BAB 1

5 0 0
                                    

Every end is a new beginning, right?

Vanesha POV

Hai perkenalkan namaku Vanesha Joana Putri Alvano.Cukup panjangkan? Terkadang aku membenci namaku karena selalu diurutan terakhir daftar absen. Ah itu hanya nama. Seperti yang ku bilang jika namaku ada di daftar akhir sebuah absen, itu berarti aku masih bersekolah. Memang.

Masa SMA adalah masa yang cukup menyenangkan, apalagi aku berada ditahun akhir saat ini. Aku bersekolah di SMA yang cukup berkelas dan masuk dalam sekolah internasional di kotaku, "Dream C.T Senior high school". Meskipun terkenal elit dan berprestasi, sekolah ku tak jauh beda dengan SMA pada umumnya. Kami juga mengenal yang namanya sahabat dan alih-alih banyak cowok ketjeeh dan cool.

---(author POV)

"Vanes! Vanesha! Cepat bangun nak!" Teriakan dari luar membuat seorang gadis didepan meja rias tersenyum tipis. Ia dapat memastikan jika suara tak asing itu adalah suara mamanya dari lantai satu.

"Udah, mah!" gadis itu membalas teriakan mamanya yang mungkin tidak akan berhenti sebelum terdengar sahutan dari dalam kamar anaknya

Pantulan kaca dicermin memperlihatkan jika gadis itu sedang menyisir rambutnya yang panjang lalu tangan kanan gadis itu menaruh bando merah tipis di rambut lurus miliknya. Sebenarnya Vanesha sudah bangun dari tadi hanya saja ia sengaja menunggu teriakan dari mamanya.

Vanesha selesai mempercantik diri. Dia mengambil tas putih tak terlalu besar dari meja belajarnya dan sisir kedalamnya lalu minyak wangi, handphone dan headphone tak mau ketinggalan juga handsate merah mudanya. 'Ayolah ini masa muda, kan? '

Setelahnya, gadis yang akrab dengan panggilan Vanes itu turun dengan terburu-buru.

"Lo itu udeh gede. Bisa nggak kalau nggak nyuruh mama buat bangunin lo?"

Suara berat seorang lelaki menyambut kedatangan Vanesha dan itu sukses membuat Vanesha kaget karena tumben-tumbenan kakaknya yang kuliah baru semester satu di Malang pulang pada hari selasa. Biasanya lelaki itu baru akan pulang dihari sabtu untuk menghabiskan weekendnya.

"Iiih! Kaget tau kak!" teriakan kesal Vanesha hanya mendapat gelengan dari mamanya di dapur.

"Hussh.. Pagi-pagi kok udah berisik" seorang wanita berumur datang ke meja makan membawakan sepanci sup kacang merah.

Vanesha menarik kursi didepan kakaknya dengan kasar dan mendudukinya.
"Habis itu kak Alvan ngagetin"

Putri melirik putra nomor duanya yang sedang melahap sup kacang merah.
Dengan banyak makanan dimulut, anaknya itu masih sempat keluar beberapa kata umpatan yang tidak bisa ia artikan secara sehat.

"Habis ut anha ndak bisa bangun endili" Putri mulai bisa mengkap maksud putranya.

Sebuah sendok Vanesha gunakan untuk menyumpal mulut kakaknya yang banyak bicara saat makan.
"Makan ya makan. Muncrat! "

"Huush! Apa-apaan sih kalian ribut terus ribur terus. Mamah itu ya sedih kalau denger kalian tiap ketemu ribut" Putri menengahi kedua anaknya.
"Vanesha" matanya menatap tajam anaknya yang balik menatapnya "kamu jangan berani sama kakak. Itu kakakmu loh!"

Vanesha mengangguk pelan, pasrah dengan mamanya sementara Alvan menyeringai puas ke arahnya.
"Alvan juga! Kenapa pulang?" Putri melirik putra ketiganya dan menanyai maksud gedoran pintu di pagi buta tadi.

Alvan mendengus pelan sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari mamanya. "Mama nih gimana? Anaknya pulang kok malah nggak dibolehin?" ujar Alvan mengelap mulutnya dengan tissue diatas meja makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang