Chapter 15

230 23 0
                                    

" Your hand fits in mine like it's made just for me
But bear this in mind, it was meant to be
And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me"

Suara lantunan lagu serta petikan gitar terdengar samar-samar dari arah belakang. Tepatnya dari arah kolam renang.
Autumn yang saat itu tengah mengambil susu di dapur mengernyitkan alisnya, ini adalah suara adik laki-lakinya

"I know you've never loved the crinkles by your eyes when you smile
You've never loved your stomach or your thighs, the dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly"

Autumn segera menaruh gelasnya dan melangkahkan kakinya menuju kolam renang.
Jam menunjukkan hampir pukul satu malam. Apa yang dilakukan Summer disana malam-malam begini? Latihan untuk band nya? Itu terlalu gila, Autumn tahu bahwa adiknya memang agak gila, tapi tidak segila ini.

"I won't let these little things
Slip out of my mouth
But if I do
It's you
Oh it's you, They add up to"  kini Autumn bisa melihat Summer yang tengah memetik gitarnya dengan wajah sendu, gadis itu menelan ludahnya sendiri.

"I'm in love with you..
And all these little things"  Setelah bait itu selesai, Summer memeluk gitarnya lalu memejamkan matanya.

Autumn menghela nafas, Spring, pastilah gadis itu yang membuat adiknya seperti ini.
Besok, ia berjanji dalam hati akan mencaritau sosok yang digilai oleh adiknya yang gila itu.

***


Siang ini, Autumn dan Raka sama-sama melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana lantai para anak kelas sepuluh berada.

"Dari sini kan mulainya?" Tanya Autumn pada pemuda disampingnya yang sedang mengangguk sambil sibuk membaca sesuatu di buku catatannya.
Autumn tersenyum sesaat, tidak menyangka bahwa Raka bisa se-semangat ini.

"Ayo ah" ujar Autumn sambil menarik lengan Raka seraya memasuki kelas X-Science-I.

"Selamat siang, adek-adek!" Sapa Autumn riang kepada murid-murid yang tengah menatap mereka dengan bingung.

"Maaf ya, kita ganggu waktu kalian sebentar" lanjut Autumn sambil melambai pada Raka, menyuruh pemuda itu menjelaskan.

"Jadi, kami dari Osis ingin menyampaikan informasi tentang Pensi nanti" Raka mengunjukkan Selembaran yang sedaritadi dipegangnya, "Untuk lebih jelasnya bisa liat disini ya adek" lanjutnya sembari menempelkan selembaran itu di notice board kelas.

"Oh ya, kami juga butuh 2 orang perwakilan kelas untuk jadi Panitia pensi. Ketua kelas mana ya?" Tanya Autumn sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas.

Tak lama kemudian, gadis berkepang daun dengan tampang polos itu mengangkat tangannya.

Mata Autumn membulat tak percaya dengan apa yang dilihatnya
Spring Kell!, gadis itu yang telah membuat adiknya menggila!

"Wah, elo ketua kelasnya, Rei?" Ujar Raka antusias, gadis itu mengangguk pelan, terlihat sangat anggun di mata Autumn. Pantas saja Summer menggilai gadis itu.

"Oke, kamu Spring! sama-" Autumn kembali mengedarkan pandangannya, lalu matanya menangkap sesosok laki-laki yang tampak familier. Autumn menyeringai, "Sama kamu Julian!" Seru Autumn senang.

Sontak, seisi kelas bersorak sorai menggoda Julian yang tak lain adalah fans Autumn. Jika kalian ingat, Julian adalah laki-laki yang memberikannya surat ber cap bibir.

"Kalian berdua nanti jangan pulang dulu ya, ada rapat sama Ketua Osis nanti" sambung Autumn sambil tersenyum menatap Julian dan Spring bergantian

Saat seisi kelas sedang gencar menggoda Julian, Raka malah asik menggoda gadis imut itu, "Lumayan kan Rei, ada Winter" ujarnya tanpa merasa berdosa.

Autumn yang saat itu tengah mencatat nama di notes segera mendongak menatap sobat disampingnya dengan tatapan penuh tanya

"Hah? Emangnya kenapa kalo ada Winter?" Tanya Autumn penasaran, otaknya tidak sedang bekerja dengan maksimal

"Nah lho! Keceplosan!" Sorak seisi kelas Sepuluh-Sains-Satu yang malah membuat Autumn semakin bingung

"Raka?" Tanya Autumn lagi sambil menatap Raka penasaran

Autumn bisa melihat bahwa Raka tampak gelisah dan merutuki dirinya sendiri, tapi tak lama kemudian dia menampilkan cengiran lebarnya kepada Autumn

"Ngga, ngga ada apa-apa, udah kan? Ayo caw!" Ia segera menarik Autumn keluar dari kelas itu sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

***

"Tolong ya, yang di kelasnya ada anak yang pintar gambar, geret kesini" ujar Raka dengan nada tegas pada semua panitia pensi yang bertotalkan kurang lebih 40 orang, minus, anggota osis.

Ketika Winter dan Raka sedang sibuk menjelaskan ini dan itu untuk persiapan Pensi, Autumn malah diam bertopang dagu menatap gadis bernama Spring itu.

Spring sesekali tersenyum simpul ketika melihat Winter berbicara, atau wajahnya yang memerah ketika pandangan Winter tak sengaja bertemu dengannya.

Autumn mengernyitkan alisnya, apa maksudnya ini?.
Ia memejamkan matanya memutar kembali kejadian yang mengganjal dihatinya

"Udah ditolak" tiba-tiba suara Summer terlintas di kepalanya

"Wah! Kenapa bisa dia nolak kamu? Matanya minus kah?"

"Dia suka sama orang lain"

Autumn masih memejamkan matanya, tapi dahinya mengerut

"Lumayan kan Rei, ada Winter"  tiba-tiba kalimat Raka tadi terngiang di kepalanya.

Mata Autumn langsung terbuka, ia mengigit bibirnya keras, jadi itukah kenapa Summer di tolak oleh gadis imut itu?
Karna Spring menyukai Winter? Karna Spring menyukai Winternya?

Tak terasa, Autumn meremas pensil yang sedaritadi dipegangnya, entah apa yang merasukinya, tapi gadis itu tidak suka gejolak yang ada didalam dirinya.
Pensil yang sedaritadi diremasnya patah, saking kuat ia meremas.

Salah satu patahan itu mengenai pelipis Winter yang masih sibuk menjelaskan beberapa bagian penting.

Semua orang menoleh menatap Autumn tak percaya, bagaimana bisa gadis itu mematahkan pensil yang lumayan keras?.

Autumn bangkit dari duduknya, ia tersenyum simpul lalu membungkuk meminta maaf atas kekacauan yang dibuatnya. Dan gadis itu keluar dari ruangan osis.

Ia tidak bisa berfikir jernih.
Ah tidak, ia malah belum pernah berfikir sejernih ini.

Cemburu?
Memang, apa yang sudah dilakukan Spring pada Winter? Dan untuk apa pula Autumn cemburu hanya karna mengetahui bahwa Spring menyukai Winter?.

Ia bahkan tidak mengerti mengapa ia harus pergi dari ruangan osis. Tubuhnya seakan bergerak sendiri.
Autumn berdecak kesal lalu menjambak rambutnya sendiri, ia pasti akan dikira sebagai orang aneh.

Tubuhnya menghantam tubuh seseorang, gadis itu mengaduh lalu mendongak

"Hai cantik" ujar seseorang yang ditabraknya tadi.

***

Pendek ya?
Langsung dua deh, saya kan baik :))

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang