Udara malam musim panas di bulan Juni mulai bertiup di Kota Seoul. Dingin, namun tetap hangat. Seoul yang sibuk mulai senyap dari hiruk pikuk, menandakan hari telah berangsur berganti. Namun tetap masih terdengar suara krasak-krusuk dari banyak pekerja yang mengeluh karena kegiatannya belum juga terselesaikan padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Tidak terkecuali sesosok perempuan cantik yang masih berada di sudut meja kerjanya. Blazer yang ia padukan dengan blouse merah muda sudah ia tanggalkan dan jangan lupakan rambutnya yang coklat lembut sebahu pun sudah sangat berantakan. Ia mendesah dengan suara keras, namun rasanya tidak ada yang memperdulikannya karena memang para pekerja lain sudah tidak ditempatnya. Dengan gerakan lembut ia memijit-mijit keningnya dan beberapa kali memejamkan matanya, gerakan orang yang frustasi. Ia merasa benar-benar bosan dengan file-file yang terhampar di atas mejanya. Tidak mudah menjadi kepala bagian marketing, terlebih untuk perempuan, deadline dan target adalah bagian dari hidupnya, setengah bagian yang merenggut hidup.
'Drrrrt Drtttttt...'
Perempuan cantik itu melirik sejenak ponselnya yang tergeletak di samping tangan kanannya. Ia semakin mendesah kesal saat melihat nama orang yang menghubunginya. Dengan pandangan tidak peduli, ia kembali berkutat dengan file-file dihadapannya walau ia sudah sangat muak.
'Drrrrt Drtttttt...'
Sekali lagi, panggilan itu mengganggu atau lebih tepatnya mengusik perempuan cantik ini. Ia sudah sangat penat dengan pekerjaannya, dan ia berharap orang yang memanggilnya itu tidak menambah sesak harinya dengan remeh-temeh yang menurutnya tidak penting. Sekali lagi, ia mengabaikan panggilan di ponselnya.
'Drrrrt Drtttttt...'
Tiga kali. Tiga kali sudah panggilan itu ditujukan untuk dirinya. Akhirnya kesabaran itu runtuh juga. Dengan gerakan cepat dan sangat tergesa-gesa, ia menyambar ponselnya dengan tidak sabaran.
"Apa? Apa maumu kali ini, hah?" Perempuan cantik itu langsung mencecar tanpa ampun saat ia sudah menekal tombol dial untuk menjawab telepon dari orang diseberang sana.
"Tenanglah Sungkyung noona sayang... Aku tahu kau sedang penat, maka dari itu aku menghubungimu untuk sekedar menghiburmu" Suara diseberang terdengar lebih tenang namun ia juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya karena perempuan yang dipanggil Sungkyung itu langsung memarahinya tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Apa yang kau maksud dengan menghibur Nam Joohyuk? Aku sangat lelah, kau tahu itu bukan?" Suara Sungkyung mulai normal dan diseberang sana, Joohyuk menghela nafas lega karena Sungkyung sudah tidak memarahinya lagi. Namun terbersit rasa sedih di hati Joohyuk ketika berulang kali Sungkyung mengaku jika ia lelah. Jujur, Joohyuk masih bingung dengan arti kata 'lelah' yang Sungkyung maksud. Apakah fisiknya yang lelah? Atau hatinya?
Sudah lima tahun Joohyuk mengenal Sungkyung, namun tetap saja perempuan itu adalah sosok yang rumit dan sulit untuk Joohyuk selami. Dirinya yang tertutup namun sebenarnya memiliki beribu pesona itulah yang membuat Joohyuk penasaran berada didekatnya hingga saat ini. Rasa penasaran itu berubah menjadi nyaman. Seperti anak kecil yang diberi permen, Joohyuk menempel terus pada Sungkyung dan selalu berharap untuk mendapatkan permen darinya setiap hari. Lebih mudah dikatakan bahwa pesona Sungkyung adalah candu bagi seorang Nam Joohyuk. Teriakan, makian atau pukulan sudah seperti menjadi rutinitas wajib yang akan Sungkyung berikan pada Joohyuk jika Sungkyung benar-benar sedang dalam keadaan terparahnya, namun hal itu tidak pernah membuat Joohyuk pergi meninggalkan perempuan yang ia sayangi selama lima tahun ini sampai sekarang. Saat ini dengan mendengar suara Sungkyung sekilas, ia tahu bahwa perempuan cantik ini sedang sedih.
Belum jelas mana yang lebih memusingkan bagi Lee Sungkyung, menjadi kepala bidang marketing atau memiliki kekasih seperti Lee Kwangsoo? Masalah asmaranya yang rumit itu membuat Joohyuk menaruh perhatian yang lebih pada Sungkyung. Ia tidak ingin Sungkyung merasa kurang kasih sayang hanya karena Kwangsoo selalu mengabaikannya. Apakah hubungan untuk jangka waktu yang lama memang membosankan? Sungkyung dan Kwangsoo sudah memasuki masa enam tahun berpacaran. Tidak ada yang berubah dari Sungkyung, ia tetap menyayangi kekasihnya itu. Lain halnya dengan Kwangsoo yang selalu berubah-ubah setiap tahun. Namun bodohnya, Sungkyung hanya melihat Kwangsoo sampai hari ini tidak peduli bagaimana perlakuan lelaki itu padanya. Dan Joohyuk pun hanya melihat Sungkyung seorang selama lima tahun ini, sama bodohnya seperti Sungkyung yang hanya melihat Kwangsoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You (NamLee)
RomanceSungkyung masih merentangkan tangannya namun ia perpendek, sapuan angin malam itu benar-benar membius Sungkyung. Ia amat menyukai perasaan ini. Joohyuk yang menyadari perubahan suasana hati Sungkyung pun tersenyum kecil dan semakin menambah laju mot...