Background Music:
Yiruma-When the love fallsPlay BGM first in mulmed or your music list, whatever.
Story begin,
happy reading~Apa aku belum pernah mengatakan pada kalian penyakit apa yang aku derita?
Baiklah akan ku jelaskan.
Aku, sudah sejak lama mengidap penyakit kanker, lebih tepatnya kanker sum-sum tulang belakang stadium akhir.
Dulu, aku sempat tak percaya dengan diagnosa dokter tentang penyakitku. Aku selalu menyangkal dan mengatakan jika semuanya hanyalah kekeliruan.
Aku selalu menyangkal, bahkan ketika ibuku menyarankan untuk mengikuti kemoterapi, aku akan selalu menolak nya.
Aku akan bersembunyi di kamar dengan pintu yang ku kunci rapat. Aku tak akan membiarkan siapapun masuk ke dalam kamar ku. Dan berakhir dengan acara mogok makan berhari-hari. Meskipun kakakku selalu membujuk ku untuk makan, aku tak akan menghiraukannya.
Aku hanya akan bergelung di bawah selimut sembari menangis ketika suara gedoran pintu yang kencang. Ku tutup telingaku rapat-rapat agar aku tak mendengarkan semua sumpah serapah yang dikatakan kakakku.
Selalu seperti itu ketika aku dipaksa menjalani kemoterapi. Entah untuk alasan apapun itu.
Memang siapa yang ingin sakit? Apalagi kanker. Pasti semua orang di dunia ini tak akan ada yang mau, bukan?
Aku juga ingin hidup normal. Aku ingin bergaul dengan teman-temanku. Aku ingin menikmati masa remajaku yang bahkan belum genap 17 tahun.
Apa salah jika aku menginginkan itu? Semua orang berhak bahagia, bukan?
Aku merahasiakan penyakitku, menutup rapat-rapat agar semua teman di sekolah ku tak ada yang mengetahuinya.
Aku tak ingin jika semua temanku menjauhiku hanya karena aku memiliki penyakit sialan ini!
Bahkan ketika aku kesakitan namun masih berada di lingkungan sekolah, aku akan berlari ke toilet. Beralasan ingin buang air kecil, padahal sebenarnya aku mencoba meredakan rasa sakit yang sungguh menyiksaku.
Beberapa bulan kemudian, beredar kabar tentangku yang entah dari siapa, masuk ke gendang telingaku. Dan berita tersebut menyebar dengan sangat cepat. Padahal aku tak pernah sedikitpun membocorkan tentang penyakitku, namun yaa. . Nasi sudah menjadi bubur.
Alasan ku menutupi itu semua karena aku benci tatapan iba mereka. Aku benci tatapan sedih mereka yang sejatinya hanyalah palsu belaka.
Aku tak suka di beri perhatian lebih oleh teman-temanku dan aku tak suka menjadi pusat perhatian.
Karena. . .
Sejatinya sikap perhatian mereka hanyalah sebuah formalitas yang mereka tunjukkan untuk menaikkan pamor mereka. Sok baik, sok perhatian dan berbagai sok lainnya yang sangat aku benci.
Aku mulai menjalani hari-hariku berikutnya dengan menyendiri. Aku akan selalu menghindar ketika ada teman ku yang menghampiriku. Aku mulai menyibukkan diriku sendiri dengan membaca di perpustakaan. Setiap jam istirahat aku selalu pergi ke perpustakaan. Entah untuk membaca buku atau hanya sekedar mendengarkan musik.
Aku mulai menutup diri dari siapapun. Ketika perasaan iri melihat mereka bergaul, tertawa renyah satu sama lain hinggap di hatiku, aku segera menepisnya.
Hingga tiba saatnya, saat dimana aku jatuh terjerembab, terpuruk dan tak bisa bangkit, bahkan hanya untuk merangkak rasanya tak bisa. Saat dimana aku mulai putus asa, kecewa, marah yang bercampur menjadi satu, terlintas satu ide yang gila di otakku.