Satu minggu kemudian...
Satu minggu berlalu, satu minggu pula Bella dan Juna tidak bertemu.
Tanpa Bella, Juna merasa kurang lengkap menikmati perpisahan dengan sahabatnya.
Hari ini hari senin, hari dimana seluruh calon mahasiswa dan mahasiswi menjalani MOS pertama diUniversitas Jakarta.
Seluruh calon mahasiswa diwajibkan mengenakan seragam celana hitam dan kemeja putih serta topi caping dan kertas bertuliskan nama masing-masing calon mahasiswa.
Sedangkan calon mahasiswi juga hampir sama dengan mahasiswa, hanya pembedanya, perempuan harus mengenakan rok dan rambut diikat 2.
Vania, Nana, Bima dan Nathan sedang berkumpul diaula bersama dengan calon mahasiswa dan mahasiswi lainnya untuk mendapatkan arahan dari anggota OSIS.
"Bella nggak gabung lagi?" tanya Nana yang dibalas gelengan kepala oleh Vania.
"Dimana sih Bella. Aku khawatir sama kamu, Bel." lirih Vania mencemaskan keadaan sahabatnya itu.
"Test test, cek 1 2 3 test test" terdengar suara MC mencoba mikrofon yang akan digunakan untuk membawakan acara hari ini.
"Oke, selamat pagi semuanya." sapa seorang mahasiswa berkulit putih menggunakan jas biru donker.
"Pagi, kak." jawab semua calon mahasiswa serempak.
"Sebelum acaranya dimulai. Mari kita kenalan dulu. Katanya tak kenal maka tak sayang kan? Makanya kenalan dulu yuk." canda sang MC dengan senyuman yang khas.
"Hai semua, kenalin nama gue Aldo, gue anak Fakultas Ekonomi D3 Akuntansi. Gue ketua OSIS di Universitas ini" sapa mahasiswa yang diketahui bernama Aldo itu.
"Kenalin nama gue Dika, gue anak Fakultas Ekonomi juga, bedanya gue D3 Sekretaris. Gue wakilnya Aldo, wakil ketos." sambung mahasiswa yang berdiri disamping kanan Aldo.
"Hai semuanya, gue Rahma, dari Fakultas Teknik D3 Tata Busana." sapa mahasiswi disamping kiri Aldo.
Setelah semua anggota Osis memperkenalkan diri, barulah acara MOS dimulai.
"Oke nggak usah nunggu lama lagi, acara MOS pemyambutan calon mahasiswa dan mahasiswi Universitas Jakarta, dimulai." ucap Aldo dengan penuh semarak.
Semua yang berada diaula bertepuk tangan meriah menyambut acara yang akan dilaksanakan.
Kegiatan MOS dilakukan dengan penuh hikmat dan seru. Calon mahasiswa pun menyukai dan menikmatinya.
*
*
*Saat ini peserta MOS sedang melaksanakan istirahat karena sudah waktunya.
Nathan and the geng langsung berkumpul untuk menikmati makan siang bersama sama.
"Acaranya seru juga ya ternyata." puji Bima memakan kentang gorengnya.
"Iya aku pikir kita anak baru bakal ada acara diinjak dan ditindas." tambah Vania."Lo tenang aja, Van. Kalau ada penindasan, gue bakal ngebelain lo. Gue bakal belain orang yang kena tidas disini." ujar Nathan berlaga seperti orang yang sedang berpidato.
"Juna gimana nasibnya." tanya Nathan.
"Katanya dia lagi ngurus surat-surat gitu buat kepindahannya." jawab Bima. Nana jadi teringat Bella yang kecewanya bukan main."Setelah acara kita selesai, kerumah Bella yuk." ajak Vania. Semuanya pun mengangguk serempak menyetujui. Dan melanjutkan makan siang mereka dengan nikmat dan hening.
Setelah selesai makan, Vania pamit ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah makan.
Saat berjalan, Vania tidak sengaja menabrak seorang mahasiswa baru seangkatannya.
"Aww!! Sakit! Bego banget sih lo!" pekiknya.
"Maaf maaf, aku nggak sengaja." sesal Vania menunduk membantu mengulurkan tangannya, tetapi langsung dihempaskan kasar."Nggak usah bantuin gue! Gue bisa berdiri sendiri!" gertak gadis yang ditabrak Vania.
Setelah gadis itu berdiri, ia langsung mengamati Vania, dari atas hingga ujung kaki.
"Lo-- yang nabrak gue sama temen lo yang songong itukan?!" tanya gadis itu meninggi.
"Cewek ini yang meluk Nathan waktu itu." gumam Vania dalam hati.
"Kamu Sandra kan?" tanya Vania menatap gadis yanh diyakininya bernama Sandra.
"Iya gue Sandra kenapa emang?" tantang Sandra.
"Aku tegesin sama kamu. Jangan dekatin Nathan. Sekarang dia pacar aku, punyaku. Dan kamu nggak ada hak lagi buag deketin dia, ngerti?" ucap Vania lantang dalam satu helaan nafas.
Sandra melebarkan kedua matanya terkejut mendengar penuturan Vania.
"Lo? Ceweknya Nathan??" pekik Sandra lagi. Vania mengangguk."Gue nggak percaya lo ceweknya Nathan. Secara mana mau Nathan sama lo? Cewek aneh dan idiot lembek kayak lo. Ck bukan tipe Nathan banget." cibir Sandra merendahkan Vania.
"Terserah apa katamu yang jelas aku tegasin jangan deketin Nathan karena dia udah punya aku." lantang Vania lagi lalu berjalan menuju toilet.
*
*
*Setelah Vania selesai dengan urusan toiletnya, ia langsung berjalan menghampiri teman-temannya.
Bruk!
"Ah maaf kak maaf saya nggak sengaja." cecar Vania menabrak tubuh seorang mahasiswa yang sepertinya kakak kelasnya, karena memakai jas biru muda.
"Iya nggak papa. Lain kali kalau jalan ati-ati, kalau nabrak preman kan nggak lucu." goda Aldo.
Iya, yang Vania tabrak tadi adalah Aldo, ketua Osis serta anak Fakultas Ekonomi D3 Akuntansi.
"Lo peserta MOS kan?" Vania mengangguk takut.
"Nggak usah takut gitu, gue nggak bakalan ngapa-ngapain lo kok tenang aja. Disini nggak ada yang namanya penindasan." terang Aldo tersenyum.
"Yaudah kak aku pergi dulu, udag ditungguin temen soalnya." pamit Vania sedikit gugup lalu pergi meninggalkan Aldo yang tersenyum melihat tingkahnya.
"Ada ada aja deh" kekeh Aldo lalu berjalan pergi.
*
*
*"Itu Vania." tunjuk Bima dengan dagunya.
Sedaritadi Nathan mencemaskan Vania karena lama ke toilet. Nathan takut terjadi sesuatu dengan Vania, karena Nathan tau Sandra juga mahasiswi disini, itu artinya mereka sekampus.
Nathan takut Sandra berbuat sesuatu pada gadisnya, karena menurut Nathan, Vania itu orangnya lemah jika ditindas oleh orang seperti Sandra.
Vania langsung duduk diikuti Nathan yang menghampirinya.
"Kamu nggak papa kan?" tanya Nathan memegang kedua pipi Vania.Vania bingung dengan sikap Nathan setelah ia datang.
"Kamu...kenapa?" tanya Vania.
"Emmm...." jawab Nathan menggantung, Nathan gugup.
"Aku khawatir aja kamu kok lama banget gitu," sambung Nathan dengan cengiran kudanya.
"Aku cerita nggak ya kalau tadi ketemu Sandra? Aku takut Nathan jadi khawatir dan mikir yang nggak-nggak." gumam Vania.
"Kamu kenapa kayak gelisah gitu?" tanya Nathan lagi. Vania menggeleng lemah sambil tersenyum tipis.
"Enggak, aku nggak papa kok." jawab Vania meyakinkan Nathan agar tidak curiga padanya.
"Yaudah setelah ini kita kumpul lagi karena masih ada acara MOS selanjutnya." tutur Bima.
*
*
*Sinar senja t
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan dan Vania[END]
Roman pour AdolescentsDon't judge a book by its cover Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita saya🙏 Cerita kedua sih sebenernya, karena yang pertama "cinta 100 hari" saya berubah pikiran. Akhirnya bikin lagi dan hasilnya ini deh hehehe. Maaf jika ada t...