13 ❤ : Thirteen

702 94 18
                                    

"Mampus, Mondy ngapain kesini sih."

"Hai." Sapa Mondy dengan senyum manisnya.

"Lo ngapain kesini?" Celetuk Raya pelan.

"Ngapain? jemput pacar lah." Jawab Mondy masih dengan cengiran manisnya.

"Maksud gue lo ngapain jemput segala? Sesuai perjanjian! gue mau hubungan kita gak ada yang tau sampai gue nemu waktu yang pas."

"Tapi gue gak tahan pengen jemput lo berangkat bareng ke sekolah."

Raya menghela nafas--berkacak pinggang--melototi Mondy.

"Hm. Iya iya." Nada Mondy kecewa.

"Yaudah gue berangkat dulu."
"Sampai ketemu di sekolah." Mondy mengangkat tangan kanannya sambil senyum lebar.

Raya hanya mengangguk dan membalas senyum ringan.

Agak kasian juga Mondy jauh-jauh kesini buat jemput dia. Tapi masalahnya Raya belum cerita ke Reva apalagi Kevin. Belum tepat waktunya. Belum siap Raya belum siap. Ini terlalu cepat. Mengertilah. Bagi Raya ini rumit.

"Ray. Kok gue kyak denger suara cowok ya?" Tanya Reva tiba-tiba yang keluar dari garasi bersama naik motor.

Raya mengedikkan bahu. "Gak ada tu."

Reva mengabaikan saja merasa mungkin pendengarannya terganggu. Jadi salah dengar. Halu.

Kedua kakak beradik itupun segera berangkat ke sekolah. Reva yang membawa motor membonceng Raya.

Sampai di pertigaan, lampu merah menghentikan deru laju Reva. Berhenti di garis terdepan.

Raya yang di belakang tiba-tiba menoleh ke kiri ketika merasakan bahu kirinya dicolek. Dua matanya melotot sempurna.

Mondy. Sosok yang mencolek bahu Raya. Cowok dengan ninja hijaunya itu nyengir lagi lihat ekspresi Raya yang takut-takut gemesin.

Raya buang muka ke kanan pura-pura gatau aja. Tapi harus menahan risih karena bahu kirinya dicolek terus oleh Mondy. Beruntunglah Reva fokus melihat angka merah yang terus berkurang. Reva melajukan lagi motornya ketika angka merah itu berubah menjadi hijau.

Pagi gini jalanan lumayan lancar untuk ke sekolah. Cukup 15 menit sampailah Reva dan Raya di sekolah tercinta mereka.

Raya cepat-cepat jalan sampai Reva harus berlari kecil untuk dapat menyusul.

"Lo kenapa cepet banget jalannya." Protes Reva.

"Biar cepet sampe kelas." Jawab Raya santai. Namun tak sesantai langkahnya. Raya semakin cepat berjalan ke arah kelasnya. Bukan biar cepet sampai kelas sebenarnya. Raya hanya takut Mondy ada kesempatan untuk berjalan berdampingan dengannya.

Reva hanya menggeleng tak paham sambil memperlambat jalannya gak mau capek ngikutin Raya.

Kedua mata Raya melotot sempurna melihat ada Mondy duduk di bangkunya. Tersenyum lebar. Beruntung kondisi kelas masih sepi.

"Lo ngapain sih monnn hih." Raya sebal. "Bisa ketahuan ntar."

"Ketahuan apasih?" Mondy pura-pura lupa.

"Hih gatau lah." Raya membuang muka--sebal.

Mondy terkekeh. "Iya aku pindah." "Tapi sini dulu aku bisikin."

Raya menaikkan alisnya.

"Aku bisikin sesuatu dulu. Nanti aku pindah." Pinta Mondy.

Raya menurut karena juga kepo mau dibisikin apa. Gadis itu mendekatkan telinganya ke bibir Mondy.

Kali PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang