[22] Why Should Her

2.7K 508 61
                                    

Azura memandang Lintang sungkan. Lelaki itu sedang sibuk mengangkut barang-barangnya ke dalam mobil.

Sesuai dengan perkiraannya, Lintang memang lebih bisa diandalkan ketimbang Langit. Jika Langit yang membantunya, sudah pasti sudah ada seribu keluhan yang keluar dari mulutnya.

"Ra ini udah semua?" Lintang berbalik tepat setelah ia menutup pintu bagasi mobilnya.

"Iya Kak, barang-barangku cuma dikit kok." Azura menjawab lembut disertai senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya.

"Yaudah yuk berangkat sekarang kasian Kalan ama Alya entar nunggu sendirian, soalnya Shefa bentar lagi udah mau berangkat. Ada rapat katanya." Azura mengangguk mengerti. Seketika ia teringat dengan cerita Langit tentang pacar kakaknya yang memang mahasiswa super sibuk.

Lintang berjalan mendahuluinya kemudian dengan gentle dia membukakan pintu mobilnya untuk Azura. Gadis itu jadi semakin sungkan padanya.

"Silakan masuk calon ade ipar." Lintang sedikit membungkukkan badannya sambil berusaha menahan tawa. Akhir-akhir ini ia sering menggoda Langit perihal hubungannya dengan Azura dan Langit selalu bereaksi pura-pura marah atau sok tidak peduli, meskipun begitu Lintang masih bisa menyadari gelagat salah tingkah adiknya dan sekarang Lintang penasaran bagaimana Azura akan bereaksi atas ucapannya barusan.

"Adik ipar apanya Kak." Azura tersenyum aneh. Ia tidak tahu bagaimana menanggapi candaan Lintang barusan.

Belum sempat Lintang membalas ucapan Azura, suara teriakan yang memanggil namanya sudah lebih dulu memotongnya. Lintang hapal betul siapa pemilik suara itu dan Lintang sudah bersumpah kalau ia tidak mau lagi bertemu dengan si pemilik suara.

Tanpa repot-repot menoleh pada orang yang baru saja memanggilnya, Lintang segera menyuruh Azura masuk ke dalam mobilnya, namun gadis itu malah terpaku keheranan.

"Kamu kok bisa ada di sini?" Suara yang tidak mau didengarnya lagi itu mengalun kembali. Membuat Lintang teringat akan kisah masa lalunya yang sudah ia kubur jauh di dalam ingatannya.

"Dan kenapa kamu bisa sama Azura?" Lintang terperangah kala orang itu menyebutkan nama Azura dengan nada penuh kebencian. Sama seperti saat ia menyebut nama kekasihnya, Shefa.

"Bukan urusan lo!" Lintang bergerak menjauh dan berdiri di sebelah Azura.

"Dulu lo pacaran sama cewek gak jelas, dan sekarang sama anak buangan. Selera lo kok aneh-aneh ya?" Lintang menggeram dalam hati. Jika ia membuat list orang yang paling dibencinya di dunia maka sudah bisa dipastikan kalau Manda akan menempati posisi yang pertama.

"Mau gue pacaran sama siapa aja juga bukan urusan lo!" ucap Lintang dengan nada super sinis yang ia punya. Sebenarnya Lintang bukan tipe orang yang pendendam, hanya saja perbuatan Manda di masa lalu sudah melebihi batas wajar. Ia sudah mencampakkan Lintang demi laki-laki lain dan memintanya untuk kembali saat Lintang sudah bersama Shefa, orang yang telah menyembuhkan luka yang ditorehkan Manda padanya. Dan saat Lintang menolak, Manda tidak terima. Ia bahkan sampai mencelakai Shefa hingga kekasihnya itu dirawat di rumah sakit selama berhari-hari.

Lintang tidak akan pernah lupa dengan kejadian itu.

Tidak akan pernah.

"Ra, ayo cabut!" Lintang segera menyeret Azura masuk ke dalam mobilnya sebelum Manda sempat berkata lebih jauh lagi.

" Lintang!" Sekali lagi Manda memanggil nama Lintang. " Lintang aku masih mau ngomong sama kamu!" Manda berteriak, namun Lintang mengacuhkannya. Ia segera masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana secepat mungkin.

Mood-nya benar-benar berantakan. Dan itu semua karena dia bertemu dengan Manda.

"Ra?" Akhirnya Lintang kembali buka suara setelah cukup lama terdiam dalan keheningan.

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang