17

417 17 0
                                    

Typo everywhere
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Author POV
Sementara itu dikediamannya, hanz tampak duduk diruang kerjanya dan dikelilingi oleh beberapa anak buahnya. Daniel sedang memikirkan berbagai cara untuk melakukan balas dendam terhadap apa yang pernah dilakukan pada key dan anak buahnya. Amarahnya yang berkobar kobar begitu jelas terlihat dimata hanz.

"Ini adalah sebuah penghinaan terhadap kubu kita. Aku ingin lelaki laknat itu bertekuk lutut dan mengemis dihadapanku. Bagaimana mungkin seorang hanz dikalahkan oleh lelaki seperti itu. Ini benar benar memalukan" ucap hanz pada anak buahnya.

"Bos. Bukankah kita bisa memanggil pasukan khusus untuk membantu kita menghancurkan kubu Daniel?" tanya salah satu seorang anak buah hanz

"Jadi menurutmu, tanpa pasukan khusus kita tidak bisa mengalahkan lelaki laknat itu, begitukah maksudmu revan?" tanya hanz pada seseorang lelaki yang dipanggil revan

"Bukan begitu bos, saga hanya mengantisipasi agar jumlah korban didalam kubu kita tidak bertambah. Menurut informasi terakhir yang saya dapatkan, ada delapan buah perkumpulan baru kini merapat kedalam kubu Daniel" sahut revan

"Hmm... Baiklah revan, pastikan seluruh anggita dalam pasukan khusus berada dibawah kontrol kita. Aku tidak mau kejadian beberapa tahun lalu terulang kembali" ujar hanz

"Baik bos. Kami akan memastikan semuanya dalam kendali kita. Orang orang bayaran kita sudah melatih dan mampu mengontrol pergerakan pasukan khusus dengan benar. Tidak akan ada kerusakan lagi" sahut revan.
"Hahahaha... Bagus!  Aku tidak sabar untuk melihat kehancuran dari kubu Daniel. Aku sangat ingin mendengarnya memohon dikakiku hahahaha!" hanz tertawa puas membayangkan apa yang akan terjadi pada hanz.

"Oh... Iya satu hal lagi, awasi pergerakan yang dilakukan oleh Daniel dan anak buahnya. Kita akan mencari celah untuk melumpuhkannya secepat mungkin!" ucap hanz pada anak buahnya

"Baik bos" sahut revan

Orang orang yang bergabung dalam pasukan khusus ini hanya mendengarkan perintah dari orang yang memegang kendali atas otak mereka dan orang itu adalah hanz. Setelah melewati berbagai pelatihan dan eksperimen, akhirnya lahirlah pasukan khusus siap tempur tanpa mengenal rasa takut pada kematian. Orang krangdalam pasukan ini tidak lebih dari sebuah kumpulan robot pembunuh yabg haus dengan darah. Otak mereka berada dibawah kendali sebuah alat yang dipegang oleh hanz. Beberapa tahun kaku hanz pernah mencoba menggunakan pasukan khusus ini sebagai percobaan awal, namun yang terjadi sungguh diluar dugaan. Beberapa anak buah hanz justru menjadi korban kebuasan daru pasukan khusus tersebut karena eksperimen yang dilakukan oleh ilmuan yang merancangnya belum sempurna. Akan tetapi kini semua hal tersebut sudah dapat diatasi. Pasukan khusus seratus persen sudah siap diterjunkan untuk kepentingan hanz sang pemegang kendali atas otak mereka. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk menggunakannya.

Hari demi haripun berlalu, kondisi Annisa sudah menunjukan perubahan yang cukup pesat. Gadis itu sudah memulai kembali aktivitasnya dikampus. Daniel mengijinkannya untuk kembali beraktivitas dengan pengawasan yang sangat ketat. Annisa tidak diperbolehkan pergi sendirian tanpa sebuah pengawasan mengingat kondisi mentalnya belum begitu stabil. Daniel juga memiliki sedikit kekhawatiran terhadap orang orang yang mungkin saja kembali melakukan tindakan kekerasan terhadap Annisa seperti yang dilakukan oleh key dan beberapa anak buah hanz beberapa waktu yang lalu. Chen lah yang mendapat tugas mengantarkan annisa sampai kekampus bersama 3 orang anak buah Daniel yang lainnya. Paling tidak sampai mental annisa benar benar sembuh seperti sedia kala.



Annisa POV
Sudah beberapa hari ini aku kembali kuliah seperti biasa. Daniel mengijinkanku untuk melanjutkan kuliahku setelah aku menjelaskan padanya bahwa ini adalah masa masa penting untukku. Aku ingin mengikuti wisuda tahun ini. Mengakhiri dengan tuntas semua hal yang sudah aku perjuangkan dikampus ini sejak awal perkuliahanku. Aku ingin mama melihatku berhasil. Aku ingin mama tersenyum dari surga sana melihat satu satunya anak yang dimilikinya sudah berhasil menuntwejan jenjang pendidikan yang selalu dinanti nanti oleh mama sejak lama. Impian mama adakah melihatku naik keatas panggung dengan menggunakan toga. Aku yakin mama pasti melihatku dari atas sana. Aku sungguh merindukannya, aku juga begituningin menceritakan padanya bahwa aku tahu bagaimana rasanya jatuh Cinta. Rasanya sangat menyenangkan, meski beberapa peruh harus menghampiri sebelum aku merasakan manisnya Cinta. Namun pada akhirnya aku bahagia, andai mama masih ada disini, aku pasti mengenalkannya pada mama.

Aku tidak tahu apakah mama akan merestui hubungan kami. Akankah mama tetap menyayangiku setelah tahu bahwa orang yang aku cintai adalah orang yang selalu berbuat dosa besar. Ataukah justru mama akan membenciku. Entahlah, aku tidak akan pernah mendapatkan jawabannya. Satu hal yang pasti aku tahu bahwa mama selalu memiliki Cinta dan Kasih sayang yang tidak terhingga untukku. Aku percaya itu ma, doakan aku dari sana ya ma agar bisa menyelesaikan kuliahku dengan baik. Aku merindukan mama. Tuhan, sampaikan salamku untuk mamaku disurga.

Aku mengakhiri lamunanku dan segera bersiap siap untuk berangkat kekampus. Sebelum berangkat kekampus aku berpamitan terlebih dahulu kepada Daniel. Beberapa haru ini dia menjagaku dengan sungguh baik. Meskipun sifat kasarnya terkadang masih terlihat, tapi aku sudah tidak merasa takut sama sekali. Aku sendiri tidak mengerti, darimana datangnya keberanianku untuk mencintai dia yang begitu emosional dan sering berubah ubah mood dengan sangat cepat. Terkadang dia begitu dingin, tidak peduli pada sekitar dan bersikap sangat kasar, disaat yang berbeda bisa berubah lagi menjadi sosok yang hangat penuh perhatian. Namun setiap menatap jauh kedalam matanya yang hitam, aku bisa merasajan ada banyak kehangatan dan Kasih sayang didalamnya dan itu tidak pernah berubah sejak pertama kali aku benar benar menatap jauh kedalam mata hitam itu.

"Eh, annusa apa kamu sudah siap?" tanya chen saat melihatku berada didepan pintunya

"Iya chen, aku sudah siap" ucapku sambil tersenyum

"Baiklah kalaolu begitu. Ayo kita berangkat. Oh iya, apakah kamu sudah pamitan pada Daniel?" tanya chen

"Sudah, dia sudah tahu bahwa hari ini adalah jadwalku untuk pergi kuliah"

Dalam perjalanan didalam mobil terasa canggung tanpa percakapan apapun, didalam mobil itu terdapat 3 orang anak buah danuek dan tentu saha chen juga ikut.

"Sudah sampai Annisa"

"Oh iya, baiklah. Makasih chen dan sampai jumpa nanti" ucapku saat sudah berada didepan kampus

"Sama sama" ucapnya tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Bye" ucapku membalas lambaian tangan chen dan mobil yang aku tumpangi itupub berlalu dari hadapanku.

Aku harus berkonsentrasi pada kuliahku dan segera menyelesaikan tugas kuliahku dan aku akan membuktikan kepada Daniel bahwa aku adalah wanita yang pantas untuk dicintai olehnya.

.
.
.
.
Enjoy ya bacanya. 😉
.
.
.
.
.
.
.
.
Next,,.....

The Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang