BAB 8

23.4K 1.1K 106
                                    

Saat ini kandungan Viona sudah memasuki bulan kesembilan. Dokter memperkirakan satu minggu lagi Viona dapat bertemu dengan anak-anaknya yang selama ini ia kadung. Tetapi bisa juga lebih cepat dari perkiraan.

Orang tua Renata berkunjung ke Indonesia satu minggu yang lalu. Kedua orang tua itu akan menetap di sini hingga Viona melahirkan.

Hubungan Renata dan pacarnya sudah memasuki satu bulan. Viona sangat senang melihat Renata yang terlihat begitu ceria dan bahagia sejak berpacaran dengan Devan.

Selama kedua orang itu berpacaran, Viona sama sekali tidak pernah melihat Renata membawa Devan ke rumah. Padahal Viona ingin sekali melihat rupa Devan itu seperti apa.

Renata selalu beralasan 'Viona, aku tidak mau diseret Papa ke Jerman. Karena aku belum wisuda sudah berani membawa seorang pria ke rumah. Aku tidak mau meninggalkan Devan'.

Meskipun setelah mengatakan itu, Renata bilang Devan selalu memaksa agar Renata membawa laki-laki itu bertandang ke rumahnya.

Sudahlah itu urusan mereka. Bagi Viona yang terpenting adalah Renata bahagia.

"Vio, kau sudah menyiapkan semuanya, kan?" tanya Linda---Mama Renata dengan lembut.

"Semua sudah aku siapkan, tante," kata Viona sambil melirik tas ransel hitam berukuran sedang yang ada di sudut kamarnya.

"Kenapa masih memanggil tante sih, Vio? panggil Mama juga dong seperti Renata memanggil. Mama sudah menganggapmu seperti anak sendiri," protes Linda sambil mengusap perut buncit Viona lembut.

Viona tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya, "iya, Ma." Wanita itu jadi merindukan Ibunya. Bagaimana kabar mereka sekarang? Apa mereka mencari Viona?

"Apa yang kau pikirkan, sayang? Kenapa kau terlihat sedih?" tanya Linda sedikit khawatir.

Viona menggelengkan kepalanya, "tidak ap--- " perkataan Viona terputus karena merasakan perutnya sangat sakit.

"Kau kenapa, Vio?" tanya Linda panik, melihat Viona meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.

Viona meringis kesakitan, "sepertinya Viona mau melahirkan, Ma," katanya dengan napas tersengal-sengal menahan sakit.

Linda segera bangkit dari duduknya di samping Viona. Wanita setengah baya itu segera keluar kamar untuk memanggil Renata dan Andi---suaminya.

Tak lama kemudian ketiga orang itu memasuki kamar Viona dengan wajah panik yang begitu kentara.

"Renata, cepat kau bawa keperluan Viona," Linda menunjuk tas ransel hitam yang ada di sudut kamar.

Renata menganggukkan kepalanya dan segera berlari mendekati tas ransel itu untuk membawanya.

"Papa, cepat suruh Mang Dedeh untuk menyiapkan mobil," kata Linda lagi pada suaminya. Yang segera dituruti Andi.

Kenapa mama Renata terlihat begitu panik? Sedangkan Viona yang hendak lahiran saja begitu tenang? Apakah keluargaku juga akan seperti ini?

"Mobil sudah disiapkan, Ma. Ayo kita bantu Vio jalan ke mobil!" seru Andi.

Linda dan Andi membantu Viona yang sesekali meringis kesakitan menuju mobil yang sudah disiapkan di pelataran rumah.

Renata menyusul di belakang sambil menenteng tas ransel berisi keperluan Viona, yang sudah disiapkan jauh-jauh hari oleh Viona.

Ketika sudah tiba di mobil. Viona segera didudukkan di jok belakang. Renata dan Linda segera menyusul masuk. Sementara yang mengemudi adalah Andi.

•••

Setengah jam kemudian mereka tiba di rumah sakit yang biasa Viona kunjungi untuk kontrol kandungan.

My Baby TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang