2. Sekolah

16 2 0
                                    

"Dari mana saja kamu sha?" tanya Bu Resa. Yang awalnya suasana kelas sangat ramai dan seketika hening, tidak ada suara sama sekali saat bu Resa bertanya kepada Varisha.

"Saya terlambat bu maaf." tidak biasanya Varisha terlambat datang ke Sekolah, ini adalah kali pertama.

"Yasudah sana duduk di bangku kamu." ucap bu Resa seraya melanjutkan menulis dipapan tulis.

Varisha berjalan menuju tempat duduknya. Disana ia disambut oleh teman sebangkunya, Gabriella.

Riell menatap bingung kearah Varisha. Selama duduk sebangku dengannya, ia tidak pernah mendapati temannya itu telat, bahkan bisa dibilang Varisha anak yang rajin datang lebih awal ke Sekolah.

"Tumben banget lo telat?" tanya Riell sambil menatap Varisha lekat-lekat.

"Ntar aja ya ceritanya. Panjang"
Varisha duduk disebelah kanan Riell, setelah itu mengambil buku mata pelajaran Bahasa Indonesia didalam tas ranselnya.

Tidak ada lagi percakapan antara keduanya. Mereka sibuk memperhatikan guru yang ada didepan sambil menerangkan.

Jam pertama rasanya sangatlah lama. Varisha merasa bosan dikelas, padahal baru tiga puluh menit ia mengikuti pelajaran tersebut namun rasanya tidak betah.

Riell menyenggol bahu Varisha. Seketika ia menoleh.

"Hem, apa? Kalo mau minjem catatan, gue lagi males nulis." Varisha berucap tanpa menoleh ke arah Riell.

"Ye, percaya diri amat sih. Gue tuh nagih janji lo yang mau cerita gara-gara telat tadi."

"Iya gue cerita."

Varisha mengingat sejenak.

"Jadi tadi tuh gue berangkat barengan sama kak Kevin, terus dijalan ban motornya bocor. Yaudah gue tungguin sampe tuh ban ditambal. Akhirnya telat deh gue." jelas Varisha.

"Kok tumben kakak lo yang cute itu mau boncengin cewek sih?" Riell geleng-geleng kepala.

"Yakali gue kan adeknya, dodol." Varisha menjitak kepala Riell.

"Aduh!! Sakit sha, ya gue pikir kakak lo anti girl girl club gitu." jitakan Varisha tidak terlalu keras namun Riell berteriak kesakitan.

Varisha hanya menatap teman sebangkunya itu.

"Terus tadi lo disuruh ngapain Sha sama bu Timur?" tanya Riell agak khawarir.

"Gue bebas dong dari hukuman." jawab Varisha sambil nyengir.

"Masa sih? Setau gue Bu Timur kan galak, terus disiplin banget? Kok lo bisa nggak dihukum?"

"Iya gue juga heran. Makannya tadi gue sok shock gitu, biar kesannya pencitraan hehehe. Padahal mah didalem hati sujud syukur Alhamdulillah."

"Jangan-jangan lo manjat pager sekolah ya? Biar nggak ke gep sama Bu Timur."

Riell menatap Varisha dengan mata melotot. Mungkin saja dugaannya benar.

"Kok Timur sih El? Bu Murti namanya. Kok lo bolak-balik sih?"

"Ya kaga lah. Bu Murti bilangnya kalo dia males hukum gue gara-gara abis kasih hukuman sama anak cowok kelas sebelas gitu terus isi kepalanya mau keluar katanya."

Males? Baru kali ini ia mendengar Bu Murti males memberi sanksi kepada murid yang melanggar aturan.

"Iya iya Bu Murti."

"Eh tapi siapa cowok kelas sebelas yang dihukum sama Bu Murti? Hebat banget sampe bikin isi kepala orang mau keluar."

Varisha terkekeh sambil mengedikkan bahu, tanda ia juga tidak tahu siapa cowok yang dimaksud Bu Murti.

NevarishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang