Part 1

55 2 3
                                    

Pencarian Cinta Yang Hilang

Entah diluar sana matahari masih ada diufuk barat atau telah berganti dengan bulan. Lili tidak bisa membedakan antara siang dan malam, tapi pikirannya sudah mulai tidak karuan. Wajar saja, karena sudah lama selang waktu sejak dia mengerjakan shalat Ashar sampai dia berkeliling di salah satu Pusat Perbelanjaan di kota Makassar. Dia terus memandang layar ponselnya, demi memastikan apakah sekarang sudah Adzan Maghrib atau belum.
" kamu kenapa sih Li, gelisah begitu " ucap Rena, salah satu temannya.
" tidak apa-apa kok " dengan cepat Lili memasang wajah berseri demi membuktikan dirinya tidak apa-apa.
" iya, kayak lagu yang ini 'kupunya ragamu tapi tidak hatimu' " ledek Adam, teman Lili yang lain.
"ha ha ha " sambut tawa temannya yang lain.
Lili tertawa tapi tetap saja hatinya tidak tenang. Dia juga bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Tidak biasanya dia merasa tidak senang kalau sedang jalan-jalan sama teman-temannya.
"tenang Li, kalo tidak sekarang nantikan bisa di Jamak saat Isya "
Akhirnya dia bisa jalan-jalan mengelilingi Mall tersebut tanpa gelisah, dia sudah berhasil menenangkan dirinya sendiri.

"Eh gimana kalo kita adu nyali masuk ke Rumah Hantu , daripada kita jalan-jalan tanpa tujuan, masuk toko cuma nyoba , gak beli pula " usul Adam.
" itukan Cuma kamu Dam, ini lihat Aku udah beli Jepit Rambut kok " balas Nadin.
" baru beli jepit rambut aja udah bangga, malu Nad sama semut"
" ih apa sih kamu Dam, ENGGAK NYAMBUNG TAUU"
"Sudah bertengkarnya, tapi boleh juga tuh sarannya Adam, coba kita semua adu nyali masuk ke Rumah Hantu, aku mau liat siapa yang penakut . haha" balas rena.
" gimana, semua setuju ? " Tanya Adam.
" YESSS" semua serentak menjawab. Tak terkecuali Lili juga menjawab dengan semangat.

Dengan semangat mereka menyerbu Mbak penjual tiket masuk ke dalam Rumah Hantu, setelah semua sudah dapat tiket, mereka diminta mengantri di belakang pengunjung lain yang sudah mengantri terlebih dahulu.

"apasih yang mesti ditakuti di dalam sana, kan semuanya juga manusia hanya di make up berbeda kayak hantu supaya menakutkan" gumam Lili dalam hati.

Setelah beberapa menit mengantri, mereka pun akhirnya dapat giliran masuk ke rumah hantu. Walau Adam yang punya ide, tapi tetap saja dia tidak berani berdiri paling depan untuk memimpin teman-temannya. Kemudian Rena, bahkan menatap poster-poster bergambar 'manusia ber make up menor' yang terpampang didinding-dinding Rumah Hantu saja dia tidak berani. Dan Nadin, jangan ditanyakan, Nadin sudah pasti akan menolak untuk berdiri paling depan, Nadin punya riwayat Jantung. Akhirnya, Lili yang meski terlihat santai dan tanpa disadari bulu kuduknya berdiri, maju beberapa langkah dihadapan Adam, memasang wajah tegar tapi tegang dan berkata " Ayo, kita masuk. Orang-orang dibelakang kita sudah menunggu".
" iya, ayo Li " kata Nadin sambil memegang lengan Lili.

Di ruang pertama, Lili membuka tirai dengan pelan, kemudian terdengar sesuatu yang terjatuh kelantai yang 'berhasil' membuat mereka semua terperanjat dan berteriak. Mereka kemudian berjalan untuk membuka tirai selanjutnya. Bau kemenyan yang menyengat mulai menusuk hidung Lili dan teman-temannya. Sampai di tirai kedua, dengan hati-hati Lili membuka tirai tersebut dan mereka disambut para 'suster' yang melantai ( ngesot ). Walau suster tersebut ngesot dilantai, tapi Nadin tetap saja ketakutan sampai penyakitnya pun kambuh. Rena kemudian mengingatkan Nadin untuk beristighfar, begitu pula Adam dan Lili yang juga ikut menenangkan Nadin. Setelah Nadin sudah merasa baikan, mereka melanjutkan perjalanan yang masih dipimpin Lili.

Ditirai ketiga, Adam memberanikan diri untuk membukanya. Setelah dibuka, Adam hampir melompat karena disambut oleh 'nenek-nenek' yang langsung mengarahkan wajahnya ke wajah Adam. Lili sebenarnya takut, tapi dia juga tidak bisa menahan tawanya. Bersamaan dengan Rena, mereka tertawa. Tidak lama, kemudian tirai keempat. Mereka membuka satu persatu tirai, tapi yang didapatkan hanya jalan buntu. Mereka mulai cemas
" dimana tirainya?" Tanya Nadin yang menangis.
" Aku juga tidak tahu " Rena
" ya Allah, aku sudah tidak kuat " Adam
" ayo, kita cari lagi. Mungkin diujung sana. Kan disana belum kita buka" Lili

Mereka berjalan keujung lorong, pelan membuka tirai keempat, yang membuka tentu saja Lili , karena Adam tidak berani lagi membuka tirai. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah kursi bergoyang didepan mereka, kemudian tidak jauh ada wanita yang bergelantungan tanpa alas dibawahnya yang diikat tali dilehernya, dengan lidah yang dijulurkan keluar dan mata membelalak. Akhirnya, karena itu adalah ruangan terakhir, mereka sudah bisa melihat cahaya, sehingga mereka berlarian keluar.

Akan tetapi, Lili menatap sesuatu yang lain. Di sudut ruangan, disana ada tempat tidur yang diatasnya sesuatu yang terbungkus kain kafan yang ukurannya seperti manusia dewasa. Akhirnya, pandangan Lili kabur kemudian gelap dan terjatuh kelantai.


Pencarian Cinta Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang