Siang ini aku sedang asik menikmati makan siang bersama teman-teman kantor. Kami bersama makan siang di ruang makan yang memang dikhususkan bagi karyawan. Menyantap bekal yang memang sudah kami sediakan untuk dibawa dari rumah masing-masing. Sembari berbincang ringan di meja makan.
Sampai tiba-tiba salah satu temanku bertanya tentang pertanyaan yang tidak biasa.
"Mbak Re, kamu pernah nggak suka sama orang antara yang satu sama lain itu sukanya beda? Maksudku lebih maksimal sama yang satu daripada sama yang lain?" tanyanya tiba-tiba.
"Nggak sih, klo aku suka sama orang pasti selalu maksimal." jawabku.
"Kok bisa tetep maksimal gimana caranya?" tanyanya heran.
"Karena aku tahu apa yang aku cari."
"Emang klo kamu suka sama cowok biasanya kamu ngapain?" tanyanya lagi.
"Ya, ngomong terang-teranganlah... Kalo aku memang suka sama dia." kataku enteng.
"Brani bener mbak. Emang cowoknya nggak ill feel sama kamu mba?" tanyanya lagi.
"Tergantung ngomongnya gimana...."
"Emang kamu ngomongnya gimana?" tanyanya lagi.
"Aku ngomongnya gini, bisa ngobrol sebentar? Maaf mendadak, tapi aku rasa aku nggak bisa menahan kejujuran ini lebih lama. Aku sebenernya suka sama kamu. Kamu gimana?"
"To the point banget mba. Cowoknya nggak bingung?" tanyanya lagi.
"Iya, klo bingung tanya balik. Sebenernya yang lagi dia bingungin itu apa? Perasaanku ke dia atau perasaannya dia ke aku?" jawabku enteng.
"Perasaanku ke kamu mba... Gitu cowoknya langsung naksir mba?" tanyanya tiba-tiba.
"Iya, enggaklah. Minimal dia mau buka hati buat kamu." jawabku.
"Ah... Cuma buka hati doang buat apa coba. Ga langsung naksir." jawabnya kecewa.
"Ya, gapapa. Peting nomer satu pastiin aku emang bener suka sama dia. Klo dia juga suka apa enggak sama aku itu nomer dua. Trus jodo ga jodo itu nomer tiga." jawabku enteng.
"Yah, klo aku harga diri deh mba..."
"Ya, kan kamu. Klo aku sih ngrasa nggak ada batasan buat jujur sama perasaan kita sendiri. Karena baik sama semua laki-laki itu etika. Semisal aku bilang aku suka aku cuma mau dia tahu dimataku dia... Beda."
"Emh... Romantis amat mba...."
"Enggak ah. Lagian aku ga mau bikin orang salah paham sama arti kebaikanku ke dia. Seumpama aku juga ada diposisi yang sama, aku berharap dimau ngomong itu dengan terbuka. Karena ngode cuma bikin aku mikir, apa aku orang yang buruk sampe suka sama aku aja. Nggak brani ngomong terang-terangan." kataku menjelaskan.
"Harusnya cowoknya yang ngomong gitu ke mbak." kata temanku itu lagi.
"Tapi salah ya klo aku duluan jujur sama perasaanku sendiri dengan ngomong itu duluan kedia? Apa yang harus nahan aku buat ngomongin kenyataannya?" tanyaku lagi.
"Klo semisal cowoknya benci sama kamu gimana?"
"Enggaklah, itu cuma mitos karena setiap kejujuran pantes buat dihargai. Selama kamu ngomongin itu dengan sopan." jawabku.
"Wah, berani banget kamu mba. Tapi aku heran, kenapa kamu masih sendiri? Apa ada orang yang kamu suka?" tanya temanku itu mengintrogasi.
"Emh... Sebenernya ada sih yang special. Cuma rasanya aku masih ragu aja...." jawabku menerawang.
Temanku itu langsung pasang tampang bingung dan bertanya.
"Emang apa yang bikin kamu ragu sama dia?" tanyanya lagi.
"Emm... Masih awal kenal sih belakangan ini. Kita juga baru deket, tapi yah jujur aku emang ngrasa klo dia itu beda. Moga aja deh ntar ada kesempatan." jawabku.
"Ah, masa iya cuma karena itu. Aku rasa ada yang lain...." komennya.
"Emm.. Mungkin aku masih takut kecewa sama kaya yang sebelumnya. Walaupun aku tahu nggak ada kata kecewa untuk sayang sama seseorang. Karena kalau kita pernah merasa kecewa sama seseorang, pasti menjalin hubungan bakal jadi penyesalan. Aku tahu nggak boleh gitu."
"Tapi...." sambungnya....
"Aku perlu waktu buat menjamin perasaanku dulu. Karena aku ga mau jadiin dia pelarianku aja. Sampai waktu itu, aku berharap itu cukup membuat dia sabar nunggu." kataku.
"Yakin banget mba klo dia mau." kata temanku itu.
"Kan, iya sempet dianya ngode. Tapi akunya yang belum siap mental aja. Lagian aku kan ga suka sama kode-kodean."
"Kenapa lagi emangnya?"
"Soalnya klo ngomong sesuatu yang dia suka aja nggak bisa. Gimana dia bisa ngomong hal yang nggak enak dalam hubungan misalnya. Kaya ngomongin kekurangannya dia."
"Ye, mana ada orang mau ngomongin kekurangannya."
"Ya, justru buat aku itu yang penting. Biar aku bisa sepenuhnya ngerti apa yang memang seharusnya aku lakuin buat memposisikan diri sebagai pasangan. Kalau dia memang memposisikan aku distatus sana." jawabku enteng....
"Semua pasti ada prosesnya itulah mba." jawab temanku itu lagi.
"Bener sih, semua ada prosesnya. Seumpama diawal dia mau buka peluang supaya aku bisa ngelakuin itu buat dia....." kataku lagi.
"Ratunya romatis memangan kamu mba."
"Ah, bisa aja. Lagian ya, klo kamu yang sekarang denger ceritaku baper. Sadar apa enggak klo kejujuran dan ketulusan itu adalah hal paling romantis yang bisa kamu kasih ke pasangan."
"Iya , deh percaya. Cowoknya pasti pingsan abis kamu gituin."
"Pingsan sih enggak, cuma berharap aja Nathan mau buka hati." jawabku tanpa sadar menyebut namanya.....
Sontak temanku itu langsung terperanjat kaget.
"Jadi, Nathan yang kamu maksud itu temen yang biasa ketemuan sama kamu di taman buat beli kopi itu mba? Etsie...."
"Apaaan sih.... Udah deh.... Biasa aja." kataku menutupi rasa panas yang menjalar ke pipi.
Mataku terus menerawang, dan pikiranku melayang pada sosok Nathan.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Pasangan Kopi
ЧиклитCerita seru yang bikin nggak berhenti mempertanyakan apa itu cinta. Private acak buat nambah follower. Bersatunya dua insan itu ibarat kopi susu. Kopi mungkin terasa nikmat dengan pahitnya, susu terasa nikmat dengan gurih dan legitnya. Begitu pula s...