#15 - Naga Gunung Fuji

241 31 0
                                    

"Er, Er, dilihatin cowok ganteng tuh," Chichi menyikut lengan Erika yang lagi sibuk mengetik di keyboard laptopnya. Mereka berdua itu sekarang lagi ada di gazebo depan perpustakaan pusat. Wifian buat nyari referensi tugas yang mau dikumpulin minggu depan.


Eri mendongakkan kepalanya sebentar untuk membuktikan ucapan Chichi barusan, "Mana, mana?" keponya.


Chichi memajukan dagunya untuk memberi petunjuk, karena tidak etis kalo harus nunjuk-nunjuk pake jari telunjuk. Kalo ketahuan kan bisa malu. "Itu loh, searah jam dua dari kita. Yang pake baju garis-garis dari tadi ngelirikin lo mulu. Naksir kali ya," jawab Chichi mulai sedikit heboh.


Dengan santainya Eri menoyor kepala Chichi ke samping. Hal itu membuat Chichi langsung melotot dan bersiap mengeluarkan omelan super cepat dan panjangnya. Namun Eri sudah lebih dulu menyahut. "Itu di depan ada ceweknya, bego. Ya nggak mungkin kali kalo dia ngelirikin gue."


"Dibilangin nggak percaya ya udah," sahut Chichi sambil mengangkat bahunya.


Eri berdecak, "Cakepan juga yang duduk sendiri di bangku sebelahnya itu," timpal Eri kemudian.


"Cakep apaan, orang mukanya aja nggak kelihatan," protes Chichi. Ya emang cowok yang dimaksud Eri tadi duduknya membelakangi mereka sih, makanya Chichi bilang nggak kelihatan.


"Yaelah, Chi. Kelihatan kali dari punggungnya kalo dia cakep. Bahunya juga lebar gitu. Aduuuh, pas banget tuh buat tempat bersandar. Nyaman kayaknya. Gue yakin cowok itu pasti ganteng," balas Eri mulai ngawur. Habis itu dia cekikikan sendiri.


"Lo habis minum jus wortel berapa gelas sih, Er? Mata lo kayaknya jadi awas banget gitu sekarang."


Eri ketawa, "Ya nebak aja, sih. Sesuai pengalaman," ucapnya kemudian tertawa lagi.


"Idih, sok banget pake bawa-bawa pengalaman segala," cibir Chichi kemudian ikut tertawa.


"Tuh, tuh, yang barusan lewat juga cakep, Chi." Sekarang giliran Eri yang heboh. Ini mereka berdua kenapa, sih? Kayaknya niat banget buat berburu cowok ganteng.


"Ih, enggak-enggak. Gue nggak suka yang penampilannya kaya preman gitu. Mana celananya robek-robek lagi. Apa sih namanya itu gue lupa. Itulah pokoknya. Lagaknya juga sok cool banget gitu. Pasti nyebelin orangnya. Dih, bukan tipe gue dia. Gue nggak suka yang tipe-tipe bad boy kaya dia gitu. Gue sukanya yang normal-normal aja, yang rapih," cerocos Chichi agak aneh. Ngomongnya agak ngegas gitu dia. Dia jawabnya juga dengan penjabaran yang melantur kemana-mana. Eri ngomong apa, Chichi jawabnya apa.


Eri menepuk keningnya sendiri. "Ripped jeans, Chi, ripped jeans. Makanya gaul dikit kek jadi orang," gerutu Eri. "Eh tapi bentar dulu deh, Chi. Kok kayaknya lo nggak suka banget sama cowok yang lewat barusan. Lo kenal emang sama dia? Wah, jangan-jangan ada apa-apa nih. Ngaku nggak lo sekarang, Chi?!"


"Apaan sih, Er?! Enggak, ih. Gue nggak kenal sama dia. Jadi stop mikir gue ada apa-apa sama dia. Gue nggak kenal yah," Chichi masih ngotot bilang nggak kenal. Hal itu malah membuat Eri semakin curiga. Kalo emang nggak kenal kan harusnya biasa aja, mukanya nggak usah langsung jadi sebel gitu.

The Superhiro FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang