Bella masih memeluk erat Juna, air matanya pun masih mengalir deras mengingat Juna yang lusa akan pergi meninggalkannya.
Juna mengusap punggung dan kepala Bella lembut. Dalam hati Juna juga tidak rela meninggalkan Bella dan teman-teman lainnya.
"Bell." panggil Juna.
Bella hanya berdehem dan mengeratkan pelukannya."Kenapa sih lo baru suka sama gue pas gue udah mau pergi." tanya Juna tersenyum samar.
"Ma-maksudnya?" tanya Bella.
"Kalau daridulu lo suka sama gue, udah gue pacarin dari dulu kalik." goda Juna terkekeh.
Bella memukul pelan dada bidang Juna, Juna meringis.
"Lo tuh ya, gue masih sedih malah lo bercandain." gerutu Bella."Udah dong, jangan nangis lagi. Gue nggak lama kok. Setelah lulus gue janji bakal lamgsung kesini." janji Juna.
Bella menggeleng kuat menatap Juna. Sedangkan Juna semakin perih hatinya dan tidak kuat jauh dari Bella.
"Udah malem. Gue balik dulu ya. Jangan kaya kemarin lagi. Jangan galau lagi. Kasihan elonya." pamit Juna.
"Atau mau gue ajak jalan jalan dulu sebelum gue pergi?" Bella mengangguk.
"Okey. Tapi sekarang lo tidur. Hapus air mata lo yang berharga itu. Harusnya dia keluar saat lo bahagia, bukan derita. Lo nggak pantes menderita." tutur Juna menunjuk matanya.
"Janji besok ajak gue jalan jalan?" tanya Bella memastikan. Juna mengangguk mantap.
"Janji." jawabnya tersenyum simpul.
Juna langsung pulang kerumahnya dengan perasaan yang sedikit lega karena Bella sudah lebih baik dari kemarin yang murung dan mengunci diri dikamarnya.
Mungkin harus sabar menghadapi Bella yang terlihat seperti anak-anak yang merengek. Tetapi Juna suka sifat Bella. Juna suka Bella yang manja.
🌸🌸🌸
Paginya seperti biasa Vania dan teman-temannya sedang bersiap akan berangkat kekampus. Karena hari ini terakhir calon mahasiswa dan mahasiswi mengikuti MOS.
Sesampainya dikampus, mereka berkumpul diaula seperti biasa. Dan dimulai oleh Aldo, sang ketua OSIS serta Dika sang wakilnya.
"Oke, selanjutnya karena ini hari terakhir kalian MOS, gue pengen kalian menulis sesuatu." pinta Aldo.
"Apa tuh kak?" tanya Dika yang berpura-pura bertanya, kepo.
"Gue pengen kalian nulis pesan dan kesan selama kalian ikutin MOS disini serta pesan dan kesan kalian selama kita membimbing kalian itu gimana." Aldo menjelaskan.
"Paham nggak nih adik-adik?" tanya Dika menimpali.
"Paham, Kak." jawab para calon serempak.
"Oke, waktunya cuman 10 menit buat kalian nulis itu semua, setelah itu kumpulin dikardus yang udah disiapin sama kak Rahma, ok?" tutur Aldo.
"Baik, Kak." jawab adik-adik serempak.
"Gue nulis apaan ya?" tanya Bima menggaruk pelipisnya bingung.
"Gue juga bingung mau nulis apaan. Masalahnya itu rasanya biasa aja. Nggak ada yang berkesan gitu." sambung Nana.Nathan Vania langsung mengambil sebuah kertas sobekan tengah lalu menuliskan sesuatu didalamnya dengan bolpoin boxi.
"Kamu nulis apaan, Van?" tanya Nathan kepo melihat Vania sibuk sendiri dengan urusannya.
"Ya nulis tadi lah, apa lagi?" jawab Vania ketus.
"Ketus amat sih sama pacarnya." gerutu Nathan mengerucutkan bibirnya. Sedangkan Vania ia mengabaikan Nathan yang cemberut karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan dan Vania[END]
Teen FictionDon't judge a book by its cover Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita saya🙏 Cerita kedua sih sebenernya, karena yang pertama "cinta 100 hari" saya berubah pikiran. Akhirnya bikin lagi dan hasilnya ini deh hehehe. Maaf jika ada t...