"Hey" cowok itu pun menariknya ke depan, dan mendekat satu langkah kepadanya.
"Lo harus nerima hukuman gue kemaren" dia mendekat satu langkah lagi, dan orang di hadapannya perlahan berjalan mundur untuk menjauhinya.
"Gue ga mau denger penolakan" dia semakin mendekat, orang yang berada di depannya cepat berjalan mundur, tetapi hanya beberapa langkah saja badannya sudah menyentuh dinding.
"Gue ga mau. Gue bukan babu lo!" mata gadis itu menyipit dan menatap orang yang di hadapannya. Kepalanya sedikit mendongak ke atas karena tingginya memang tidak sepantar dengan orang yang berada di depannya saat ini.
"Yakin? Gue bakal maksa lo jadi babu gue, bagaimanapun caranya." cowok itu tersenyum miring, lalu mendekat ke arah wajah gadis itu dalam beberapa detik dan langsung pergi menjauhinya.
"Dasar sinting"
***
*telpon berdering*
Dia mengerjapkan matanya untuk menerima cahaya matahari yang masuk, tangannya meraba nakas yang ada di sampingnya.
"Hmm halo?" Jawabnya dengan suara serak
"Dasar kebo" umpat orang di sebelah sana
"Lo tau sekarang sudah jam berapa?" Lanjutnya
"Hm? Paling juga masih jam 6 kan" ucapnya dengan mulut yang terbuka lebar
"Jam 6 darimana! Coba liat jam yang ada disebelah lo" teriaknya'Dih apaan coba, ini masih jam 6. kok ga percaya sih' dia melirik ke arah jam yang ada di sampingnya.
"Buset! Kok lo ga bilang dari tadi kalau udah jam setengah 7! Yaudah, daahh!" Cewe itu pun langsung menutup panggilannya.
"Hah, apaan coba. Udah baik-baik orang ngingetin buat sekolah, malah kena getahnya gua. Ahhh terserah lah, cewe memang selalu benar" ucap orang di seberang sana. Dia mengacak-ngacak rambutnya, lalu pergi.
***
"Pa! Bapa! Bentar dulu Pa kasih saya buat napas dulu. Bapa tau ga gimana lelahnya lari dari ujung sana" dia menunjuk ke arah belakangnya
"Sampai disini? Ahh sudahlah, boleh masuk kan pa?" Lanjutnya.
"Cepat sana, sebelum bapa tutup gerbangnya. Sana masuk!"Adora pun menatap dengan mata berbinar sambil tersenyum ke arah bapa itu.
"Bapak memang yang terbaik!" Adora mengacungkan kedua jempolnya kedepan.
Dibelakangnya sedari tadi sudah ada orang yang memperhatikannya. Dia tertawa sesaat lalu berjalan maju."Dasar cerewet" gumamnya
"Hah!" Adora menatap orang itu dengan mata yang melebar dan alis yang tersambung.
"Sampai nanti ya pak! Sarangheo sonsaengnim!" Ucapnya sambil berjalan dengan tangan yang di bentuk seperti hati.Adora sedikit berlari untuk bisa menggapai orang itu.
"Aww!" Dava berbalik sambil melotot kearah adora.
"Hm hehehe, ayo masuk!" Adora langsung menarik tas dava sambil tersenyum lebar.
"Heh! Woi! Stop sttoppp woi! Gua bilang berhenti!"
"Hah? Apa?" Adora pura-pura tidak mendengarnya, lalu dia tetap menyeret tas dava."Sangat menarik" dia menghembuskan nafasnya lalu pergi menjauh.
****
Adora melewati lorong kelas dengan gaya santainya. Sesekali dia tersenyum ramah dan melambaikan tangannya kepada orang lain.
"Adora!"
'Mampus, ga bisa slamet lo adora' cewe itu pun berbalik perlahan, lalu tersenyum."Eh Pak Slamet, apa kabar pak? Kangen sama saya ya? Baru 1 hari ga ketemu pak. Bapak jangan marah marah ya.. nanti Bapak tinggi darah lagi"
"Bisa-bisanya ya kamu! Udah bapak bilangin ga boleh makai jaket di dalam sekolah dan juga gak boleh makai gelang!"
"Yaiyalah bisa bapak" Adora segera mengambil ancang-ancang, saat melihat pak slamet sudah tidak bisa menahan amarahnya, adora pun langsung lari dan disusul sama pak slamet."Hahhh hahh, Pak ampun Pak! Jangan kejar saya lagi!" Teriak adora dengan napas tersengal-sengal.
"Sini kamu ya! Awas kalau ketangkep!" Dengan membawa tongkat besi kecil, pak slamet berlari dengan lincahnya bak atlet lari."Misi! Misi!" teriak adora di sela-sela larinya.
"Saya ga bakal ketangkep! Liat aja-"
"Aww!"Adora tidak sengaja menatap matanya, mereka memang benar. Matanya memang sangat memikat, sehingga banyak sekali orang yang menggilainya.
'Ahh engga-engga apa yang gua pikirin sih' adora menggelengkan kepalanya lalu mencoba berdiri, tapi tangannya di tahan alhasil wajah mereka berdua bertemu lagi.
Cewe itu tidak suka dengan situasi mereka saat ini, dia pun memukul kepala cowo itu.
"Arghhh, kok lo pukul sih" cowo itu mengusap-usap kepalanya, selagi itu adora pun bisa berdiri. Dia membersihkan tangannya, lalu mengatakan maaf kepada orang itu.
"Aishhh aduduh pak... jangan ditarik kenceng-kenceng" Pak slamet berada di belakang adora sambil menarik telinga cewe itu. Lalu dia menyeret adora ke ruangannya.
David mencoba berdiri sambil memegangi kepalanya, lalu dia tertawa tentang apa yang telah terjadi padanya. Huh dia memang sudah gila akhir-akhir ini, entah kenapa dia terus saja tertawa tanpa sebab.
***
"Kamu baru saja 1 bulan di sekolah ini, tapi poin pinalti kamu sudah 27. Arghh bapak tidak habis pikir dengan sikapmu itu, bisa-bisanya kamu-"
"Sssssstt Bapak kok bawel banget ya, nanti saya tulis surat permohonan maaf ya bapak..." ucap adora sambil tersenyum
"Sebagai hukumannya kamu bersihin lapangan bola basket, awas! Mata bapak ada dimana-mana" mata pak slamet menyipit, lalu menggerakkan ke 2 jarinnya dari matanya lalu ke mata adora. Melihat itu adora tersenyum lalu membungkuk dan pergi meninggalkan ruang BK.Saat berjalan ke lapangan basket adora berhenti di depan kelasnya dulu. Dia meraih kursi yang berada didekat jendela lalu menaikinya. Matanya menelusuri setiap sudut ruangan, dia pun melambaikan tangannya sambil mengatakan "Semangat teman-teman gue!"
Adora menyadari bahwa guru pengajar sedang melihatnya, dia pun tersenyum lalu pergi dari situ.
"Dasar bodoh" dia mengacak rambutnya pelan, sambil memikirkan sesuatu.
****
Finally!
Gua remake sedikit sih, jalan ceritanya juga gua perbarui lagi! Kata-kata yang menurut gua janggal juga di perbaiki. Ya segitu aja sih, jangan bosan buat baca cerita ini!! Maaf juga karena akhir akhir ini memang tidak melanjutkan ceritanya. Jangan lelah untuk menunggu, tetap lah berusaha dan ingat kembali apa tujuanmu pertama kali melakukannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
REMIND
Teen Fiction[DIREVISI ULANG] Suatu 'kebetulan' membuat dua orang yang sudah lama terpisah akan bertemu kembali lalu merajut kisah mereka yang dulunya tertunda. Dengan Shara Adora yang memiliki sifat jahilnya dan 'masa lalunya'. Lalu dengan David Ferdinan yang...