3. Confession

784 80 8
                                    


Jimin tersenyum ketika Gyuri berjalan ke arah pintu, mendekatinya, sembari memeluk beberapa buku yang harus dia kumpulkan di ruang dosen.

"Kau bilang aku harus mengganti warna rambutku?" Jimin balik bertanya, terlihat senyum jahit menggembang diwajahnya. Gyuri mendengus pelan kemudian berjalan ke luar ruangan yang lalu diikuti oleh Jimin.

"Biar kubawa." Jimin mengatakannya bersamaan dengan merebut buku-buku yang ada ditangan Gyuri. Gyuri tidak menolaknya dan dia tidak bisa menghindari senyum tipis yang merekah dibibirnya. Jimin selalu punya cara untuk membuat Gyuri terpesona.

Jimin menunggu Gyuri untuk menulis sebuah memo dan meletakkannya disalah satu meja dosen. Gyuri memberi isyarat untuk segera keluar ruangan setelah dia selesai dengan urusannya, Jimin mengikutinya.

"Hei.. Hmm.. Kau mau kemana setelah ini?" Tanya Jimin sedikit ragu, Gyuri menoleh sekilas ke arah Jimin sembari mengerutkan keningnya, curiga.

"Pulang." Jawabnya dingin, Jimin hanya mengangguk mendengarnya. "Kenapa?" Gyuri segera bertanya.

"Aku antar kau pulang." Jimin tersenyum kikuk. Gyuri berusaha untuk tidak melihat Jimin, tidak ingin Jimin menyadari perbuahan ekspresi pada dirinya. Sial, kenapa tiba-tiba Gyuri merasa jantungnya berdetak lebih keras? Sial, kenapa Jimin terus tersenyum?

"Bagaimana?" Jimin mencoba untuk menatap mata Gyuri, yang berhasil dihindari dengan baik oleh Gyuri.

"Hmm." Gumam Gyuri sembari mengangguk, Jimin tersenyum lepas.

Entahlah, Gyuri berusaha untuk tetap tenang. Kenyataan perubahan sikap Jimin benar-benar membuatnya tidak berhenti berpikir. Sebelumnya, Jimin selalu mengeluh jika Gyuri memintanya untuk melakukan sesuatu –yah meskipun Gyuri sadar itu juga karena perilakunya yang jauh dari kata baik –tapi ayolah, Jimin menjadi sedikit lebih perhatian padanya.

Gyuri berusaha berpikir bahwa hal seperti ini pasti sering Jimin lakukan. Jimin tau bagaimana cara mempermainkan perasaan orang, mengerti bagaimana cara membuat orang terus memikirkannya.

Pasti bukan hanya aku yang Jimin perlakukan seperti ini.

Kalimat itu terus Gyuri ulang dalam otaknya, berusaha membuat dirinya tetap waras karena semua perlakuan manis Jimin padanya.

Sejak sore itu, dimana untuk pertama kalinya Jimin yang tiba-tiba menemuinya di kelas Gyuri dan kemudian menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, hal itu terus terjadi dikemudian hari. Satu hal lagi yang perlu kalian tahu, Gyuri tidak punya alasan untuk menolak Jimin. Jauh dalam hati kecilnya justru berharap Jimin terus melakukannya. Bahkan Gyuri beberapa kali menolak Suga ketika dia mengajak Gyuri pulang bersama seperti biasanya.

"Aku masih ada urusan, kau pulang dulu saja ya." Alasan sama yang selalu Gyuri gunakan ketika Suga mengajaknya pulang bersama.

***

Jimin tengah berbaring di tempat tidurnya, matanya menolak untuk terpejam meskipun waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Kemudian Jimin memilih untuk memainkan ponselnya, berharap kantuk segera mendatanginya dan membuatnya segera tertidur.

Tapi tetap saja, ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa tertidur.

Tentu saja, pikirannya terus memaksa untuk mengulangi setiap momentnya bersama Gyuri.

Jimin rasa sudah memiliki waktu yang cukup untuk mendekati Gyuri, meskipun Jimin masih tidak tahu bagaimana perasaan gadis itu terhadapnya. Jimin selalu berusaha untuk menunjukkan ketertarikan dan perhatiannya pada Gyuri, dan menurut Jimin itu sudah cukup untuk membuat Gyuri tau. Masalahnya, Gyuri masih bersikap seperti biasanya.

MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang