Bab 18

2.7K 263 44
                                    

"Setidaknya gue sempat membahagiakan lo sebelum gue bener-bener gak bisa bahagiain lo lagi."

※※※※※

Tak terasa waktu berjalan dan kini mulai memasuki musim hujan. Hampir setiap hari selalu turun hujan. Namun hari ini ada yang berbeda, hari ini sangat cerah. Bahkan di langit hanya terdapat awan tipis dan sang mentari sedang semangatnya memancarkan semua sinar yang ia miliki. Benar-benar cuaca yang cerah dan indah.

Dan bagi seorang Afreen Neisya, pagi ini bahkan jauh lebih indah dari pagi yang lainnya. Bagaimana tidak, ketika ia hendak berangkat sekolah dan membuka pagar rumahnya, di sana terdapat seorang cowok yang sudah menampilkan senyuman lebarnya.

"Davka? Lo ngapain di sini?"

"Gue?" ujar Davka sembari mengarahkan jari telunjuknya di depan hidungnya sendiri.

"Menurut lo?" Seharusnya Afreen sudah tahu bahwa Davka tak akan pernah serius dengan ucapannya. Semua jawabannya terlalu bodoh. Terkadang ia tak percaya bahwa cowok ini benar-benar Davka yang sama dengan yang ia kenal selama ini di sekolah.

"Haha sorry, Af. Gue kesini cuma mau jemput lo."

"Jem...jemput..gue?" tanya Afreen tergagap. Yang benar saja, seorang Davka tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba berdiri di hadapannya dan dengan polosnya mengatakan bahwa ia datang untuk menjemputnya. Benarkah ini nyata? Bahkan hubungan mereka tidak sedekat itu untuk hal seperti ini.

"Iyalah. Emang ada Afreen lain disini?"

"A..ada lah. Ada Afreen Keiko 2 blok dari sini. Ada Afreen anaknya Mbok Mira, ada Afreen tukang jamu, ada Afreen anaknya kang Somat, ada Afreen a—" ucapan Afreen terhenti begitu saja kala Davka tiba-tiba memotong ucapannya.

"Gelak! Lu tukang sensus, apa?!"

"Ngarang! Mana ada tukang sensus secantik gue."

Mendengar hal itu Davka tertawa keras hingga sudut matanya meneteskan air mata. Ia tak pernha mengira bahwa kata-kata narsis seperti itu dapat keluar dari mulut seorang Afreen, cewek dingin bermulut pedas.

"Emangnya lo cantik?" ujar Davka di sela-sela tawanya.

"Gak. Ganteng gue," ujar Afreen yang kembali pada karakternya. Jutek.

"Uuuww hay ganteng," ujar Davka kemudian berlari menjauhi Afreen.

"Davka nyebeliiin!" Afreen berteriak dan turut mengejar Davka yang tengah berlari sembari terus tertawa yang membuat warga sekitar juga ikut tertawa, seakan tawa dari Davka bagaikan virus yang mampu menular dengan cepat.

Tanpa Afreen sadari, ia turut tertawa terbahak-bahak. Davka diam-diam merasa bahagia. Mungkin saja ia tak dapat memiliki hati Afreen. Namun satu hal yang ingin ia lakukan untuk cewek dingin yang mendiami hatinya itu. Bahwa Davka harus membuat Afreen bahagia dengan hidupnya hingga kebahagiaan itu pasti akan sempurna ketika Afreen menjadi milik kakaknya.

*****

Raehan duduk di sebelah bangku pemain yang terletak di pinggir lapangan sambil memantulkan beberapa kali bola basket ke lapangan. Hari ini turnamen basketnya akan dimulai. Namun sang adik masih belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Entah sejak kapan sosok adik tirinya itu menjadi berarti baginya. Anak nakal itu selalu dapat membangkitkan semangatnya di tengah pertandingan.

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang