Side Effect

272 15 10
                                    

Warning: 21+
Cerita mengandung unsur kekerasan, adegan sadis, darah, dan lain sebagainya.

Tadinya saya ingin meng-update side story, tapi entah mengapa otak saya malah kepikiran buat part ini. Ya sudahlah, yang penting kalian menikmatinya.

Happy reading!

****

(Jangan tanyakan mengapa ada gambar ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Jangan tanyakan mengapa ada gambar ini. Kalian sudah tahu sendiri beritanya. kalau belum tahu, cari sendiri.)

****

Salah satu ruangan di dalam gedung clubing ini terlihat kontras. Jangan harap kau akan menemukan lampu kelap-kelip, electronic dance music, ataupun minuman-minuman beralkohol dan berkelas. Di ruangan ini beberapa perangkat komputer canggih tersusun rapi di atas meja. Lalu terdapat dua sofa putih dan meja kecil di dekat pintu, serta satu kulkas berada di seberang kedua sofa itu. Namun, bukan itu saja yang mebuat ruangan itu terlihat berbeda. Tepat di langit-langit ruangan ini beberapa tubuh manusia menggantung dengan bantuan paku dan tali. Tubuh-tubuh manusia itu dalam keadaan mati, bahkan beberapa diantaranya terpotong.

Bukan tanpa alasan tubuh-tubuh manusia itu menggantung di langit-langit. Itu merupakan salah satu teknik membunuh yang dimiliki oleh pemilik tempat clubing ini. Seseorang yang dijuluki sebagai Elisabeth Batthory, Queen of Vampire masa kini. Wanita pembunuh yang mencetak rekor dengan membunuh seribu lebih banyak nyawa manusia, sama seperti Elisabeth Batthory berabad-abad lalu.

"Kau kemari ingin meminta bantuanku?" tanyanya pada seorang pemuda yang duduk di sofanya.

Pemuda itu mengangguk. "Aku minta tolong carikan pelaku yang sudah membunuh rekanku."

Wanita itu bersedekap. Sebelah alisnya terangkat, memandang dengan penuh kecurigaan. "Memangnya siapa yang mengutusmu mencarinya? Aku tidak percaya kalau kau datang ke sini karena inisiatifmu sendiri."

Pemuda itu menghela napas pendek. "Tobi yang mengustusku."

"Tobi?" Wanita itu menopangkan dagu dengan tangan kirinya, mendelikkan mata ke atas hendak berpikir. Lantas, ia kembali berbicara. "Oh, Tobi ya? Hahaha. Sudah lama aku tidak bertemu dia. Bagaimana dia kabarnya sekarang? Apa organisasinya masih ada?"

"Hah... kalau aku ada di sini, itu berarti organisasinya masih ada, lah..."

"Hehehe. Habisnya dia dari dulu ngebet banget pingin aku masuk ke organisasinya," ucap wanita itu sambil cemberut.

"Oh ya? aku baru tahu akan hal itu."

"Hahahaha." Wanita itu tertawa. "Sudahlah, tidak penting. Lagian itu kejadiannya sudah lama sekali." Wanita itu berjalan menuju sofa yang diduduki pemuda itu dan duduk di sampingnya. "Jadi, Ar... kau ingin minta bantuan apa dariku?"

Psycho Detected (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang