--
Musim penghujan telah tiba dan aku benci. Benci dengan gemericiknya yang mengenai sepatuku kala hujan datang saat waktu berangkat sekolah tiba. Hei, siapa coba yang tidak akan benci akan hal itu, bayangkan ketika kamu sudah rapi, kece badai, lalu hujan mengacaukan segalanya. Terbayang bagaimana kesalnya 'kan? Oh, tentu itu akan membuat mood langsung memburuk. Seorang cewek famous seantero sekolah sepertiku mana bisa datang ke sekolah dengan keadaan yang tidak menawan. Bisa-bisa para cewek yang biasanya sirik bakalan langsung nyinyir tidak karuan.
Siapa sih di sekolah yang tidak mengenal seorang Karunia Putri Hartawan. Ya, itu namaku dan harus kalian akui jika aku memang seorang gadis berusia enam belas tahun yang cukup populer dikalangan sekolah. Aku bukannya ingin memuji diri sendiri, tapi tidak bisa dipungkiri jika rambut panjang yang terurai lurus alami, mata bulat hitam nan bening, hidung mancung, dan tinggi tubuh dengan berat badan yang ideal menjadi faktor utama kepopuleran diriku. Tidak sedikit cowok di sekolah yang memuja kecantikanku dan mendaftar jadi pacarku. Ya, wajar saja sih. Haha.
Oke, apa yang aku katakan diawal cerita kini benar terjadi. Mendung yang menggantung sejak dini hari akhirnya menurunkan rintiknya jua. Sial. Aku yang baru saja ingin membuka mulut untuk sarapan seketika hilang selera. Ayah yang terburu-buru untuk menyiapkan meeting-nya pagi ini sudah berangkat sejak aku baru saja terlepas dari belenggu mimpi. Belenggu mimpinya si pangeran playboy Raja Dirgantara Mahesa. Ah, jadi ingat playboy cap receh itu lagi. Sudah cukup menyiksa dalam mimpi semalam.
Sedikit cerita tentang Raja. Aargh, memanggil namanya saja sudah buat hati nyelekit sakit. Apalagi menceritakannya, tapi mulut rasanya gatal kalau terus memendam kesal. Berawal sejak masuk ke sekolah SMA CITRA GARUDA. Berawal sejak aku dinobatkan menjadi salah satu cewek pemes di sekolah. Berawal sejak aku bergabung dengan geng 'PECAWAN', kumpulan cewek-cewek pemes, cantik, dan menawan. Raja adalah kakak kelas. Sebagai ketua tim basket inti sekolah dia menjadi cowok yang paling diidolakan. Dengan tampang titisan setengah Nicholas Saputra setengah Jefri Nichol yang terkesan dingin-dingin bangsat itu menjadikannya idaman bagi para cewek-cewek di sekolah. Termasuk para PECAWAN. Termasuk aku. Termasuk penyesalanku.
Awal perkenalan mana tahu aku kalau Raja adalah seorang player. Yah, you know-lah siapa sih yang tidak senang didekati cowok idola. Apalagi jika aku bersanding sama dia bakalan jadi best couple visualnya SMA CITRA GARUDA. Jelas cantik sama ganteng. Cocok. Dapat mengalahkan pesaing lainnya juga adalah kebanggaan tersendiri. Apalagi tidak perlu pakai susah-susah kedip-kedip mata dan tebar pesona untuk menarik perhatiannya. Hanya berdiam diri dengan gaya elegan saja Raja sudah datang dengan sendirinya.
Pendekatan dimulai Raja dengan mengajak berkenalan langsung saat aku selesai ekskul drama. Oh ya, hidup ini penuh drama makanya aku mengikuti ekskul drama. Jadi Queen of Drama kalau perlu. Datanglah Raja menghampiriku, berpasang-pasang mata anggota ekskul drama yang melihat langsung merubah pose menjadi sok cantik, sok imut, dan sok kecentilan. Termasuk aku. Yaialah, mana aku tahu pangeran sekolah itu mau menemuiku. Langkah gagahnya yang semakin dekat semakin membuat dada berlonjak naik turun.Deg-degan. Salah tingkah. OMG...saat Raja berdiri di hadapanku tangan rasanya kaku, lidah rasanya kelu. Mau teriak sambil remas-remas muka gantengnya yang sok cool itu, tapi siapa aku. Jadilah aku si kaku yang hanya bisa menarik sudut-sudut bibir setipis mungkin. Trik jual mahal andalan.
Perkenalanku dengan Raja banyak membuat patah hati satu sekolah. Dalam hati aku berbangga hati, melirik ke sekelilingku dengan cengiran puas. Kalian tahu betapa singkatnya pendekatan Raja sampai membuatku mau menjadi pacarnya?
Seminggu.
Iya, seminggu.
Aku tidak mengerti aku yang bodoh atau dia yang terlalu pintar dengan rayuannya. Setelah hari pertama berkenalan aku sudah diantarnya pulang. Hari kedua perkenalan aku sudah dijemputnya di rumah, hari ketiga Raja sudah menggenggam tanganku ketika kami istirahat menuju kantin. Hei, aku bukan murahan. Namanya juga kasmaran. You know-lah anak kids jaman now. Deket sama cowok terpopuler yang diidolakan cewek-cewek sejagad sekolah, siapa yang tidak akan bangga dan gelap mata.
Sial seribu sial. Malang seribu malang. Seminggu pendekatan, seminggu jadian, lantas dia selingkuh. Dengan geng PECAWAN lainnya. Argh, rasanya bukan hancur lagi, tapi lebur jadi butiran embun yang terbiaskan oleh cahaya. Hilang. Lanyap. Tak berbekas.
Hujan yang sedang turun bertambah deras. Mengalirkan kenangan bersama angin yang menikam dingin. Hari di mana aku memutuskan Raja juga sedang turun hujan. Di kantin. Di hadapan banyak orang. Aku memutuskan Raja persis meniru adegan dalam drama korea. Aku hampiri dia yang tengah duduk bersama Gea si gadis penggoda. Tepat di hadapannya aku raih gelas berisi es jeruk yang terdapat di mejanya, entah milik siapa. Suasana sudah menegang. Berpasang-pasang mata menatap ke arah kami. Raja pun sudah ketar-ketir melihat kemarahanku. Detik selanjutnya es jeruk yang aku genggam pun akhirnya...aku minum karena haus. Detik selanjutnya, aku menangis tersedu-sedu sambil berkata putus.
Uh, sial, rasa sakitnya masih berbekas. Padahal sudah tiga hari berlalu. Ternyata kemasan yang bagus belum tentu dalamnya bagus juga. Meski galau, galon (gagal move on), dilema, merana, dan terpuruk. Aku mendapat pelajaran dari cinta yang singkat itu bahwa 'Don't judge a book by its cover'. Ya, setidaknya aku cantik dan tetap menawan. Masih banyak cowok-cowok di belakang yang mengejar-ngejar. Keep positive thinking.
Ah, hujan kian deras. Aku merengek pada Bunda agar diizinkan tidak masuk sekolah. Namun, Bunda malah bilang "kalau wanita yang cantik itu tidak takut kotor". Ahhhh, Bunda korban iklan detergen!
--END--
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't JUDGE a book by its COVER!
Short StoryKetika primadona mendapat cinta yang salah. #AudisiOnlineTheWWG2 by Rainyu