Akhir

1.6K 14 6
                                    

Ku berlari mengabaikan orang orang yang memandangku di naungan tempat teduh. Hujan deras yang memaksa mereka disana. Namun entah dengan diriku, yang biasanya gerimis saja aku takut menerobos jalanan, karena ketakutanku diakhir hari akan jatuh sakit. Membayangkan aku akan terus bersin saja aku tidak mau. Dan kini persetan dengan takut sakit, aku hari ini telah menemukan rasa sakit yang lebih buruk dari itu.

***
Ini adalah hari terakhir ku di sekolah dengan memakai seragam, setelah kurang lebih sebulan lalu aku dan siswa lainnya bergelut dengan naskah soal yang tertera di komputer, akhirnya tibalah hari yang mendebarkan ini, yaitu pembagian kelulusan.

Dan tepat hari ini juga adalah penentuan perasaan ku kedepannya pada seseorang yang tiga tahun terakhir ini nama dan bayangan tentang dirinya selalu menemani diriku. Aku akan mengatakan perasaanku ini, bahkan diriku telah menyiapkan kata-kata yang akan kulontarkan. Aku sebenarnya tak butuh jawaban darinya karena aku hanya ingin meluapkan perasaanku saja.

Aku saat ini diantara senang dan gugup lalu takut menyelimutinya.

Hah.. aku jadi semakin tak karuan dengan hari ini.

***

Hujan semakin deras, air mata pun menemani air dari langit itu, aku terus berlari menciptakan nada di setiap langkahku yang berair. Sesekali diriku terjatuh saat kaki ku tersandung batu, tapi itu tak mengehntikanku untuk terus berlari.

Dari kenyataan ini.

"Hei nak, hujan nya deras. Kau harus berteduh dulu!" Seorang paruh baya berteriak padaku, namun aku enggan menjawabnya. Aku hanya ingun terus berlari.

***

Euforia kelulusan terasa disini. Semua tengah bergembira dengan kelulusan nya masing masing.

"Hei?"

"Oh, hai."

"Kamu gak ingat aku? Kita dulu pernah sekelas." Sebenarnya aku tau dia telah lupa denganku, temanku yang bilang begitu, ya aku percaya saja toh waktu kita sekelas juga kita tidak pernah mengobrol secara nonformal diluar pelajaran. Iya wajar kalau aku dilupakan begitu saja olehnya.

".." Dia diam.

"Ya sudah, aku perkenalkan lagi diriku," jawabku memecah keheningan. "Namaku Reina, aku kelas 12 Bahasa." Aku mengakhiri ucapanku dengan senyuman terindah.

".."

"Ahh iya. Aku yang sebangku dengan Riana, temen kamu." Dengan bersemangat aku jawab.

"Iya, terus?" Akhirnya dia menjawab.

Namun dengan ucapan yang dingin.

"Oohh ini, ada yang ingin aku ceritakan padamu. To the point saja, mmh.. sebenarnya aku menyukaimu dulu." Akhirnya kata itu terucap juga setelah tiga tahun aku memendamnya. Diriku merasa lega sekarang.

Dia hanya menatapku dingin.

"Eh bohong deh. Bukan dulu saja, tapi sekarang juga aku masih menyukaimu." Tanpa sadar air mataku telah jatuh bercucuran. Uhh kenapa harus nangis sih, aku malu, tapi untung lah aku telah mengungkapkan isi hatiku, ini saja sebenarnya sudah cukup aku tak perlu jawaban, aku hanya harus bilang itu padanya.

"Ohh begitu?"

"Iya." Aku tidak tahu harus berbicara apa lagi, lidahku terasa kelu.

"Sejak kapan tepatnya lo mulai suka ama gue?"

"Eh?"

"Pasti ada satu waktu dimana lo mulai tertarik ama gue kan? Gak mungkin lo gak menyadari hal itu!"

KecewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang