Arsenio Deano Ali (1)

672 43 50
                                    

'Awal yang sulit untuk sebuah pertemuan, walau singkat, namun kan menjadi perpisahan yang mengikat.'
-----

Di lorong yang sepi di depan aula sekolah, seorang perawakan tinggi sedang memanfaatkan mata elang nya untuk mencari kelas barunya di sekolah itu, ya, ia adalah murid pindahan dari bandung, Arsenio Deano Ali, sayangnya, pertama kali masuk sekolah ia sudah telat, dan disini ia sekarang, di lorong aula SMA WIRA BAKTI I, dengan langkah gontai ia dengan santai mencari kelas, tanpa sadar gendang telinga nya menerima suara derapan langkah yang mendekat, awalnya ia biasa saja, namun semakin lama—semakin dekat, dan yap!

"Heeeiii!!!!" teriak seorang perempuan berambut sebahu kuncir kuda itu, yang menurut Dean cukup..manis? ahh tidak tidak, sangat tidak mungkin untuk Dean menyukai perempuan yang suara nya sudah sebelas dua belas seperti toa masjid ini. Dengan langkah santai nya Dean melanjutkan misi nya untuk mencari kelas itu, sampai gendang telinga Dean kembali menangkap suara toa masj—teriakan perempuan itu lagi.

"Ehhh woiii?! Gue manggil lo baik baikk yaa, malah jalan lagi, lo budek ya? Atau kuping lo kesumbet setan budek?!!" cerocos cewek itu lagi,

Dean menghentikan langkah nya, dengan santai ia berbalik dan mendekat, terus mendekat sampai tersisa 5cm dengan perempun berisik itu,

"Sori gue gabudek, dan suara lo berisik, gabeda jauh sama suara bajaj depan sekolah, punya etika kan?" jawab Dean dengan tatapan tajam nya,

"Okaayy..okkay, kenalin nama gue Charelia Nadien Ammar, panggil aja Nadien, gue ketua kelas lo, lo pasti Dean kan? Kalogasalah Arseno ehh? Arlens—" ujar Nadien dengan cepat dan rinci, sampai akhirnya suaranya dipotong oleh suara berat yang terdengar—cool? mungkin dikuping Nadien,

"Arsenio Deano Ali, biasain kalo gatau apa apa gausah sok tau, gue gasuka orang bacot" sinis Dean,

Nadien benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan lelaki ini, sudah pagi-pagi buta seperti ini dipanggil BK hanya untuk mencari lelaki tidak berterima kasih seperti ini, rela lari-larian hanya untuk mencari lelaki seperti ini sampai sampai Nadien mengorbankan tugas fisika nya yang belum selesai,

"Heehh! Niat gue baik ya, kok lo nge gas si?! gue udah capek-capek nyari lo sampe ngorbanin tugas gue buat elo! dan sekarang lo malah ngatain gue bacot? woii plisss, lo bisa mik—"

"Kelas gue dimana?" potong Dean cepat sebelum kuping nya terkapar virus bacotshypillus,

"Lo?!!!! Sumpah ya nyesel gue mau nurutin omongan Bu Sena, peduli setan gue diomelin dia gara-gara ga nyari lo! yauda cepetan ikut gue!!" kesal Nadien saat pagi-pagi seperti ini sudah harus mengeluarkan suara lebih hanya untuk lelaki seperti Dean.

Keduanya akhirnya sampai dikelas XI-IPA2 setelah melewati masa masa canggung selama perjalanan dari lorong aula ke kelas ini, dengan langkah perlahan dan tenang, dengan perlahan Nadien mengetuk pintu bertuliskan kelas XI-IPA2 itu,
tok..tok...tok...
seluruh mata sekarang menuju ke pintu kelas, sampai akhirnya dengan perlahan Nadien masuk diikuti oleh Dean dibelakang nya, kelas benar benar riuh oleh murid murid perempuan yang sangat alay menurut Nadien, seperti

"Woii itu siapa gilaaakk!!! Ganteng parahh!!"

"Subhanallah, jadi ini jodoh yang hamba minta semalam? Cepet banget dateng nya ya tuhannn!" setidaknya hanya itu yang Nadien dengar, Nadien sangat bersyukur karena berkat Pak Arda guru fisika di kelas Nadien yang dengan cepat menenangkan para murid nya itu,

"Tenang..tenang semuaa, waduuuhh! Siapa ini? Pagi pagi Nadien udah bawa cowo aja, kenalin dong sama kita kita" lawak Pak Arda yang menurut Nadien cukupp—garing? ya, Pak Arda memang termasuk guru yang mudah bersosialisasi, sangat suka melucu dari yang lucu sampai benar-benar tidak lucu, dan disinilah Nadien, terjebak diantara lawakan Pak Arda dan tatapan penuh tanya seluruh teman sekelas nya,

Belatedly LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang