Chapter 5

931 136 9
                                    

I'm coming back!!!
Adakah yang mencariku? Hahaa 😂
Jangan lupa vote ya kalau mau ini dilanjut terus. Commentnya juga ditunggu.
^^

------------------


Selama beberapa bulan berikutnya, Kyungsoo jarang bertemu Luhan dan Baekhyun. Kadang-kadang mereka sarapan bersama dengan terburu-buru di kafetaria, dan sesekali berpapasan di lorong-lorong rumah sakit. Hubungan mereka bisa dikatakan terbatas pada pesan-pesan yang mereka tinggalkan di apartemen.

"Makan malam ada di lemari es."

"Microwave sedang rusak."

"Maaf, aku tak sempat beres-beres."

"Bagaimana kalau malam Minggu nanti kita makan malam bersama di luar?"

Mereka terus-menerus dibebani jam kerja panjang yang menguji batas ketahanan semua resident.

Kyungsoo justru mensyukuri keadaan itu, sebab hal itu membuatnya tak sempat memikirkan Jongin serta masa depan indah yang telah mereka rencanakan bersama. Namun ia tetap gagal menyingkirkan Jongin dari pikirannya. Pria berkulit tan itu telah menimbulkan kepedihan mendalam yang tak mau hilang.

~~

Pada hari jumat, ketika Kyungsoo masuk ke kamar ganti untuk mengenakan baju operasi, ia menemukan kata "idiot" tertulis dengan spidol tebal hitam.

Keesokan harinya, ketika Kyungsoo mencari buku catatannya, buku itu hilang. Semua catatannya lenyap. Mungkin aku salah taruh, pikir Kyungsoo.

Tapi ia sendiri tak percaya itu.

~~

Suatu pagi, Kyungsoo berpapasan dengan Baekhyun di lorong. Baekhyun tersengal-sengal dan tampak cemas.

"Ada apa?" tanya Kyungsoo.

Baekhyun tersenyum gelisah. "Tidak ada apa-apa." Ia kembali bergegas menyusuri koridor.

Baekhyun termasuk kelompok resident yang dibimbing dokter bernama Choi Minho, yang dikenal sangat mementingkan kedisiplinan.

Pada hari pertama Baekhyun mengikuti kunjungan pasien, dr. Choi berkata, "Aku senang sekali bisa bekerja sama denganmu, dr. Byun. Dr. Lee telah menceritakan prestasi menonjol yang kau raih di bangku kuliah. Kalau tidak salah, kau akan mendalami ilmu penyakit dalam?"

"Ya."

"Bagus. Nah, berarti kau masih akan di sini tiga tahun ke depan."

Kunjungan pun dimulai.

Pasien pertama adalah bocah keturunan Jepang. Tanpa menggubris para resident lain, dr. Choi berpaling pada Baekhyun.

"Kukira kasus ini menarik bagimu, dr. Byun. Pasien ini menunjukkan semua tanda dan gejala klasik: tak ada nafsu makan, berat badan berkurang, gangguan pada indra pengecap, kelelahan, anemia, hiperiritabilitas, dan gangguan koordinasi. Bagimana diagnosismu?" Dia tersenyum penuh harap.

Baekhyun menatapnya sejenak. "Hmm, penyebabnya bisa bermacam-macam, bukan?"

Dr. Choi memandangnya sambil terheran-heran. "Ini jelas-jelas kasus..."

Salah satu resident lain memotong. "Keracunan timah."

"Tepat sekali," ujar dr. Choi.

Dia kembali berpaling kepada Baekhyun. "Bagaimana kau menangani kasus seperti ini?"

Baekhyun berusaha mengelak, "Hmm, ada beberapa cara yang bisa ditempuh, bukan?"

Resident lain angkat bicara, "Jika pasien terpapar untuk jangka waktu panjang, dia harus ditangani sebagai kasus potensia ensefalopati I."

The Real DoctorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang