LOADING [PART 3]

503 23 17
                                    

Keyla : Leoni (nama penyamaran)
Arnold : Andrew (nama penyamaran)

Sepulang dari sekolah, aku dan Arnold kembali ke rumah kami masing-masing yang dimana rumah tersebut diberikan oleh Intel Organization semenjak kami menjadi bagian dari agent intel disini. Rumahnya berlantai 2 dan memiliki desain interior modern black dengan banyaknya jendela kaca yang besar sehingga sekeliling ruangan diterangi oleh sinar matahari yang masuk pada siang hari. Di sofa aku merenung dan membaca secarik kertas yang tadi diberikan oleh Julio.
"Julio ini kenapa si?" pikirku sejenak.
Aku meletakkan kertas tersebut di atas meja kaca dan pergi ke dapur untuk meminum air.

Tiba-tiba handphone ku berdering. segera ku rogoh handphone ku yg ada di dalam saku rok dan melihat layar handphone ku.
"Siapa ini?" tanyaku saatku lihat yang meneleponku nomor tidak dikenal dan berasal dari jaringan internasional. Aku menggeser icon call untuk menggangkat telepon tersebut.
"knock knock. This is you, Keyla?" ucap seorang lelaki dengan dingin memulai pembicaraannya.
"Who are you?" tanyaku sinis.
"Ow. Be patient, honey. You never change at all," ucapnya dengan santai yang membuatku merasa jika telepon ini berasal dari Skyworld.
"I know you. I'll make you pay for all that you do," ucapku geram dan menahan tangis.
"Sweety, I don't know why you always so angry when I call you. but I like it. Haha."
"Shut up!" teriakku sambil mematikan teleponnya dan melempar gelas kaca yang ada digenggamanku. Saat itu aku terjatuh dan menangis dengan kencang mengingat kedua orangtuaku. Aku bergumam akan menghancurkan Skyworld dengan kedua tanganku seperti mereka menghancurkan kedua orangtuaku.

Kebesokan paginya..

Aku yang sedang menggosok gigi melamun mengingat kejadian semalam sambil melihat mataku yang sembab karena menangis semalaman.
"Kenapa aku lemah sekali," gumamku kesal dengan diriku sendiri.
"Aku harus kuat. Aku tidak boleh terlihat lemah dimata para pembunuh itu. Aku bukan Keyla jika aku tidak kuat." lanjutku. Setelah aku menggosok gigi, segera aku mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Saat aku sedang memakai baju, aku mendengar bel rumahku berbunyi. Segera ku lihat siapa yang menyalakan bel rumah dari monitor cctv ku. Ternyata itu Arnold dan dia membawa mobil ferrari-nya yang berwarna gray.

Setelah aku bersiap, aku langsung keluar dan menemui Arnold yang sudah menunggu sedari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah aku bersiap, aku langsung keluar dan menemui Arnold yang sudah menunggu sedari tadi.
"Kenapa harus bawa mobil?" tanyaku kepadanya.
"Pamer boleh kan?" ucapnya sambil memakai kacamata hitam dengan gaya sok cool nya.
"Terserah kamu deh, buruan pergi aja sebelum kita telat ke sekolah,"
"Siap Key, silahkan masuk," ucapnya sambil membukakan pintu.
"Thank you, supirku," balasku meledeknya.
"Jahat banget kamu Key," ucapnya kesal tapi aku hanya membalasnya dengan tertawa. Arnold membawa mobilnya dengan kesal dan aku terus menganggunya selama dalam perjalanan. Aku sangat senang setiap didekat Arnold karena dia yang menemaniku dari dulu sejak orangtuaku meninggal.

Sesampainya di sekolah. semua murid melirik melihat mobil milik Arnold yang datang. Aku sudah yakin pasti semua orang akan melihatnya karena penasaran siapa yang membawa mobil ferrari ini. Arnold turun dan membukakan pintu untukku yang membuat kehebohan satu sekolah dengan teriakan orang-orang disekitar.
"Sumpah aku malu," ucapku sambil memakai topi untuk menutupiku wajahku.
"Sialan Arnold ini gara-gara kamu semua jadi heboh," lanjutku.
"Hahaha aku famous," ucapnya bercanda kepadaku.
Aku pun segera berjalan masuk kedalam kelas bersama Arnold. Aku pikir kelas tidak heboh ternyata sama saja.
"Wah gila si kalian tuh rich couple ya?!" ucap Pogi yang selalu menjadi provokator kegaduhan kelas. Arnold memamerkan dirinya dikelas dan aku diam saja duduk ditempatku.
"Arnold emang udah ga waras," gumamku.

Julio masuk kedalam kelas dan langsung duduk disampingku. Pas sekali setelah itu bel kelas berbunyi dan semua murid kembali ke posisi duduk mereka masing-masing. Kulirik Julio sesaat dan ku sapa dia.
"Hai," ucapku mencoba ramah. Dia terdiam dan kulihat jika ada memar dan sedikit luka di samping bibir kirinya.
"Itu kenapa?" tanyaku sambil menunjuk kearah bibirnya.
"Gapapa," ucapnya dingin.
"Abis bertengkar?" tanyaku lagi dan dia mengganguk.
"Hmm, itu urusan kamu si memang tapi luka kaya gitu harus diobatin," ucapku sambil menyodorkan P3K berukuran kecil milikku yang selalu kubawa.
"Diobatin dulu," lanjutku lagi.
"Iya, terimakasih." ucapnya.

Guru pun masuk kedalam kelas dengan terburu-buru dan muka yang sedih.
"Selamat pagi anak-anak. Ada kabar buruk yang harus saya katakan hari ini kepala sekolah meninggal dunia. Kami baru tahu mengenai hal ini karena kepala sekolah ditemukan meninggal didalam ruangannya tadi. Mohon untuk doanya dan tolong kondisikan kelas tetap tenang karena polisi akan datang sebentar lagi. Terimakasih." ucap guru tersebut dan langsung kembali keluar menuju ruangannya.

Semua murid terdiam dan kaget termasuk aku mendengar hal ini. Aku langsung berfikir pasti ada yang tidak beres.
"Sepertinya ada sesuatu yang harus aku selidiki tentang ini. Pasti ada kaitannya dengan mafia dan narkobanya." gumamku dalam hati. Semua orang bergerombol keluar untuk melihat ruangan kepala sekolah yang sudah ditandai police line. Arnold menghampiriku dan bertanya "Apa yang terjadi?"
"Aku juga tidak tau, tapi yang aku tau pasti mereka tau ada kita disini," ucapku pelan.

--------------------------------------------------

Jasad kepala sekolah dibawa oleh polisi dan akan dilakukannya otopsi karena kematiannya yang tidak wajar. Semua guru dan murid pun diwawancarai oleh polisi untuk mendapatkan pernyataan mengenai kasus ini.
Menurut kesaksian dari beberapa orang yang melihat beliau sebelum kematiannya, dia tidak terlihat sakit ataupun adanya hal aneh yang terjadi kepadanya. Wartawan juga datang menyerbu sekolah ini dan menyiarkannya di acara berita dan breaking news.

Setelah semua hal itu, murid-murid diminta untuk pulang. Aku dan Arnold pun pulang tetapi ketika Arnold akan membuka pintu mobilnya, seseorang datang menghampiri kami. Melihat dari pakaiannya dia sama sekali tidak terlihat seperti seorang wartawan karena sangat lusuh dan rambutnya cukup berantakan tetapi dia memakai ID Card yang digantung di lehernya bertuliskan Zedfi dari A News.
"Halo," sapanya kepada kami. Kami berdua membalas dengan senyuman. Dia pun melanjutkan pembicaraannya.
"Maaf menggangu kalian sebelumnya, saya Zedfi Zuwkerq dari A News. Saya disini ingin mewawancarai kalian mengenai sekolah ini, apakah kalian berkenan?" ucapnya menjelaskan.
Aku dan Arnold saling menatap satu sama lain, memberi sinyal jika kami berdua tidak ingin berkomentar dan meminta salah satu dari kami untuk menolaknya.
"Maaf jika ini mengganggu kalian, saya turut berduka cita untuk kematian kepala sekolah tapi saya hanya ingin bertanya mengenai hal lain," lanjutnya yang menandakan dia ingin kami diwawancara.
"Bertanya tentang apa?" tanya Arnold mulai kesal sambil tangannya mengisyaratkan aku untuk masuk kedalam mobil.
"Mengenai kasus narkoba di sekolah ini," ucapnya yang membuat kami berdua kaget karena tidak semua orang tahu mengenai kasus narkoba disekolah ini. Yang aku ingat hanya ada 1 kabar berita yang memberitakan hal ini. Aku segera membuka browser di handphone ku dan mencari artikel beritanya dan ternyata yang membuat berita tersebut adalah ZEDFI dari A NEWS.

"Memang ada narkoba disekolah ini?" tanya Arnold memecah keheningan.
"Itu yang sedang saya cari tau, apakah sekolah ini memiliki penyelundupan narkoba dan bekerjasama dengan Skyworld." ucapnya dengan tegas dan percaya diri.
"Kami tidak tahu apa-apa pak, jadi mohon untuk biarkan kami pergi," ucap Arnold membukakan pintu untukku dan memintaku masuk.
"Baiklah jika memang kalian tidak mengetahuinya tetapi apabila ada sesuatu tolong kabari saya karena saya sangat yakin ada sesuatu yang janggal di sekolah ini. Ini kartu nama saya," ucapnya sambil menyodorkan kartu namanya kepada kami. Arnold ingin menepis tangannya tapi aku langsung mengambil kartu namanya. Aku langsung masuk kedalam mobil begitupun dengan Arnold dan mobil pun berjalan meninggalkan bapak itu.
"Kenapa kamu ambil kartu namanya?" ucap Arnold yang kesal sedari tadi.
"Kamu tau dia orang yang membuat artikel berita mengenai kasus narkoba di sekolah ini," ucapku yang membuat Arnold kaget kembali.
"Seriously?" tanyanya.
"Iya." ucapku singkat.
"Berarti dia bisa membantu kita?" tanya Arnold lagi kepadaku.
"Iya."

TO BE CONTINUED

Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang