Di sela jarinya terselip rokok, matanya menatap kosong, pikirannya dipenuhi Prilly. Di ruang yang gelap, Al duduk di kursi menyendiri di anjungan yang sepi. Dia hanya bisa pasrah saat mendengar kabar yang sangat mengejutkan. Tiyo tetap kukuh ingin menyelenggarakan pertunangan Ali dan Prilly.
Ponselnya berdering menyentakkan, Al tersadar dari lamunan. Dia menatap layar ponsel yang sedari tadi digenggamannya.
"Halo," jawabnya lesu.
"Al, besok aku akan menemuimu," ucap suara isak dari seberang.
Al seketika menegakkan duduknya dan melebarkan mata.
"Kamu jangan macam-macam," larang Al. "Aku usahakan pulang, tapi nggak janji," imbuhnya.
"Aku nggak bisa lagi menunggu. Papa sudah selalu mendesak. Please, izinkan aku menyusulmu," mohon Prilly mengiba.
Al menghela napas panjang, ingin rasanya dia mengizinkan Prilly datang. Tapi jika Tiyo tahu, pasti dia akan semakin kecewa dengannya.
"Sayang, jangan begitu. Itu sama artinya kamu menghindari kenyataan dan semakin menyulitkan posisiku."
"Iya, memang aku sekarang sedang menghindari kenyataan tapi aku tidak akan menyulitkanmu."
Prilly masih saja bersih kukuh dengan keinginannya.
Al menghela napas berat lantas berkata, "Ya sudah, datanglah."
"Oke."
Panggilan pun terputus. Begitu nekad gadis itu, hanya demi mempertahankan hubungan mereka, Prilly rela kabur menyusul Al. Padahal pertunangannya dengan Ali akan dilaksanakan dua hari lagi.
***
Langkah kaki lebar menyusuri gedung bandara. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, tubuh terbalut hoodie dan kepala pun tertutup hood. Prilly menukar e-tiket dengan boarding pass, setelah menunggu beberapa menit, pintu boarding pemberangkatan pun dibuka. Sepasang mata seorang pria yang duduk di kokpit menyipit menajamkan penglihatannya, saat Prilly melewati pesawat yang ingin dia naiki, semakin jelas pria itu mengenalinya.
Mau ke mana dia? Pria itu membatin dan di atas kepalanya terus bertanya-tanya sampai pesawat landing di bandara tujuan.
Ketika mesin pesawat mati total, pria itu segera melepas sabuk pengamannya.
"Kap Ali, mau ke mana?" tanya seorang FO yang bertugas dengannya saat ini.
"Sebentar, sepertinya aku melihat orang yang kukenal menaiki pesawat ini," jelas pria itu.
FO itu mengangguk paham, lantas Ali pun ke luar kokpit dan turun dari pesawat. Ketika dia melihat seorang wanita yang merasa dikenalinya berjalan lebar seraya menunduk, Ali mengejar dan menahan pergelangan tangannya.
"Prilly," panggilnya pelan.
Prilly sangat terkejut dan seketika membalikkan badan.
Ali, batinnya terperangah saat menatap wajah tampan yang mengenakan kacamata hitam.
"Mau ke mana kamu?" tanya Ali mengintimidasi.
Prilly gelagapan mencari alasan, "Mmmm... i...i...itu...."
Ali melepas kacamatanya, dahinya mengerut menanti jawaban Prilly.
"A...a...aku...." Bibir Prilly sulit menjawab pertanyaan Ali.
Mata Ali mengerling curiga. Apa dia ingin menyusul Al? Batinnya menerka.
"Cuaca di sini sangat panas, ayo ikut aku!" Ali menggenggam tangan Prilly sangat erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH BAYANGAN (Komplit)
FanficKehidupan dia biasa saja, normal seperti orang kebanyakan. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di tengah hati kecilnya. Ada hal yang hadir mengusik ketenangan jiwa. Yaitu kekasih bayangan. Dapatkah dia menjadi nyata? Ataukah akan selamanya menjadi baya...