Kesialan

115 7 1
                                    


Hai guys. Hati hati banyak typo ya guys. Hehe.

Happy reading.

**

Stop. Aku gak salah lihat kan, itu yang sedang ngobrol di teras rumah Shinta ya.. lebih tepatnya rumah pak kiai. Sama aja ding, pak kiai kan bapaknya Shinta. Hehe

Itu seperti nya aku kenal.

"Shin..itu yang ngobrol sama pak kiai bukannya bang Vino ya?",tanya ku sambil menarik tangan Shinta sehingga ia berhenti.

"Iya,terus kenapa?",jawabnya santai.

"Kok kamu santai gitu sih Shin, aku syok loh. Abang aku bisa dekat gitu sama keluarga kamu?",tanyaku lagi.

"Udah gak usah syok gitu deh."

"Abang aku kenal ya sama keluarga kalian?"

"Iya"

"Kok bisa kenal, ceritain donk?",tanyaku mulai kepo.

"Aduh Dit, ntar aja ya?",jawanya memelas.

"Gak ada nanti Shinta, sekarang",sahutku berkecak pinggang.

"Bang Vino tuh sering kemari semenjak ya.. kalau aku gak salah sih 4 tahun yang lalu--"

"WHAT.  EMPAT TAHUN YANG LALU" kagetku.

"Owalah tuh suara apa toa",sahut Shinta menutup telinganya.
Aku hanya nyengir kuda sambil mengangkat tangan V (peace).

"Terus terus" tanya ku makin kepo. Hehe

"Kamu tanya aja gih sama abang kamu. Aku mau ambil kitab nih, bentar lagi ada pengajian. Aku gak mau ya kalau kena hukum sama Kak Adam"

"Gus Adam, Shinta",jawabku membenarkan perkataan nya.

"Terserah kamu deh Dit",sahut Shinta mengibaskan tangannya kewajahku.
"Yaudah ayuk",sambung Shinta menarik tanganku.

"Ets.. Shin, aku tunggu disini aja deh. Kamu aja yang masuk",ucapku melepaskan tarikan Shinta.

"Bener?",sahut Shinta menaikkan sebelah alisnya.

"Ckk. Iya bener, udah sana masuk"

"Kenapa emang gak mau masuk?"tanya Shinta heran.

"Aku gak mau ketemu sama tuh Manusia, nanti dia bakalan ejek aku karena aku belum ketemu sama Calon aku, kan gak banget kalau pak kiai tau tujuan aku kesini tuh buat cari Calon suami, mau ditaru dimana--"

"Alah ngomongnya kepanjangan dit, keburu masuk ntar pengajiannya",potong Shinta.

"Hehe. Yasudah sana hus hus masuk",ucapku mengusirnya.

Shinta cemberut sambil menatap tajam kearahku.tapi ia tetap pergi masuk kedalam rumahnya. Hehe, sorry sengaja Shin.

"Ok fix .sekarang aku tinggal sendiri. Mau ngapain ya"gumamku sambil mengetuk etuk dagu dengan jari telunjuk.

"Aha.. Aku tau,karena aku anak baru nih di pesantren ini,mending aku jalan jalan aja kali ya?em..mana tau kan ntar ketemu jodoh,hehe",sambungku tertawa geli.

Aku berjalan lurus kearah pondok tua,jaraknya ya.. Lumayan jauh sih sama rumahnya pak kiai. Tapi.. Karena penasaran aku pergi kepondok itu di sebelah mesjid tepatnya. kelihatannya aku gak pernah lihat pondok itu sebelumnya.

Setelah sampai kepondok tua itu, aku melihat keadaan sekitar. Kok anehnya pikirku, karena pondok tua itu tampak terurus. Tapi setelah aku melihat sekitar gak ada siapa yang menjaganya.

"Aneh",gumamku menggaruk kepalaku yang di bungkus oleh hijab.

"Apa nya yang aneh?",jawab seseorang dibelakangku.

Deg.

Rasanya bulu kuduk ku merinding. Bukannya tadi aku lihat sekitar gak ada orang ya? Kok tiba tiba ada yang jawab dibelakang aku? Mana suaranya laki lagi. Aku takut banget sumpah!, aku ngebayangin wajah laki laki yang jawab tadi pasti jelek, berkumis tebal, berambut panjang, berewokan, dan menakutkan. Huaaa... Bunda tolong dita. Bang Vino.. Adekmu yang cantik nan manis dalam bahaya nih. Huaaa hiks hiks.

"Kamu ngapain di sini?",tanyanya lagi.

Lebih baik aku membalikkan badanku sekarang. Aku gak mau nanti dia bekep aku dari belakang terus nyulik aku. Ih.. Ngaur deh aku mana ada penculik yang mau nyulik aku dan mana ada juga penculik yang masuk pesantren.tapi...kayak nya ada deh?.

"Aku..aaa--Gus Adam?",Kata ku setengah terkejut ketika membalikkan badan tadi.

"Kamu ngapain disini?",tanyanya lagi sambil melihat sekitar.aku yang tidak tau apa apa juga ikutan melihat sekeliling. Ngak ada orang pikirku.

"Hei..ditanya juga ngapain disini malah celingak celinguk",ucapnya.

"Ya allah terkejut aku. Bisa ngak sih ngomong tuh pelan sedikit. Kaget tau!",Sahutku mengelus dada. Dasar ganteng ganteng doyan bener ngagetin orang.

"Situ ngapain disini. Disinikan pondok ikhwan?" katanya sambil menaikan sebelah alisnya.

What..apa tadi dia bilang? Ini pondok anak ikhwan. Bodoh bodoh .pantesan aja aku gak pernah kemari. Aduh mampus aku mau jawab apa ini.

"Em..Kamu sendiri ngapain disini?",ucapku menggaruk tekuk. Bodoh pertanyaan model apa itu. Ya lah dia disini ,disinikan pondok bagian ikhwan. Ngapain juga aku kasih pertanyaan dia ngapain disini? Owalah..mulut ini.

"Gak usah coba cari alasan kamu. Sekarang ikut aku?",jawabnya berjalan.

"Em..mampus mampus mampus...aku mau ngapain sekarang." gumamku sambil menggigit jari.
"Aha..aku kabur aja kale ya",sambungku tersenyum bahagia.

Kelihatannya Gus Adam ngira aku dibelakangnya deh. Buktinya dia jalan terus tuh tanpa melihat kebelakang. Kan gitu aku bisa kabur. Hahah.. Pinter dah aku.

Aku mulai melangkahkan kakiku sedikit berlahan lahan. Sampai jangan mengeluarkan suara sedikit pun.

"Yes, dia ga lihat,hihi",gumamku cekikikan.

"HEI KAMU"

"Mampus",teriakku terkejut ketika mendengar suara Gus Adam.

"Mau coba kabur ya?sekarang ikut aku. Dan kamu jalan duluan!",Kata Gus adam yang menyebalkan itu. Kenapa sih lihat kebelakang segala. Kan jadi runyem begini dah keadaannya. Is kesel.

Ku berjalan mendahului Gus Adam sambil menghentakan kakiku.
Sempat aku melirik Gus Adam kebelakang.terlihat dia menggelengkan kepalanya. Dasar Gus Nyebelin, ngeselin,sok cool,berkuasa---

"Gak boleh ngerunyem di dalam hati. Dosa",tebak Gus Adam ketika melihat mulutku berkomat kamit kayak baca mantra.

"Is.nyebelin" ucapku mendahuluinya berjalan lebih cepet kedepan.

"Hei mau kemana kamu? Disebelah sini jalannya?",ucap Gus Adam sedikit berteriak karena ia sudah tertinggal jauh olehku.

Sumpah malu banget rasanya,jadi pusat perhatiaan anak anak santri yang melintas.

Aku berjalan kearah yang Gus Adam bilang tadi , sambil menepuk jidatku menyesali perbuatan sok tau ku ini.

Bersambung...

Surat Hujan DipesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang