Sejak itulah, aku telah mengetahuinya. Bahwa sebanding fajar menguatkan cara bersikap melawan diri. Melawan jumud dari segenap manusia sekitar pagi dan bahkan saat matahari meninggi.
Sajak pagi meraung bagai amuk. Mengalami ujaran dan ujian. Kepada manusia sekeliling dan sekonyong. Seperti itulah sifat alami. Manusia merugi iri dengan embun. Cemburu pada kokok ayam. Yang turun dari tengger bergeser ke tepi pagi-yang masih merasakan dingin.
Aku butuh waktu merunut lagi
aku masih saksi pada sirih hidup sendiri
aku merasa berutang pada mereka
aku merasa terbuai
terpecah dan di cerai berai
dari harapan yang telah aku musnahkanAku hanya butuh kau setiap pagi.
Yah! yang jauh lebih memahami, mengakuiku dan melindungi. Dengan duduk dekatku menyeduhkan nilai kebajikan dan ketabahan merawat seintim Tuhan selalu menguji setiap detik. Yah. Bukan hanya kopi. Tapi aku butuh waktu kukenang sejengkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebagian dari keseluruhan
No FicciónPerasaan sepintas dari momen-momen tertentu.