16.

230 28 4
                                    

.
.
.
.
.
Enjoy
.
.
.
.
.

Hyojin duduk termenung di depan pintu apartemen Mark dan Jackson dengan mata sembab dan wajah pucat. Ia benar-benar tidak bisa kembali ke dalam apartemennya karena orang mencurigakan dan menakutkan yang telah mengobrak-abrik isi apartemennya bisa saja kembali lagi, atau yang lebih buruk orang itu masih di dalam apartemennya. Ia tidak mau ambil resiko. Jadi, ia memilih untuk menunggu kepulangan salah satu penghuni apartemen lain. Gadis itu benar-benar takut.

Kejadian seperti ini benar-benar pengalaman baru baginya. Selama di London dulu, dia tidak pernah merasa setidak aman ini.

Terdiam cukup lama di depan apartemen Mark dan Jackson membuat gadis itu berpikir keras. Dia harus kembali ke London secepat mungkin agar penguntitnya itu tidak bisa mengikutinya lagi. Tapi, bagaimana ia bisa kembali jika orangtuanya menginginkannya untuk tetap di Seoul? Lagipula, ia masih punya satu misi yang belum selesai. Menolong Mark. Ah, atau ia bisa saja mengabaikan Mark dan menyelamatkan dirinya sendiri. Ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Di masa depan Jackson yang pernah ia lihat, ia bahkan melihat Jackson menangis di atas pusara yang masih basah dengan nisan yang bertuliskan namanya. Bukankah itu tandanya ia akan mati?

Memikirkan hal itu lambat laun membuat kepalanya terasa pening. Semua ini terlalu membuat kepalanya sakit. Pikirannya tidak tenang. Ia sepenuhnya tertekan. Ayolah, ia hanya murid SMA biasa. Kenapa keselamatannya saja sudah terancam begini?

Tepat saat itu, pintu apartemen Mark terbuka dari dalam. Hyojin terperanjat dan memandang sosok yang berada di balik pintu dengan mata menyipit.

"Hyojin-ah!" seru orang itu terkejut.

"Lee Sunji..." sahut Hyojin pelan nyaris berbisik. Ia bingung melihat Sunji baru saja keluar dari apartemen Mark.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sunji yang sepertinya juga nampak bingung.

Belum sempat menjawab sosok Mark Tuan sudah menghampiri mereka. Matanya melebar saat melihat sosok Hyojin yamg sedang duduk di depan apartemennya.

"Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?" Hyojin balas bertanya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah. Sepertinya mereka sudah cukup dekat hingga Sunji terlihat sudah terbiasa bermain ke apartemen Mark.

"Aku mengajarinya beberapa pelajaran yang ia tidak bisa." alih-alih Sunji, justru Mark yang menjawabnya dengan sorot mata meyakinkan.

Sunji tersenyum malu-malu dengan wajah memerah yang menggemaskan. Entah kenapa, bagi Hyojin gadis itu semakin terlihat cantik beberapa hari terakhir ini. Sementara dirinya? Duh, lihatlah. Mark mana tertarik dengan gadis kucel berpenampilan berantakan, wajah pucat dan mata sembab akibat terlalu banyak menangis? Dia sembilan puluh persen sama sekali terlihat tidak bisa menarik atensi seorang Mark Tuan. Kenapa sembilan puluh persen? Karena yang sepuluh persen adalah pikiran positif dan rasa percaya pada dirinya sendiri, setidaknya.

"Oh," satu dengusan tidak berarti keluar dari mulut Hyojin. Ia bangkit berdiri. "Kalian bisa lanjutkan lagi kegiatan kalian. Aku pergi dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari kedua orang itu, Hyojin segera pergi dari sana. Mengabaikan Mark yang sepertinya baru saja akan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. Gadis itu menuruni tangga dengan kaki gemetar. Sekujur tubuhnya lemas sekali. Pikirannya tidak bisa tenang. Semuanya terasa semakin menyesakkan saat telinganya menangkap suara tawa yang terurai dari bibir Sunji.

Sepertinya ia memang serius menyukai Mark. Hingga melihat Mark tertawa bahagia bersama perempuan lain membuat hatinya seperti dicubit. Sakit. Sekalipun perempuan lain itu adalah seseorang yang sudah ia anggap jadi sahabatnya sendiri.

SWEET  NIGHTMARE  (a GOT7 FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang