Rintik hujan turun dengan perlahan.
Biasanya Kim Taehyung akan berlarian di luar sana; merentangkan kedua tangannya sambil berputar-putar di tengah guyuran air hujan."Jangan terus bermain hujan Tae!"
Taehyung tersenyum; manis sekali hingga rasanya ingin menangis.
"Hyung?"
Pemuda tampan itu bergeming, tak memperdulikan sebuah suara yang menarik atensinya.
"Kemana saja kau, hm?"
Sebab Taehyung tahu, ketika pertama kali ia bangun dalam kegelapan di malam hari,--
"Hanya sebentar Tae,"
--hidupnya sudah berubah sepenuhnya.
Dan ketika waktu menghitung mundur, kembali pada tiga tahun silam, Taehyung bersusah payah menahan tangis.
.
.
"Tae?" kesadaran Taehyung tertarik sepenuhnya, sempat tersentak kecil sebelum kepalanya menoleh ke arah sumber suara."Ah, Jimin, ada apa?" menyudahi kegiatan menggambarnya saat sosok pendek Jimin tertangkap dibawah temaramnya lampu.
"Sedang apa?" Jimin kian mendekat, duduk di sofa kecil di sisi kanan kamar Taehyung.
Taehyung bergeming, rasanya asing, "Seperti biasa, kau kenapa? Tidak bisa tidur lagi?" ia beringsut duduk di samping Jimin, menatap wajah pemuda yang lebih tua 3 bulan dari dirinya.
Nyatanya Jimin tak menjawab, hanya terdiam selagi sepasang netra sewarna langit mendung itu memandang lurus ke depan; menghujam kegelapan di bawah naungan langit malam yang berada di luar jendela.
"Chim?" ulang Taehyung sekali lagi; Taehyung tidak pernah salah; ketika matanya bersibobrok dengan onyx milik Jimin; ia tak pernah salah.
Karena dalam pantulan orbit mata Jimin, ia melihat kekosongan; entah tercipta karena apa; yang ia tahu, itu sudah terpendam cukup lama.
Perlahan, satu lelehan air mata turun dari netra hitam Jimin, membuat Taehyung hampir jantungan; pasalnya, Jimin sangat jarang bersedih, apalagi menangis.
Sebab ketika satu lengannya terangkat untuk merengkuh sahabatnya; membuatnya tenggelam dalam pelukan miliknya, semua luruh dengan cepat.
"Hyung?" maka Taehyung tahu, takdir tak pernah berpihak padanya; sekalipun.
"Maafkan aku," sosok tinggi mendekapnya dalam kegelapan di malam hari, memeluknya begitu hangat juga tulus.
Dan Taehyung menangis, kembali menjerit pilu ketika bayang-bayang Jimin tertangkap samar oleh penglihatannya.
"Jimin..." lirihnya, lalu semuanya gelap.
.
Jeon Jeongguk tak pernah menyesal; menjadi pemuda yang suka sekali membuat onar sejak 3 tahun silam, ia tak pernah menyesal.
Mengarungi suka duka dalam hidupnya bersama-sama; semua akan baik-baik saja asalkan mereka bersama.
Sebab setelah hari itu, setelah kebahagiaan yang tak pernah luntur selama 24 jam, semua hilang seperti ditelan bumi.
Satu lembar polaroid menjadi saksi bisu atas semuanya, teronggok berdebu di atas permukaan meja.
Pemuda tinggi itu melangkah dalam diam, sepatu kets nya tak sengaja menginjak sesuatu yang menimbulkan bunyi. Remah keripik yang sudah berjamur tersebar di seluruh permukaan lantai.
Jeongguk tertawa miris, manik segelap malam miliknya menangkap bercak merah di sepanjang dinding.
Dan ketika satu pigura foto terhempas jatuh menghantam lantai, hancur menjadi kepingan tajam yang berkilau di kegelapan, tangis Jeongguk pecah.
.
[tbc or no?]

KAMU SEDANG MEMBACA
Often [bts brothership💫]
FanfictionSebab Taehyung tahu, ketika pertama kali ia bangun dalam kegelapan di malam hari,- -hidupnya sudah berubah sepenuhnya. . . . BTS Brothership! Taehyung; Jungkook; Jimin; Main Cast! Brothership; Friendship; Family; Angst; Hurt; etc.