aku juga menemukan beberapa foto barang-barang koleksimu dengan merk ternama yang kutahu itu harganya mahal bagiku. Apakah barang-barang itu memang hobimu atau hanya sekedar tuntutan pekerjaan yang mengharuskanmu berpenampilan parlente? Lebih jauh lagi, aku menemukan foto keluargamu, ayah dan ibumu. Mereka tampak sederhana. Sepertinya mereka dulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Dan entah mengapa aku bisa menyimpulkan kalau dirimu tumbuh dari keluarga sederhana yang hangat. Aku salah mengira. Awal melihat foto-fotomu dan cerita dari dia, ku kira kamu berasal dari keluarga kalangan atas yang sudah lebih dulu terpandang, tapi ternyata tidak. Sepertinya apa yang kamu raih sekarang ini benar-benar merupakan hasil jerih payah kerja kerasmu. Aku kagum. Yang membuatku lebih terkagum lagi adalah unggahan fotomu saat beribadah dan beberapa pengetahuan tentang agamamu dan pelajaran tentang kehidupan yang kamu bagi. Mungkin bagi beberapa orang yang tidak mengenalmu dekat akan menganggap itu hanya pencitraan, tapi menurutku tidak. Semenjak kamu pindah di kota ini, kata dia, kebijakanmu tentang kegiatan ibadah semakin banyak, seperti bagi muslim, diadakannya sholat jumat di tempatmu bekerja agar karyawan dan tamu yang datang tidak kesulitan mencari tempat untuk sholat jumat, sholat tarawih saat ramadhan tiba, pengajian di hari tertentu, tidak menghalangi atau mempersulit karyawan yang beragama lain untuk beribadah, bahkan memberi mereka kelonggaran tertentu, dan hal itu tidak pernah terjadi sebelum dipimpin olehmu. Dunia pekerjaanmu sangatlah dekat dengan hal-hal 'bebas', tapi aku salut kamu tetap bisa amanah dalam ibadahmu. Tidak banyak orang yang seperti itu menurutku di jaman sekarang. Dan sepertinya semakin aku mencari tahu tentangmu, semakin aku jatuh hati padamu.

Satu hal lagi yang membuatku jatuh hati. Ku baca komentar-komentar tentangmu di kolom komentar dari teman-temanmu. Mereka banyak memberi komentar positif dan ada beberapa terang-terangan menjadikanmu idola dan panutan mereka. Kamupun membalas komentar mereka dengan kata-kata sopan juga dan ada nada hormat pada sang pemberi komentar. Satu balasan komentar darimu ada yang membuatku semakin jatuh hati, yaitu balasan komentarmu yang menolak ajakan 'minum' dari salah satu temanmu. Ya, ajaran agama kami melarang kami untuk minum minuman beralkohol dan kamu masih berpegang teguh ajaran itu, padahal duniamu dekat dengan hal seperti itu. Dunia bisnis seperti itu sangatlah dekat dengan sajian minuman beralkohol, apalagi saat berada di pesta-pesta yang diadakan oleh rekanan bisnis atau pertemuan bisnis untuk mencapai kata sepakat, dan kamu memilih untuk tidak menyentuhnya sama sekali. Aku salut.


Aku jatuh hati padamu, karena keimananmu, melihatmu yang sangat menyayangi orangtuamu, melihatmu yang juga menyukai basket sama sepertiku. Seandainya saja kamu juga orang biasa sama sepertiku, belum memiliki jabatan setinggi sekarang, ingin rasanya berkenalan dan mencoba lebih dekat denganmu. Sekarang, aku hanya bisa melihatmu dari jauh. Aku harap, suatu saat kita benar-benar bisa berkenalan. Sama seperti lagu milik Raisa, aku jatuh hati padamu, dengan alasan sama persis seperti lirik di lagu itu.


7  Oktober 2017


Jatuh HatiWhere stories live. Discover now