BAB 6

17.1K 1K 40
                                    

Sudah lima bulan Nathan berada di London untuk meneruskan study-nya.

Jujur saja, ia sangat merindukan Viona. Bagaimana keadaan wanita yang sangat dicintainya itu? Apa dia baik-baik saja?

Terlalu banya pertanyaan dibenak Nathan untuk Viona.

Setelah ia memberi tahu Viona mengenai kepergiannya ke London. Viona sama sekali tidak mau mengangkat teleponenya. Pesan yang Nathan kirim untuk Viona juga hanya dibaca saja oleh Viona tanpa ada balasan.

Nathan menghela napasnya. Ah, sudahlah! Berhenti memikirkan Viona. Lebih baik ia pikirkan saja kuliahnya. Ia harus belajar lebih giat. Ia harus membuat bangga kedua orang tuanya.

"Nath, apa kau sudah selesai?!" teriakkan nyaring seorang perempuan terdengar dari ruang tamu di apartement Nathan.

Perempuan itu adalah Laura Wijaya, anak dari rekan bisnis Ayahnya yang kebetulan juga sedang kuliah di tempat yang sama dengannya.

Nathan mengenal Laura pertama kali di koridor kampus saat ia dengan tidak sengaja menabrak Laura yang saat itu sedang membawa banyak buku.

Mulai saat itu mereka mulai berteman dekat. Nathan hanya menganggap Laura seperti adiknya sendiri. Karena Viona sampai saat ini masih menguasai hatinya.

Nathan tidak bisa membuka hatinya untuk gadis lain karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Setelah ia menyelesaikan studynya dan apa yang ia impikan tercapai. Ia akan kembali dan langsung meminta Viona kepada kedua orang tuanya untuk menjadikannya sebagai wanita satu-satunya di dalam hidupnya.

Nathan harap Viona masih menunggunya kembali.

"Aku sudah selesai, ayo kita berangkat," kata Nathan sambil berlalu begitu saja dari hadapan Laura.

Nathan melirik Laura sekilas ketika mendengar dengusan perempuan itu karena sikap acuh Nathan.

"Nath, tunggu kenapa. Kau berjalan cepat sekali," protes Laura sebal ketika ia tertinggal cukup jauh di belakang Nathan.

Nathan menghentikan langkahnya. Laki-laki itu mengembuskan napas kesal. Dalam hati ia mencibir Laura yang tadi menyuruhnya untuk cepat. Namun setelah Nathan berjalan dengan cepat, perempuan itu malah mengomel.

"Cepetlah sedikit, Ra, kita sudah terlambat," kata Nathan sambil berjalan cepat menuju lift, meninggalkan Laura yang kembali tertinggal cukup jauh di belakangnya.

Nathan menekan tombol lift. Menunggu beberapa saat hingga pintu lift terbuka dan Nathan langsung masuk ke dalam. Laura ikut masuk ke dalam lift dengan wajah kesal yang sangat kentara.

Selama di dalam lift hanya keheningan yang terjadi. Nathan tahu Laura marah padanya. Tetapi lelaki itu membiarkan Laura begitu saja tanpa mau bersusah-susah membujuk agar perempuan itu tidak marah padanya.

Ketika pintu lift terbuka di lobby utama. Nathan langsung berjalan keluar lift menuju mobil Audi R8 berwarna putih kesayangannya yang sudah terparkir cantik di depan lobby apartement. Di ikuti Laura di belakangnya.

Nathan masuk ke dalam mobilnya dan duduk di belakang kemudi. Laura menyusul dan duduk di kursi penumpang samping kemudi dengan wajah yang ditekuk kesal.

Setelah memasang seatbelt. Nathan langsung mengemudikan mobilnya menuju di mana gedung universitasnya berada. Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, meskipun ia tahu sudah terlambat.

Setengah jam kemudian mobil Nathan memasuki pelataran parkir universitas tempatnya menuntut ilmu. Nathan  langsung memarkirkan mobilnya dan bergegas turun meninggalkan Laura yang masih memasang wajah kesal di dalam mobil.

My Baby TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang