Dear Senja,
Ini bukan perkara mudah. Jujur saja. Teriris pilu sepanjang waktu, patah hati tak henti-henti, menyisir kebekuan di setiap celah sisi hati, itu sangat sulit. Terlebih aku harus merelakan berulang-ulang kali. Merelakan bahagianmu bukanlah aku. Merelakan bahagianmu bersama dia pilihanmu. Merelakan jarak semakin memisah jauhkan aku darimu seiring waktu.
Ahh, tapi pada kenyataannya bukanlah hal baru dan hal asing lagi. Pada dasarnya kamu hanya sudah menjatuhkan pilihan untuk dia pujaanmu sejauh ini. Dan aku (?) aku hanya terlambat mengetahui kenyataan. Bahkan aku sempat gagal paham dengan apa yang ku lihat dan ku tau pada saat itu ketika bersamamu. Meskipun pada nyata jujurnya kamu telah memenangkan ruang kosong di benakku yang ku miliki sejauh ini, tapi aku sama sekali tak pernah mampu mengisi celah kecil dihatimu hingga detik ini.
Hingga pada akhirnya, untuk kesekian kalinya lagi-lagi aku harus mundur kembali. Karena kenyataannya, aku sama sekali tak mampu bersaing dengan seseorang yang telah memenangkanmu dan menjadi pilihanmu, seperti dia yang juga memilihmu.~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Senja
PoetryKeegoisan yang kita lakukan terletak pada hati. Dimana kamu yang tak pernah membuka hatimu untukku dan aku yang sudah menutup hatiku bagi siapapun itu selain kamu.