Would You See Me? (Niall Horan Short Story)

861 47 2
                                    

Danau, adalah tempat dimana pertama kali aku dan Elliana bertemu.

Dan sekarang, aku sedang berada di danau itu.

Namaku Niall Horan,
Seseorang yang telah menaruh hati kepada perempuan itu sejak pertemuan kedua kami yang tidak disangka.

Tapi aku terlambat menyatakan perasaanku kepadanya.

Aku sangat menyesal, sebodoh itukah diriku?

Elliana,
Ia adalah seseorang yang sangat sempurna dimataku, sikapnya yang dewasa, senyumnya yang manis, sifatnya yang dermawan, penampilannya yang sederhana, itu semua membuatnya terlihat begitu indah, dan cantik.

Elliana,
karenanya, aku mengerti apa itu arti cinta yang sesungguhnya. Karenanya, aku belajar mengendalikan emosiku saat orangtuaku sedang bertengkar. Karenanya, aku tak pernah bersikap dingin terhadap orang lain lagi. Dan karenanya juga, saat ini aku dapat bermain gitar yang menjadi hobiku selama beberapa bulan terakhir ini.

Itu semua berkat wanita manis dan cantik tersebut, Ellianaku sayang.

Dan disini, aku mencoba mengingat semua hal yang telah terjadi bersamanya.

.....

Saat ini aku duduk di danau hanya sekedar untuk menenangkan diriku dengan mendengarkan musik melalui earphone yang sedari tadi kugunakan sejak di kamar karena aku sangat bosan dan jenuh melihat orang tuaku bertengkar tiada henti.

"Permisi, bolehkah saya duduk di sebelah anda?" Tanya perempuan tak kukenali yang tiba-tiba datang dengan membawa sebuah novel di pelukannya.

Mulutku yang sedang ingin melampiaskan amarah pun menceletuk, "Sial, kenapa gak duduk di lain tempat saja sih? Kenapa harus disini. Lagian kursi lain kan masih banyak." Jawabku dengan nada yang agak tinggi, karena terbawa emosi.

"Baiklah, maaf karena telah mengganggumu." Ucap perempuan itu kecewa, sambil pergi meninggalkan tempat dimana aku berada sekarang.

Aku melihat kemana arah perginya wanita berambut pirang itu. Langkahnya tak juga berhenti dan seketika aku melihat sekeliling danau ini, tak ada satu bangku pun yang tersisa. Ternyata apa yang kuucapkan tadi salah.

"Hey, kau boleh duduk di sebelahku!" Ucapku teriak kepadanya. Setidaknya aku masih punya hati untuk berbagi bangku dengannya. Ia menoleh ke arahku dan memberikan senyumannya, lalu ia menghampiriku dan duduk di sebelahku.

"Terima kasih. By the way, namaku Elliana, Siapa namamu?" Tanya perempuan itu.

Moodku yang sangat tidak karuan ini membuatku malas menjawab pertanyaannya. Niatku hanya mempersilahkannya untuk duduk, bukan untuk mengajakku berbicara, apa lagi berkenalan. Lalu aku segera meninggalkan danau itu. Kulihat, Elliana sangat kebingungan dan merasa bersalah ketika aku berjalan menjauhinya. Tapi siapa juga yang peduli dengan perasaannya.

.....

Ya, kejadian itu.

Kejadian itu, yang mempertemukanku dengannya pertama kali. Aku begitu dingin dan bertingkah kekanakkan padanya. Memberi tahu namaku saja, aku tak mau.

.....

Hari ini aku lebih memutuskan untuk makan siang di Nandos daripada aku harus duduk dan makan di meja makan yang sama dengan Ayah dan Ibu. Aku lelah menjadi perantara mereka saat terjadi peraduan mulut diantaranya.

Setelah memesan makanan di Nandos, aku tidak menemukan satu pun meja yang kosong. Hanya ada setengah bangku yang kosong, karena separuhnya sudah ditempati oleh seorang wanita. Terjadi pergelutan batin di dalam diriku tentang apakah aku harus duduk disana atau harus menunggu yang lainnya. Tetapi perutku sudah sangat lapar, dan aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Would You See Me? (Niall Horan Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang