Chapter 9

7.8K 317 11
                                    

Sudah satu bulan prilly tak sadar kan diri, kini ali masih dengan setia menemani tubuh lemah prilly yang sangat pucat, ali menggenggam erat lengan prilly dengan terus memperhatikan wajah pucat milik prilly.

"Prill sayang, kamu bangun dong sayang, kamu gak kangen sama aku?aku kangen suara kamu, aku kangen perhatian kecil kamu, aku kangen liat kamu ketawa." tak terasa air bening jatuh dari pelupuk mata ali.

Ali terus menciumi punggung lengan prilly sembari merasakan hangat nya suhu tubuh wanita yang sangat di cintainya itu.

"Sayang, kamu bangun ya, satu minggu lagi kita nikah loh, aku mau ngeliat kamu pake gaun itu, aku mau liat kamu jadi ratu, bukan cuma sehari tapi selamanya, berdua sama aku prill, aku harap tuhan ngerti apa yang aku harapkan, aku harap kamu bangun." ucap ali.

Ali terus meratapi wajah prilly, berharap prilly secepat nya membuka mata.

Tak lama, pintu ruangan prilly terbuka, ada seorang wanita paruh baya yang berdiri di ambang pintu lalu menghampiri kediaman ali.

"Nak, bangun yuk, dokter mau bicara sama kamu." ucap wanita itu yang tak lain adalah mama eci.

"Ali mau nemenin prilly aja mam." balas ali singkat tanpa melirik ke arah mama nya.

"Tapi ini penting li, tentang keadaan prilly." balas mama eci.

Mendengar nama prilly, ali langsung bangkit dari duduk nya.

"Prilly?kenapa mam?" ucap ali panik.

Mama eci hanya menggeleng lemah, ali langsung bergegas keluar ruangan dan menemui dokter di lorong rumah sakit.

Saat ali sampai, sudah banyak keluarga yang berkumpul. Bukan hanya keluarga ali, namun juga ada keluarga prilly.

"Ini ada apa sih?kenapa bun?" tanya ali pada bunda ully.

Bunda ully menggeleng lemah lalu menunduk.

"Ini kenapa dok?" tanya ali tegas.

"Mm begini pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan pasien, namun sudah sebulan ini tidak ada kemajuan pak, dan terpaksa kami dari pihak rumah sakit, harus mencabut alat pernapasan pada pasien, dan bapak harus menandatangani surat persetujuan ini, karena keluarga besar bapak dan pasien, menyerah kan semuanya kepada anda pak." jelas dokter tersebut.

Ali menggeleng cepat.

"Ngga!! Ngga boleh." ucap ali keras dengan wajah merah padam dan sedikit tersenyum sinis.

"Tapi pak ini.." ali langsung memotong perkataan dokter tersebut.

"Sekali saya bilang ngga ya ngga!! Dokter ngerti bahasa indonesia kan? Saya bisa beli rumah sakit ini kalau dokter tetap maksa saya buat tanda tanganin ini!! Dan buat kalian semua, jangan pernah ada yang berani berani nya nandatanganin ini!! Inget itu!!" sentak ali dengan wajah kesal dan langsung merobek kertas persetujuan yang diberi dokter.

Ali langsung berlari menyusuri lorong dan memasuki ruangan prilly.

"Prilly!! Prill!! Bangun!!!" teriak ali didalam ruangan tersebut.

"Prill ayo bangun!!! Buktiin ke mereka kalau kamu itu kuat!! Ayo bangun prill!!! Jangan diem aja! Bangun!!" teriak ali dengan terus menggerakan tubuh lemah prilly namun tak ada respon apapun.

Ali terus terisak di bahu prilly, ia merasakan sesuatu yang sesak di dada nya, ia merasakan rasa takut kehilangan yang amat besar.

"Bangun sayang bangun, aku gak mau kehilangan kamu." ucap ali dengan nada melemah dan masih terisak di bahu prilly.

CEO tampan Vs Sekretaris CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang