Hay semua.... selamat malam
udah lama gak muncul di wattpad, selamat membaca
---------------
Bisikan suara-suara tiada henti semenjak Savira memasuki kafe ini, entah apa yang mereka gumamkan dia lebih memilih untuk tidak peduli. Namun berbeda dengan menit sebelumnya suara mereka tampak lebih keras sehingga mengganggu fokusnya yang sedang menatap taman samping kafe dari balik jendela. Dia mengalihkan pandangannya menatap segerombolan lelaki yang sedang menuju keluar dan disana mereka tampak berselisihan dengan beberapa cewek seumuran dengannya. Para perempuan itu tampak mematung menghalangi jalan disana, dan seseorang yang berjalan paling depan tampak memperlihatkan raut wajah jengkel yang segera disadari oleh mereka.
Para perempuan itu segera menyingkir dengan kepala menunduk menahan malu. Dan setelah para lelaki berlalu pergi, segerombolan perempuan itu dengan segera mengambil tempat duduk di dekat jendela mencoba mengambil peruntungan salah satu dari lelaki itu menoleh ke belakang menatap mereka.
Savira kembali mengalihkan pandangan, dia mengaduk minuman di gelasnya yang masih tersisa setengah.
drrrt drrrt
sebuah notifikasi tampak di layar handphone nya yang tergeletak tak tersentuh disamping gelas minuman di mejanya. Dia mengambilnya dan membuka pesan yang berisi 'jangan terlalu lama melamun nanti kesambet, aku pergi dulu by: your boyfriend.'
Dengan segera dia menoleh dan melihat beberapa mobil keluar dari parkiran. Seseorang mengulurkan tangannya tampak melambai dari jendela bangku kemudi yang terbuka sebelum menyusul kawanannya pergi meninggalkan café. Perhatian sekecil itu dapat membuatnya bersemu merah.
Dan café kembali ramai oleh beberapa perempuan yang berteriak histeris menganggap untuk dirinyalah perhatian itu.
Sang mentari meredup bersegera kembali menuju peraduan, walaupun bergitu suasana café masih ramai dan semakin hangat menjelang malam. Perempuan di samping jendela itu masih terdiam disana menikmati keindahan, tempat ini adalah salah satu pilihannya untuk menghabiskan waktu senggang yang ia punya. Bahkan karena terlalu sering dia mengunjungi café, beberapa karyawan mengenalnya.
Savira duduk dengan sabar menunggu jemputannya datang, sebenarnya dia masih ingin berlama-lama lagi tetapi ibunya telah beberapa kali menghubunginya untuk segera pulang. Savira lebih memilih diantar jemput atau jika tidak dijemput dia akan mencari taksi untuk pulang atau bepergian karena dia belum cukup umur untuk memiliki SIM dan berkendara sendiri.
Savira menghela napas, sopirnya tidak bisa menjemput karena tiba-tiba mobilnya mogok jadi sekarang berada di bengkel dan memerlukan waktu lama untuk diperbaiki. Dia beranjak dari kursi menuju kasir, setelah selesai melakukan pembayaran dia berjalan keluar café untuk mencari angkutan umum.
Sebuah getaran lama dari dalam tasnya, dia menghela napas siapa lagi yang menelponnya. Dengan tanpa melihat siapa yang menelpon dia menjawab.
"halo"
"kamu dimana? Sudah pulang?"
Savira melihat layar handphone memeriksa siapa yang melakukan panggilan padanya karena ia merasa asing dengan suara itu. Dia pikir yang menelponnya saat ini jika bukan ayah berarti ibunya tetapi ternyata adalah pacarnya. Dia masih belum terbiasa berbicara dan mendengar suara Rafa jadi wajar jika dia tidak mengenalinya.
"belum, ini masih mau nyari taksi"
"aku aja yang jemput, tunggu disitu"
Dan sambungan diputus tanpa menunggu persetujuan dari lawan bicaranya. Tak berapa lama sebuah mobil berhenti di hadapannya, kaca jendela mebil perlahan turun dan menampilkan sosok wajah Rafa.
"ayo masuk"
Savira segera membuka pintu penumpang di samping kemudi dan mendaratkan dirinya duduk di kursi senyaman mungkin. Suasana di dalam mobil tampak canggung, ini pertama kalinya mereka bersama dan tidak ada satupun diantara mereka yang membuka suara.
"maaf tadi kamu nunggu lama"
"enggak kok, justru aku yang merepotkanmu"
"ya enggaklah, jarang-jarang aku bisa jemput kamu kayak gini. Biasanya aku jemput berangkat sekolah selalu diantar dan pergi duluan"
Savira merasa malu, dia tidak tau kalau Rafa menjemputnya. Pantas saja Rafa kemarin hampir telat masuk ternyata harus pergi ke rumah Savira lebih dulu.
"maaf, aku udah kebiasaan diantar"
"kok jadi maaf-maafan gini. Oke, mulai besok aku yang jemput kamu dan untuk sebelumnya aku juga salah gak kasih kabar mau jemput"
"iya"
---------
yuk comment bagaimana ceritaku? sebagai masukan untukku dalam membuat part-part selanjutnya
vote juga ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Arrogant
Teen Fiction"and now, I know you are possesif girl" dari seorang lelaki. "and now, I know you are arrogant boy" untuk kali kedua di pertemukan dalam pertandingan yang sama dan dibalas dengan kata-kata yang hampir sama. Vereyza, Savira dan Refandra