Alexis Wood POV
Bunyi besi yang sudah berkarat adalah hal terakhir yang ingin ku dengar dari tempat ini. Aku bebas kataku dalam hati. Aku menutup mata dan menghembuskan napas dalam berharap ini adalah sesuatu yang baru, lembaran yang baru dan aku yang baru. Aku berbanji pada diriku akan membuat ini menjadi jalan hidupku yang lurus dan tidak membuatku terjerumus lagi ke sini. Walaupun sebenarnya aku tidak menyesali alasan kenapa aku bisa berada didalam penjara selama 7 tahun. Aku melangkah dan menarik napas kuat-kuat sekali lagi lalu terdengar penjaga menutup gerbang dan bunyi klik. Aku resmi bebas.
Aku duduk menyesap kopi hangatku yang baru saja tiba lalu pandanganku menembus jendela melihat tempat dimana aku sering berlarian disebrang jalan ketika aku masih kecil. Banyak yang berubah dari kota ini selama tujuh tahun yang mengerikan dan aku tidak akan melewatkannya lagi.
Beruntungnya banyak temanku yang memberikanku sejumlah uang untuk selama seminngu mencari tempat tinggal, pekerjaan dan untuk kopi yang sedang ku sesap ini. Sungguh ini awal yang bagus.
Aku tidak tahu seorangpun, tidak ada teman ataupun keluarga yang bisa aku kunjungi disini Seattle karena sebelumnya aku tinggal di Portland. Awal ketika aku masuk penjara aku kira mereka akan memperlakukanku sama seperti aku memperlakukan mereka ternyata ini lebih buruk, tetapi itu hanya berlangsung selama 2 tahun dan aku mulai terbiasa juga mendapati teman yang baik dan membuatku nyaman.
3 tahun dipenjara ku dapati Ayahku meninggal dan setelah adanya pemeriksaan autopsi Ayah meninggal karena makanan yang dimakan terdapat racun dan ayah mengonsumsi sampai melampaui batas. Ibuku tidak mencintaku , tidak pernah mengunjungiku sekalipun, bahkan terlintas dipikiranya pun tidak, kurasa. Itulah kenapa alasanku selalu menjadi biang masalah dimanapun aku berada, di sekolah aku menjadi murid yang seringkali di skors karena mencuri mobil temanku. Ayahku mencintaiku karena alasan itulah aku bisa bangun pagi kesekolah, bisa merasakan kebahagiaan disaat ibuku memukuliku tapi itu tidaklah cukup untuk tahu apa artinya cinta.
Aku tidak pernah jatuh cinta dan aku pikir aku tidak pernah merasakannya. Maksudku, aku tahu itu adalah sebuah perasaan tapi yang aku maksud aku tidak dapat membedakan kau sedang jatuh cinta atau tidak seperti kataku, aku tidak merasakan apa-apa.
Aku menghentikan lamunanku, aku harus bergegas mencari tempat tinggal untuk menjalani hari-hari.
"Apakah yang ini cocok untukmu?" tanya perempuan setengah baya kepadaku. Ini cocok, sebuah tempat yang strategis untuk mencari pekerjaan karena tidak terlalu jauh dari kota dan jendela menghadap kearah dimana matahari terbit dan juga terdapat satu kamar mandi, satu tempat tidur dan juga tempat untuk berleha-leha di akhir hari. Aku melakukan penawaran dan perempuan sebaya itu setuju untuk pembayaran setengah dan dilunasi di akhir bulan. Perempuan itu memberikanku kunci, ruangannya hampir kosong hanya ada sofa dan kasur juga beberapa meja dan kursi kecil.
Untuk seseorang yang mempunya segudang cacatan buruk sepertiku terlebih dengan SMA yang putus akan sangat susah mendapatkan pekerjaan. Siapa yang menginginkannya? Ya, tidak ada.
Satu petak kecil ruangan depan aku tempatkan meja dan kursi yang kecil, karena tidak ada seorang yang membantuku, mustahil benda tersebut pindah dengan sendirinya. Semetara aku merapikan tempat tinggalku terdengar seorang wanita berteriak meminta tolong. Aku berlari kearah dimana suara itu berasal dan berjalan ke gang sempit menelusuri suara itu.
Aku berlari dan melihat dua orang pria sedang meraih tas dan barang bawaan wanita tua itu. Tidak seorangpun yang mendatangi dan membantunya lalu aku memberanikan diri melompat kebelakang salah satu dari pria tersebut dia berbalik panik dan kaget. Dia memutar lalu aku menutup mataku agar tidak pusing. Adrenalinku memacu.
Pria yang kurus mencoba membantu temannya, aku menendang pria yang satunya kearah pria kurus, mereka saling bertubrukan, terguling dan kepala mereka menabrak dinding. Tak banyak ambil waktu aku mengambil pistol yang berada di pria kurus lalu ku ambil amunisi dan menembak ke sisi dinding. Mereka menatapku garang sambil menyeka darah di dahi mereka.
"Mau yang lebih buruk dari ini?" tanyaku penuh ancam.
Mereka menggeram kesal karena pistol yang kupegang membuatnya kalah telak dariku lalu pergi lari. Aku berbalik dan menemukan perempuan tua itu sedang ketakutan. Aku tersenyum menyakini bahwa perempuan itu sudah aman dan membantunya berdiri.
"Apa kau baik-baik saja, Madam?" aku bertanya sambil membantunya membersihkan roknya dari debu tetapi perempuan tua itu menjauhkan tanganku dari roknya dan malah memelukku dengan erat. Bukannya tidak suka tetapi ini mungkin ini tanda dia mengucapkan terima kasih jadi ku biarkan saja.
"Terima kasih, Nak. Terima kasih banyak, katanya sambil memelukku."
"Ya. Sama-sama Madam."
"Madam Parker. Tapi panggil saja aku Madam Norah."
"Oh sama-sama Madam Norah."
"Apa kau ingin minum teh bersamaku, Nak?"
"Oh. Aku sangat menyesal tidak dapat bergabung dengan Anda minum teh karena ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Tetapi aku ucapkan terima kasih atas tawaran Anda."
Dia merogoh tasnya dan mengeluarkan sejumlah lembar uang, "Ini terimalah, atas kebaikanmu."
"Tidak, Madam. Sungguh jika aku menerimanya maka tidak ada pembeda antara diriku dan dua orang tadi. Tidak apa-apa sungguh," kataku kepada perempuan tersebut dengan wajah menyakini.
Dia menaruhnya kembali dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkan kepadaku yang ku kira adalah kartu tanda pengenal. "Ambil ini, hubungi aku jika kau sedang butuh sesuatu. Aku kan sangat senang membantumu."
Aku mengangguk lalu dia tersenyum dan melenggang pergi melewati gang kecil.
Ma. Norah Z, Parker 551-90-84 (Pemilik)/
Terdapat kata pemilik dikartu nama tersebut. Lalu aku mengira kiranya apa yang wanita miliki? Narkoba? Toko? Rumah sakit? Atau apa? Aku berpikir, jika dia pemilik sesuatu mungkin perempuan ini bisa memberiku pekerjaan dari sesuatu yang dia miliki?
Aku menaruh kartu nama tersebut dikantung celana, lalu melenggang pergi menuju tempat tinggalku mengingat banyak sekali hal yang harus ku lakukan sebelum sore tiba. Sebelum itu aku mampir terlebih dahulu ke toko guna membeli makanan-manakan untuk mengisi perutku dalam seminggu ini. Kebanyakan yang ku beli adalah makanan instan, selain mudah alasan lain karena aku belum terbiasa memasak.
Matahari sudah mulai tenggelam hanya menyisahkan gema-gemanya yang indah dilangit, sedang aku duduk mengistirahatkan badanku yang kelelahan, sungguh hari yang berat dan awal yang luar biasa. Lalu aku teringat dengan kartu nama yang Perempuan tua itu berikan dan segera menelpon nomornya, dia hanya memberikanku sebuah alamat.
Aku membersihkan badanku, bersiap akan beranjak tidur karena ini hari yang melelahkan. Aku baru saja bebas dari penjara, mendapatkan tempat tinggal pertamaku dan mungkin beberapa hari lagi aku mendapatkan pekerjaan pertamaku. Aku harus mengisi tenagaku lebih karena besok adalah hari awal untukku untuk menjalani kehidupan yang baru, aku akan mengisi hari-hariku yang kosong selama 7 tahun dan mencari sesuatu yang hilang dalam diriku. Aku tidak sabar.
Aku berharap semua berjalan baik-baik saja....