Semua orang yang berada di lokasi tampak sibuk menata sofa dan pencahayaan agar hasil pemotretannya nanti bisa bagus dan sempurna. Sesempurna model yang kali ini datang.
Sandara Harsanto.
Gadis itu menjadi pusat perhatian seluruh industri hiburan. Setelah menjalani masa-masa menjadi idol dengan suka cita. Begitu debut di perusahaan asal Korea Selatan yang bekerjasama dengan Indonesia, Dara masuk sebagai visual dari girl group yang berisikan lima anggota.
Banyak yang menawarkan kontrak kerjasama untuk Dara, tapi mereka tidak bisa menerima semuanya karena memikirkan kondisi kesehatan Dara. Sejak masih di masa pelatihan gadis itu bukanlah trainee biasa, orang tua Dara memiliki power yang kuat di dalam dunia bisnis dan menguasai catur politik.
Maka dari itu pemilihan kerjasama yang dilontar ke Dara harus diperiksa dengan saksama, bukan masalah uang, tapi lebih kepada apakah ini cukup berharga untuk diterima?
Usai pemotretan Dara pun mengucapkan terima kasih pada seluruh kru dan photographer, mereka memuji betapa cantiknya Dara bahkan jika tanpa make up sekalipun Dara akan tetap bersinar.
Dara hanya membalasnya dengan senyuman kemudian dia berjalan memasuki ruangan khusus untuknya beristirahat. Begitu pintunya tertutup dan dia sudah berada di dalam, wajah ramah Dara menghilang digantikan ekspresi datar yang tidak enak dipandang. Dia duduk di sofa seraya menatap Manajer, gadis itu meminta manajernya membelikan minuman lalu menyuruh seseorang yang telah menunggunya sejak tadi datang sementara orang lain tidak diperbolehkan masuk ke ruangan.
Seorang pria memakai kacamata tebal yang merupakan sekretaris pribadi ayahnya datang sambil membawa dokumen, Dara membukanya dan berbicara.
"Bagaimana tanggapan Papa?" tanya gadis itu menutup kembali dokumennya dan melemparnya ke atas meja.
"Tuan ingin Nona fokus pada karir, untuk pendidikan Nona bisa tetap di homeschooling karena Tuan takut Nona jatuh sakit akibat terlalu kelelahan."
"Lalu Mama?"
"Nyonya meminta Nona untuk masuk ke sekolah fashion saja karena selaras dengan karir Nona."
Gadis itu menyalakan ponsel yang sejak tadi dimatikan. "Apakah tidak ada satu orang pun dari mereka yang menanyakan apa alasanku ingin sekolah umum?"
"..."
"Pak Bhanu, apakah sekarang kamu kehilangan kata-kata?"
Bhanu membenarkan letak kacamatanya, gugup. "Maaf, Nona ... tetapi Tuan dan Nyonya tidak menanyakannya."
Dara tersenyum tipis. "Kalau begitu tidak ada alasan untukku mendengarkan pendapat mereka."
"Tapi, Nona ...."
"Sampaikan pada mereka apa pun yang mereka katakan aku tetap ingin sekolah umum."
"Baiklah ...." Bhanu merapikan dokumennya. "Tapi, Nona ingin sekolah di mana?"
"Tentu saja di Ibish International High School."
Dara mengucapkannya sambil menatap layar ponsel yang menampilkan foto Gastra dan Naka di pemakaman.
🍂
Di tempat yang bernamakan tempat tinggal para roh setelah kematian, Chan berusaha mencari tentang alasan mengapa ada seseorang yang tidak memiliki simbol love di perpustakaan akhirat.
Bari yang sudah kelelahan karena terus-menerus mengerjakan tugas milik Chan segera menghampirinya, dia merasa dongkol setengah mati mendapati asisten malaikat maut itu justru sedang bersantai sambil membolak-balikkan halaman buku.
"Hei, keparat kau!"
Chan terkejut mendengar suara Bari yang menggelegar sampai bunyi petir pun keluar.
"Bagaimana bisa kau melempar tanggung jawab kepadaku? Apa gunanya kau sebagai Knight bila tidak membantu pekerjaanku?" ketus Bari menutup paksa semua buku yang terbuka. "Apa kau sudah tidak menginginkan kesempatan kedua yang Tuhan berikan? Lihat simbolmu itu, apa kau yakin masih bisa memiliki kekuatan dengan persentasemu yang setengah itu, hah?!"
Mendengar omelan Bari tentu saja membuat Chan melirik simbol love yang ada di pergelangan tangannya. Tidak seperti manusia yang memiliki tiga maka Knight hanyalah satu dan terdapat persentase yang menunjukkan sudah berapa banyak roh yang diantarkan Chan menuju akhirat. Dan simbol ini hanya sesama malaikat saja yang bisa melihatnya, Naka yang bisa melihat punya orang lain pun tak luput dari kecuali.
Dulu persentase yang dimiliki Chan sudah mencapai 99%, dia hanya perlu mengantarkan beberapa nyawa lagi ke akhirat, tapi karena Chan membaginya pada Naka kini persentase itu turun jadi 40% dan akan semakin turun apabila Chan melewatkan atau melepas tugas mengantarkan roh itu ke jembatan akhirat.
Jika terus seperti itu Chan tidak akan bisa kembali hidup dan mendapatkan ingatannya. Karena untuk meningkatkan 1% itu dibutuhkan 100 nyawa yang dia bawa ke akhirat.
"Diamlah, ada satu hal penting yang ingin kutanyakan padamu," kata Chan berusaha tidak bergetar karena aura menakutkan Bari. "Ini tentang kasus roh nomor 666."
Mendengar nama roh nomor 666 disebut, kepala Bari jadi pusing. Bagaimana tidak? Gara-gara roh itu dunia akhirat gempar bukan main. Para penjaga roh yang seharusnya lebih tahu lokasi setiap roh berada justru kehilangan jejak ketika mereka sedang memindahkan semua roh ke bangsal lain.
Niatnya roh nomor 666 akan diisolasi ke suatu ruangan yang berada di bawah kerak neraka. Si pembuat onar yang selalu mengajak manusia membuat kekacauan itu berhasil ditangkap oleh Bari saat dia sedang merasuki salah satu tubuh manusia tanpa jiwa dan berkat Chan yang menyadari adanya keanehan pada manusia itu segera menghubungi Bari apakah ada orang yang akan meninggal dalam waktu dekat?
Setelah Bari memberi informasi tidak ada, Chan segera menyuruhnya ke bumi sebab Chan merasa manusia itu dirasuki. Rupanya benar saja, untung Chan cepat tanggap kalau tidak roh nomor 666 yang selama ini buronan tidak akan pernah tertangkap dan diadili di penjara akhirat.
Namun, sekarang karena kecerobohan para penjaga mereka harus kehilangan roh nomor 666 lagi!
"Ada apa? Apa kau menemukan sesuatu?"
"Aku kurang yakin karena setelah kuamati aku tidak merasakan adanya aura dari roh tersebut. Ah, lalu daripada itu, aku ingin bertanya apakah ada kasus di mana manusia tidak memiliki simbol love?"
Bari diam sejenak, dia mencoba mengingat-ingat kasus yang serupa. "Kalau tidak salah memang ada, tapi itu sekitar 100 tahun yang lalu. Waktu itu malaikat maut senior yang menangkapnya, tapi aku tidak ingat ada di mana dokumen kematian orang itu," jelas Bari kemudian menatap Chan. "Ada apa? Kau menemukan manusia tanpa simbol?"
"Ya, bisa dibilang seperti itu ...." Chan menyugar rambutnya yang panjang menutupi mata. "Jika memang ada kasus seperti ini sebelumnya selain malaikat maut bukankah malaikat pencatat amal juga memilikinya?"
Bari mengangguk. "Ya, memang benar. Kemungkinan ada dokumen salinan yang disimpan oleh malaikat pencatat amal." Bari menggantungkan kalimatnya. "Kau tahu bukan kau tidak diperbolehkan ke sana?"
Untuk mendapatkan akses ke tempat malaikat pencatat amal itu tidak mudah karena Knight dilarang naik ke langit ketujuh di mana para malaikat agung tinggal. Chan hanya bisa menyentuh sampai langit keenam yaitu penjara akhirat.
"Ya, aku tahu. Maka dari itu bisakah aku memintamu untuk membantuku? Aku sangat memerlukan dokumen itu!"
Bari menarik satu alisnya ke atas. "Hanya dengan kau bekerja kembali aku berjanji akan mencarikannya," ucap Bari menatap Chan tajam kemudian dia menghela napas lelah. "Tapi yang pasti sepertinya orang itu tidak bahaya sebab bisa jadi orang itu memang dalam keadaan sehat sehingga simbol love-nya tidak terlihat. Terkadang dalam beberapa kondisi simbol memang tidak muncul, tapi jika simbolnya tidak terlihat sampai akhir hayat, itu beda cerita, aku akan segera mencari tahunya."
Lalu sebelum pergi Bari menepuk bahu Chan dua kali dan memberikan lelaki itu tugas untuk menjemput seseorang, ada yang akan meninggal dalam waktu tiga jam dari sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naka's Mission
Teen Fiction[CERITA INI AKAN TERSEDIA GRATIS PADA 17 SEPTEMBER 2021] Naka dihidupkan kembali oleh seorang Knight-malaikat maut-bernama Chan, tetapi hanya sampai 100 hari ke depan dan selama itu Naka harus membantunya menemukan roh nomor 666 yang memberontak dan...