"Sebenernya gue seneng sih, bisa berdua sama orang yang... yang sebenernya gak gue kenal, tapi kenapa?" Curhat Jess pada Syifa.
"Tandanya, lu mulai suka sama Ben! Goda Syifa.
"Gue gatau, gue juga ga ngerti,"
"Tenang Jess, tenang. Gue bisa jadi mak comblang lu, kok."
"Ih apaan sih," Jess memukul paha Syifa.
"Kalo lo Adit, atau Ben, udah gue tampol balik lu,"
"Maaf, hehe,"
"Iya iya, gimana?"
"Gimana apanya?"
"Lu suka sama Ben kan?"
"Gatau,"
"Lah kok gatau,"
"Gue juga gatau kenapa gue gatau,"
"Lo bikin gue bingung, sumpah!"
"Gue juga bingung,"
"Denger ya, lu sama Ben itu cocok! Pertama, kalian seneng kan bisa jalan bareng? Kedua, tanggal lahir kalian sama, persis! Nyokap kalian juga sama-sama ada di Jepang pas lagi hamil kalian, ya kan? Ketiga, kalian itu sama-sama ada keturunan bule, kan? Nama lu ribet, nama dia juga ribet. Apalagi, nama bokap lu sama nama belakangnya Ben hampir sama kan? Si Ben kan Gaben tuh, bokap lu Gabe, iya kan?" Jelas Syifa panjang lebar.
"Iya, iya, iya, iya, iya," jawab Jess sambil menanggukkan kepalanya. "Tapi kan gue baru kenal dia."
"Emang lo fikir gue ga perlu kenalan dulu sama Adit? Semua ada prosesnya Jess, dan gue tau, perasaan lo gimana."
"Gue takut, Ben bakal bikin gue kecewa nantinya,"
"Menurut Syifa, semua perempuan lebih kuat dari laki-laki."
"Mungkin lo emang cewe kuat. Ya, lo kan bisa bela diri."
"Bukan itu maksud gue Jess, bukan fisiknya, tapi mentalnya, hatinya, perasaannya. Trust me."
"Gue baru denger Syifa ngomong baik-baik, ga pake teriak,"
"Gue ngomong serius loh Jess,"
"Iya, maaf,"
"Percaya gue, Ben itu cowo baik-baik. Dan gue ada disini Jess, kalo lo butuh gue, ya dateng aja. Inget kalo Ben itu sepupu gue, dan gue bisa bela diri. Meskipun Ben keturunan bule, gue ga peduli, dia gak akan berani sama gue. Jadi kalo lo sakit hati atau dibuat nangis sama si Ben, urusannya sama gue."
"Oke,"
"Gue bakal tanya sama Ben, dia mau gak sama lu,"
"Dan tanya sama dia, dia mau bener-bener sama gue, atau cuma mau main-main doang. Gue fikir, kalo dia suka sama gue ga tulus dari hatinya, mendingan gausah ada hubungan apa-apa antara gue dan dia. Daripada udah jadian, udah gue anggap serius, tapi dia khianat,"
"Kalo lo netesin air mata lu karena Ben, gue bakal bikin dia netesin air matanya juga."
"Gue harap, dia gak bikin gue sedih. Tapi, kalo misalnya gue sedih karena dia, gue harap dia juga sedih karena nyesel udah bikin gue sakit hati. Gue gamau tau!"
"Iya, Jess, iya."
"Kalo dia seneng, gue seneng. Kalo gue seneng, ya dia seneng. Kalo dia sedih, gue sedih. Dan kalo gue sedih, dia harus sedih juga."
"Jess, jangan mikir kejauhan. Inget, semua perbuatan pasti ada balesannya. Karma itu adil!"
"Thanks!" Jess memeluk Syifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
Teen Fiction❲ ✓ ❳ Cinta itu palsu. Ekspektasi akan selalu ada, tapi realitanya tidaklah sama. Karena akhir cerita yang bahagia tidak terjadi di dunia kita. Jess kira, Ben adalah manusia terjahat yang pernah Ia temui. Namun siapa sangka, ternyata seseorang yang...