BAB 7

17.1K 937 32
                                    

"Viona, kau sudah selesai atau belum?! Aku tidak mau kita terjebak macat, Vio!!" seru Renata dari ruang tamu.

Saat ini Viona sedang bersiap-siap untuk bekerja. Kalian tentu masih ingatkan jika Viona bekerja di kafe milik Renata.

Saat ini kandungan Viona sudah menginjak bulan kedelapan. Viona sudah tidak sabar menunggu kelahiran bayi-bayinya.

Ketika kehamilan Viona memasuki bulan ketujuh. Orang tua Renata berkunjung ke Indonesia untuk melihat keadaan Renata. Apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak saat tinggal tanpa mereka.

Kedua orang tua itu terkejut ketika melihat Viona. Tetapi Renata segera menjelaskan pada kedua orang tuanya prihal keadaan Viona.

Awalnya Viona pikir mereka akan menyuruhnya pergi, tetapi ternyata tidak. Alih-alih mengusir, kedua orang tua itu memeluk Viona erat dan mengucapkan terima kasih karena sudah mau menemani Renata. Mereka tahu Renata kesepian tanpa kehadiran mereka di rumah.

Mereka bahkan menyuruh Viona untuk tidak bekerja lagi di kafe Renata. Dan mereka ingin Viona menerima bantuan mereka yang akan membiayai kehidupannya dan anak-anaknya kelak.

Tentu saja Viona menolak bantuan mereka. Viona tidak mau merepotkan mereka tapi mereka tetap memaksa.

Saat itu mereka bilang 'jika kau berubah pikiran, dan mau menerima bantuan kami. Kami akan dengan senang hati membantumu' Viona hanya menganggukkan kepala dan tersenyum saat itu.

Viona berpikir, mungkin suatu saat nanti ia akan menerima bantuan kedua orang tua Renata.

"Aku sudah selesai, Ren. Ayo, kita berangkat," kata Viona saat sudah berada di hadapan Renata.

Mereka langsung saja bergegas pergi, menuju kafe milik Renata.

Setengah jam kemudian mereka tiba. Langsung saja Viona bersiap-siap dan mulai membantu karyawan yang lain. Kafe saat ini cukup ramai. Karena sekarang jam makan siang.

Saat Viona sedang membersihkan meja nomor 10. Viona melihat beberapa wanita yang terlihat seumuran dengan Ibunya duduk di meja nomor 8 sedang memperhatikannya.

Bahkan mereka terang-terangan membicarakan Viona sambil memberikan pandangan mencela.

"Jeng, lihat deh pelayan yang di sana itu. Kemana suaminya? Sedang hamil besar kenapa di biarkan bekerja?" tanya wanita paruh baya dari rombongan Ibu-ibu itu yang dandanannya terlihat berlebihan.

"Keliatannya dia masih muda deh, jeng. Mungkin dia bekerja karena laki-laki yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab," timpal ibu-ibu satunya lagi tak kalah hebohnya.

"Pergaulan anak jaman sekarang memang terlalu bebas, jeng. Orang tua seperti apa yang tidak bisa menjaga anak gadisnya hingga menjadi seperti itu, jeng?" tanya Ibu-ibu yang sedari tadi diam mendengarkan kedua temannya.

"Kalau anak gadis saya seperti itu, jeng. Udah saya usir dari rumah. Hanya membuat malu keluarga saja," kata Ibu-ibu yang dandannya paling menor. Menatap Viona dengan sinis.

Cukup sudah, Viona tidak kuat lagi mendengar omongan ibu-ibu itu. Tidak terasa air mata sudah mengalir dari kedua bola mata Viona membasahi kedua pipinya.

Viona langsung berlari menuju ruangan khusus pegawai di kafe ini dan menangis di sana.

Tidak lama Viona menangis. Pintu ruangan pegawai kembali terbuka dan memperlihatkan sosok Renata yang terlihat khawatir.

Renata langsung mendekati Viona dan memeluknya. Tangannya mengelus punggung Viona dengan lembut.

"Kenapa kau menangis, Vio?" tanya Renata lembut sambil terus mengusap-usap punggung Viona dengan lembut.

My Baby TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang