puisi Puisi Perjuangan atas ketidakadilan dan rakyat yang tertindas. kumpulan puisi perjuangan karya Wiji Thukul ini terus terang membuat saya merinding dan bergetar. Kata-katanya mengalir dengan jelas dan lugas, tanpa perlu mnegernyitkan dahi untuk memahami puisinya. Kata-kata yang jujur tanpa polesan kosmetik dan terbebas dari teori-teori puitis.
Setelah searching di google akhirnya, saya menemukan beberapa puisi lagi selain yang tersimpan di buku saya. Nah, di sini saya akan berbagi kepada sobat semua. Sumpah, setiap kali membaca puisi-puisi karya Wiji Thukul ini, saya selalu merinding....
BUNGA DAN TEMBOK
seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak kaukehendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah
seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak kaukehendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi
seumpama bunga
kami adalah bunga yang dirontokkan di bumi kami sendiri
jika kami bunga
engkau adalah tembok
tapi di tubuh tembok itu telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan: engkau harus hancur!
dalam keyakinan kami
di mana pun - tirani harus tumbang!
Solo, '87 - '88
Tanpa Judul
kuterima kabar dari kampung
rumahku kalian geledah
buku-bukuku kalian jarah
tapi aku ucapkan banyak terima kasih
karena kalian telah memperkenalkan
sendiri pada anak-anakku
kalian telah mengajar anak-anakku
membentuk makna kata penindasan
sejak dini
ini tak diajarkan di sekolahan
tapi rezim sekarang ini memperkenalkan
kepada semua kita
setiap hari di mana-mana
sambil nenteng-nenteng senapan
kekejaman kalian
adalah bukti pelajaran
yang tidak pernah ditulis Indonesia,
11 agustus 96
SAJAK SUARA
sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok