Tweeëntwintig

710 97 17
                                    

Daniel mengerling heran ke arah orang yang tiba-tiba saja memotong pembicaraannya dan si mantan. Lelaki itu berpakain super klimis dengan jas dan sepatu mengilap membuah Daniel gerah sendiri melihatnya.

Baru saja Daniel mau mengusir orang itu, Jihoon bereaksi duluan. "Tuan Bae???? Ngapain lu disini????"

Daniel kaget ternyata orang yang baru mau dia amuk itu ternyata calon mantan mertua nya. Daniel menatap Jihoon dengan tatapan, mantan bapak lu????

Jihoon membalas dengan anggukan kecil.

"Tuan Bae, kalo gue boleh tau, ngga ngga ngga gue emang harus tau! Lu ngapain disini???" Jihoon menatap penuh kecurigaan padanya.

Pengacara bukanlah tugas yang gampang, jadi tidak mungkin kan kalau Tuan Bae kebetulan sedang senggang, lalu memutuskan untuk bersantai sejenak di café, dan tidak sengaja bertemu Jihoon???

"Seperti biasa, insting anda tajam ya, Park Jihoon. Iya saya memang mengikuti anda."

Jihoon menggebrak meja. Dia tidak pernah suka jika diikuti atau bahkan dikawal kemana-mana. Dia merasa tidak bebas karenanya.

"Lu nguntit gue???" Jihoon melotot tajam ke arah Tuan Bae yang masih berdiri dengan senyum teduhnya.

Tuan Bae melambai-lambaikan tangannya. "Anda lucu, ya. Of course no, son. Saya tidak sesenggang itu hingga memiliki begitu banyaknya waktu hanya untut menguntit anda. Saya hanya heran ketika tiba-tiba GPS menunjukkan lokasi anda di café padahal anda bukan tipe anak yang hobi nongki nongki."

Jihoon makin kaget ketika mendengar pernyataan dari oom satu itu. "GPS???? Wait... Jangan bilang kalo lu--"

"Iya." Mungkin memang hobi orang satu ini memotong omongan lawan bicaranya ya, karena lagi-lagi ia langsung bicara bahkan sebelum Jihoon menyelesaikan kalimatnya. "Iya, saya memang memasang alat pelacak di handphone anda. Haha."

Kalau saja. Kalau saja orang yang ada di depannya ini bukan mantan ayahnya, mungkin sudah Jihoon tabok bolak-balik kiri-kanan atas-bawah dia.

Sementara Daniel masih terduduk dengan ekspresi bego di kursinya. "Tunggu dulu, yang nyuruh gue jadi guru BK tantenya Jihoon??? Lah bukannya--"

Lagi. Tuan Bae memotong ucapan Daniel. "Enggak. Saya hanya bercanda kok."

Sekarang Jihoon ikut berekspresi bodoh di tempat duduknya. Percakapan mereka semakin tidak tentu arah, jadi sebenarnya siapa yang menyuruh Daniel menjadi guru BK.

Daniel mengacak rambutnya frustasi. "Ah! Pantesan gue bingung! Canda doang elah! Jadi gini, denger ya, Hoon!"

Daniel menarik dagu Jihoon hingga mata mereka berjumpa. "Yang nyuruh gue buat jadi guru BK itu--"

"Ibunda anda." Tuan Bae memotong ucapan Daniel untuk kesekian kalinya. Ingin sekali rasanya Daniel membakar orang itu di tempat.

Jihoon membelalakkan matanya tidak percaya.

"Jadi dia yang nyuruh lu buat mainin perasaan gue gitu???"

Daniel gemas dengan keluguan bocah di depannya ini. "Ya bukan gitu maksudnya, say,,,, sayurrrr,,, ibu lo nyuruh gue buat jagain lo gitu."

[✔] [i] [Park Jihoon] || CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang