6. Love and Hate

3.3K 359 22
                                    

Aku bersembunyi di balik selimut dan menangis tiada henti. Aku sama sekali tidak memedulikan Kihyun yang sedari tadi mencoba membujukku dengan segala hal. Aku sudah terlanjur kecewa padanya.

Seharusnya malam ini kami berdua makan malam di luar. Tapi Kihyun mengingkarinya. Dia tidak datang. Padahal aku sudah menunggunya selama dua jam, tapi dia tidak menjemputku dan bodohnya aku masih menunggunya. Aku masih berharap dia datang karena aku tahu Kihyun tidak pernah ingkar janji. Aku berpikir! dia memang sedang sibuk, atau mungkin lupa dengan janjinya, tapi bukankah seharusnya dia menghubungiku?
“Kau, menungguku?”

“Tentu saja. Kau berjanji akan datang, jadi aku menunggumu, tapi ternyata…”

"Sayang, tolong maafkan aku. Aku menyesal. Aku sudah berusaha untuk menghubungimu tapi staff menyita ponsel kami. Aku benar-benar minta maaf."

Kihyun menarik selimutku dengan paksa. Mau - tak - mau aku menoleh ke arahnya.

"Baiklah! Besok aku akan meminta manager hyung untuk mengosongkan jadwalku. Jadi kita bisa jalan-jalan seharian."

Aku menuju ke arah dapur, mengambil sebuah minuman. Karena terlalu lama menangis membuatku dehidrasi. Samar-sama aku lihat Kihyun mengikutiku dari belakang sembari menggumamkan sesuatu. Entah menggumamkan apa.

Selagi aku minum, Kihyun tidak berhenti menatapku. Dia menatapku cukup lama dengan tatapan tajamnya. “Apa kau sangat haus?” tanyanya sembari mencubit pipi kananku.

Aku mengangkat sebelah alis. Ada apa dengannya? Aku kan sedang marah.

“Maaf kita tidak saling mengenal. Jadi anda tidak usah menyapa atau bertanya apa pun kepada saya.” sindirku lalu menjulurkan lidah ke arahnya. Ah mungkin aku sudah tidak waras.

Aku kembali ke dalam kamar. Lebih baik aku tidur daripada melihat wajah Kihyun yang super menyebalkan itu.

"Yaaa! Yoo Kihyun apa yang kau lakukan pada Wonhoku?" Teriakku. Aish apa-apaan ini? Dia mencabut semua polaroid Wonho yang ku pajang di atas dinding.

Terdengar bunyi klik yang artinya pintu baru saja tertutup.

Kihyun berjalan melewatiku. "Maaf kita tidak saling mengenal. Jadi anda tidak usah menyapa atau bertanya apa pun kepada saya." Ucapnya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Aku ingin sekali menjambak rambutnya sampai botak. Pria ini benar-benar tidak peka. Seharusnya dia tidak menyerah untuk membujukku.

Dengan kesal, aku naik ke atas tempat tidur, lalu mengambil posisi untuk tidur. Jika sedang marahan atau bertengkar kami selalu tidur dengan posisi saling berlawanan arah. Jadi bukan kepala bertemu kepala, atau kaki bertemu kaki, melainkan kepala bertemu kaki. Kihyun menghadap utara, aku menghadap selatan.

"Awas kalau kau mendang kepalaku." Kataku sembari menyentil kakinya.

"Talk to my feet!"

"Dasar kurus."

"Gendut."

Apa? Dia mengataiku gendut? Ku tendang adiknya baru tahu rasa.

"Pendek."

"Tinggi."

"Terima kasih. Aku memang tinggi." Kataku.

"Cantik."

"Tampan."

"Sexy."

"Imut."

"Manis."

Tunggu sebentar! Kenapa kami malah saling memuji?

Aku bangkit dari tidurku. Ternyata Kihyun melakukan hal yang sama denganku.

Tukang Bacot [Monsta X Yoo Kihyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang