Cinta Kadang tidak terduga datangnya, entah dari mana, kapan, dan bagaimana, karena sejatinya cinta itu tidak memandang kaya, miskin, cantik, buruk dan lainnya, melainkan cinta itu tuluskah? Ikhlaskah? Karena cinta itu mengatakan mampukah kalian mencintaiku?
Seminggu sudah lewat semenjak Clara siuman dari komanya, kini Clara sudah bersiap-siap untuk pulang, karena keadaanya sudah membaik dan pulih sehingga dokter sudah memperbolehkannya pulang, meski ingatan Clara belum kembali. Akan tetapi Clara berfikir dia tidak sendiri karena ada kekasihnya Devan. Iya, Devan yang mengaku sebagai kekasihnya Clara, membuat Clara yakin karena seminggu ini Devan selalu menemaninya di rumah sakit dan merawatnya.
Clara juga sangat yakin dan percaya pada Devan karena sebelum dia sadar dari komanya, mungkin dia selalu menjaganya, jadi membuat Clara semakin percaya kalau Devan adalah kekasihnya.
Memikirkan tentang Devan, kenapa Devan belum sampai sudah hampir siang, Devan belum juga menjemputnya untuk pulang, jadi tambah kangen, dewi batin Clara bermonolog.
Suara pintu ruangan kamar VVIP itu terbuka dan muncul orang yang sedari tadi ada dipikiran Clara yaitu Devan, kekasihnya.
Devan hanya tersenyum kaku kepada Clara. Devan seperti biasa selalu mengenakan kemeja warna putih slimfit setiap mengunjungi Clara, lengan kemejanyapun selalu dilipat keatas sikunya sehingga menampilkan otot-otot tubuh yang tercetak pada kemejanya menambah kesan gagah dan terlihat sangat sexy, celana bahan hitam slimfit yang pas di pantat laki-laki itupun terlihat semakin hot menurut Clara karena bongkahan pantat pria itu terlihat pas apa lagi dipegang.
Clara berdiri dari duduknya dan menghambur kepelukan Devan begitu erat dan menenggelamkan kepalanya ke dada bidang Devan.
Devan kaget dan menegang. Sesaat dia diam tak membalas pelukan yang Clara lakukan dan akhirnya Devan membalas pelukan Clara juga dengan erat, reflek Clara mengelus punggung Devan mulai dari pinggang ke bongkahan pantat Devan dan meremasnya dua kali. Devan pun justru terpekik terkejut karena selama ini dia belum pernah disentuh wanita manapun yang berkencan dengannya pada daerah pantatnya. Meski Devan tau pantatnya itu sungguh sexy kata pujian teman tidurnya setiap kali berhubungan di atas ranjang. Namun kali ini berbeda. Ada rasa yang lain di hatinya akan sentuhan Clara barusan.
Clara melonggarkan peluknnya lalu mendongak ke atas menatap manik coklat jernih milik Devan.
Sesaat Clara tepesona dengan wajah kekasihnya itu. "Pantatmu sungguh sangat sexy Devan sampai aku tak tahan ingin menyentuhnya lagi." Clara terkikik akan kata-katanya sendiri. Ucapan Clara justru membuat Devan semakin bimbang karena tak disangka kalau Clara mengucapkan kata-kata vulgar kepadanya.
Clara pun segera melepaskan pelukannya dan menjauhi Devan seraya masih tertawa kencang dengan riangnya.
Devan baru tersadar dari lamunannya beberapa detik itu akibat kejailan Clara, kekasih spontannya itu. "Kamu nakal yah Clara, awas yah kamu." Devan mengejar Clara kepenjuru ruangan VVIP yang luas itu karena Clara keburu menghindar setelah melepaskan pelukannya pada Devan.
Clara hanya cekikikan sementara Devan tetap mengejar Clara yang terus tertawa dan akhirnya tubuh mereka jatuh di atas sofa dengan tubuh Clara yang berada di bawah sementara Devan diatasnya.
Nafas mereka berdua memburu hingga tatapan mereka bertemu, Entah siapa yang memulainya, bibir mereka bersentuhan saling memagut, menyecap dan saling menghisap.
"Arrrghhh...," Desahan Clara membuat Devan semakin bersemangat, tangan clara pun menggantungkan ke leher Devan. Devan terus mencium menjilat menghisap bibir Clara. Devan merasa bibir Clara sungguh manis dan rasanya sangat berbeda yang selama ini ia rasakan pada teman satu malamnya.
Desanpun llolos kembali dari bibir Clara, membuat Devan semakin menggila dengan terus mencium bibir Clara hingga mencium dagu terus merambat kebawah sampai leher jenjang Clara. Devan terus mencium dan menggigit serta mengisap leher putih mulus itu sampai meninggalkan jejak merah.
Kepala Clara pun menengadah keatas untuk memberi akses Devan menciumi lehernya karena entah kenapa keduanya semakin hilang kendali.
Devan terus mencium dan mencium, tangannyapun tidak tinggal diam ditempat, mereka saling meraba sampai ke payudara Clara seraya meremasnya dan terus meremas. Hingga tubuh Clara merasa kegelian tak terkontrol.
Clara mendesah terus membuat Devan lupa daratan bagai kesetanan, tangan Devan pun akhirnya membuka kemeja yang Cllara kenakan, baju yang ia belikan tempo lalu. Kancing pertama, kedua, dan ketiga sudah Devan lepaskan.
Mata Devan sangat sayu penuh gairah hingga tak sabaran Devan segera menyibakan bra berwarna biru dongkar itu ketas dan membuat payudara Clara terpampang di hadapannya. Sesaat Devan tertegun melihat payudara yang tidak bisa dikatakan kecil itu dengan puting berwarna pink muda. Terlihat sangat nikmat sekali di matanya.
Tanpa berpikir dua kali Devan segera membenamkan wajahnya ke belahan payudara besar Clara dan menghisapnya sangat rakus dari yang kanan terus bergantian dengan yang kiri, Devan terus menghisap menggigit kecil membuat Clara terpekik dan desahanpun akhirnya lolos dari bibirnya kembali.
Suara hisapan yang Devan lakukan seperti bayi yang menyusu keibunya seperti itulah Devan saat ini pada payudara Clara.
"Ssstt...arghhhh...," Desahan terus bernyayi dibibir Clara. Sampai suara ketukan pintu menghentikan kegiatan mereka berdua.
Suara pintu yang terbuka, masuklah perawat dengan baju putih khasnya. Sebelum perawat itu masuk, dengan spontan Clara mendorong tubuh Devan dengan tenaga yang kuat sehingga membuat Devan jatuh kelantai.
Bug!
"Aw." pekikan Devan membuatnya meringis kesakitan karena dorongan yang Clara lakukan.
Reflek Clara panik membantu Devan karena tindakan spontannya dan justru malah membuat Devan melongo dan menelan air liurnya kembali. Mendengar suara saliva yang ditelan Devan membuat Clara mengerutkan keningnya.
Perawat yang berdiri didepan pintu masuk kamar VVIP tu hanya diam termangu ditempatnya. Menyaksikan laki-laki yang terduduk dilantai dengan dihadapannya itu terdapat payudara wanita yang sangat besar dan menggiurkan.
Clara yang belum sadar karena tindakan refleknya yang membantu Devan terlebih dahulu sebelum menutup kembali bra yang tersingkap ke atas itu akibat ulah Devan.
Clara melihat mata Devan tertuju kemana dan mengikuti dan ternyata menatap payudaranya serta melirik ke pintu, otomatis Clara berteriak.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaakh." teriakan Clara memenuhi ruangan itu. Clara segera membenarkan bra dan mengancingkan bajunya seperti semula dengan sangat cepat. Ia sangat malu sekali, beruntung yang memergokinya perawat wanita, apa jadinya kalau perawat laki-laki?
Clara lalu berdiri kembali seraya membenarkan rambut coklat lurusnya kembali. Devan berdiri dengan masih kesakitan karena ulah Clara yang berlebihan.
Clara segera mengambil tas yang ada dibrangkar tempat tidurnya.
"Maaf saya hanya ingin membersihkan ruangan ini." cicit perawat yang masih berdiri didepan pintu itu dengan kikuk.
"Ah yah, kami juga sudah selesai dan akan pergi kok, Sus, terimakasih." ujar Devan pada perawat itu.
Sudah selesai? Pikiran perawat itu mungkin sudah selesai mesumnya karena kepergok berbuat yang senonoh diruangan rumah sakit.
Air wajah Clara masih merah karena malu kepergok berbuat mesum dengan Devan. Clara yang sambil berjalan menuju pintu keluar. Clara masih menunduk malu sementara Devan yang tersenyum kikuk dan menyalami perawat yang memergokinya. "Kita permisi, Sus" ucap Devan..
***
Hey hey semoga tidak geje geje banget nich ceritanya.. semoga part selanjutnya tidak ada kejar kejaran dulu yah.. wkwkwk🤗🤗
Next yah..
***Salam Hangat
(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found (Terjebak) ✅
General FictionWARNING!! 🚫 21+ ⛔Sebagian Part Dihapus!!!⛔ Tersedia di Google Play & Play Books!! Devan Ivanovic adalah CEO muda yang banyak di incar banyak wanita, dengan ketampanannya mengalahkan dewa yunani, diusianya yang ke 29 tahun dia sudah meraja...