1. Munculnya Kekacauan

220 24 20
                                    

Jam dinding menunjukkan arah pukul 09.00

Sudah berapa lama aku hidup seperti ini?sepertinya sangat tak terasa, melihat kehidupan orang diluar sana yang hidupnya selalu bersenang-senang dan tanpa ragu menghamburkan uangnya untuk liburan kesana kemari.

Baiklah, sudah waktunya bekerja!

Seperti biasa, aku hidup sendirian dirumah ini. Ayah dan ibuku pergi meninggalkanku karena banyak urusan di kota tetangga. Tetapi yang membuatku sedikit sakit hati, meski sudah terbiasa, adalah bahwa mereka tak pernah mengirimkan uang sekadar untuk mencukupi kebutuhanku.Jadilah aku terpaksa bekerja mencari uang sendiri.Meski begitu, tak urung aku berterimakasih juga pada mereka yang sudah bersedia membelikan rumah sederhana ini untukku.Seperti dilupakan begitu saja.Ya, sudahlah.

Setelah menyiapkan semuanya, aku meraih kunci motorku dan bergegas mengunci rumah.Inilah rutinitas membosankan yang aku jalani.Bekerja, pulang, tidur, makan, bekerja lagi, ambil gaji jika sudah tiba waktunya, dan seterusnya.Seperti lingkaran setan, hanya saja membosankan alih-alih menakutkan.

Kulirik arloji di pergelangan tanganku, sudah jam sembilan lewat tiga puluh menit.Awalnya aku sedikit terkejut, tapi aku bisa tenang kembali karena ini memang kebiasaanku, selalu terlambat bekerja.

Dengan sedikit mengebutdijalanan, akhirnya aku sudah sampai di sebuah restoran kecil yang tak lain adalah tempat bekerjaku. Aku menempatkan kendaraanku di belakang parkiran restoran ini dan tak lupa mengambil kuncinya.Lalu seseorang keluar dari pintu belakang dan meneriakiku seperti setan.

"Hei Tray!" Pemilik restoran tempatku bekerja, Collin, membentak dengan keras, "Kau terlambat lagi!Apa yang harus kulakukan padamu?! Sudah lima kali ini kau telat terus! Kau mau dipecat, hah?!"

"Oh, ayolah Boss jangan marah seperti itu nanti lekas tua, lagipula jika kau memecatku siapa lagi yang akanmembantumu mengurus restoran ini?" Jawabku dengan nada bercanda yang membuat amarahnya sedikit reda.

Lalu orang tua tersebut dengan wajah marahnya yang masih belum tenang, langsung meninggalkanku dan kembali masuk ke dalam restoran. BegitulahBosku, kalau marah dia agak menakutkan tetapi hanya dengan sedikit bercanda, ia akan melupakan kesalahan yang kulakukan. Memang aku sudah diluar batas, tapi mau bagaimana lagi, aku satu-satunya orang yang bekerja direstorannya, tentu saja dia selalu bersabar menghadapi sikapku ini.

Waktu demi waktu telah lewat.

Setelah banyak aku melayani orang-orang di restoran, aku mengusap keringat di dahiku dan tak lupa mengecek arlojiku, sudah jam empat.Tak terasa waktu sudah begitu cepat berlalu.Mumpung restoran lagi sepi, akupun mengisi waktuluangku untuk bersantai sebentar duduk di salah satu bangku restoran.

Membosankan, tiba-tiba saja mataku tertuju pada sebuah televisi.Lalu aku mengambil remotnya yang ada di meja, dan menyalakannya berharap mencari channel hiburan untuk melepas penatku. Memang sekarang ini banyak acara yang tak bermanfaat di televisi, seleraku berbeda dengan orang lain, aku lebih suka menonton kartun daripada program acara lain.

Namun tak seperti biasa, selagi aku ingin mengganti channelnya, aku langsung fokus ke sebuah berita yang mengejutkan.Lalu kusimak berita ini dengan serius.

Berita ini memberikan informasi yang tak terduga.Kemunculan sebuah penyakit misterius menyebar di kawasan Kota Rouga membuat penduduk gempar, tidak diketahui darimana penyakit itu muncul, sekarang sudah banyak orang yang tertular penyakit itu. Ketika seseorang tertular maka dampaknya akan sangat mengerikan yaitu, wajah berubah pucat putih seperti mayat, beberapa bagian wajah tumbuh seperti jamur, mata memerah, mulut bergetar tak ada hentinya seperti orang yang sedang mengunyah, dan di seluruh tubuh terlihat urat nadi yang berubah menjadi kehitaman.

Cries In DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang