Tidak semua orang mampu untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Mereka lebih memilih diam, memendam semuanya tanpa ada satupun yang tahu apa yang mereka rasakan
***Setelah masa pemulihan pasca operasi, Raisa akhirnya sudah di perbolehkan untuk kembali masuk sekolah, namun di hari pertamanya ini, ia bersih kukuh untuk mengandarai mobilnya ke sekolah, walaupun mamanya sudah melarang. Sedangkan David berangkat menggunakan motor gedenya
Raisa memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah, lalu turun dari dalam mobil dengan tas yang berada di punggunggunya dan juga sebuah paper bag berisi jaket milik Dalvin di genggaman tangan kanannya
Raisa mengeluarkan handphone miliknya dari dalam saku rok seragamnya, guna menghubungi sebuah nomor. Raisa menempelkan handpnone-nya pada telinganya
Pada panggilan pertama, nomor milik Dalvin tidal bisa di hubungi. Namun, Raisa kembali mencoba untuk menghubingi nomor Dalvin. Hingga panggilan kelima, nomor Dalvin tetap tidak bisa di hubungi
Rqisa menyenderkan tubuhnya pada bagian sampimg mobilnya, ia memutuskan untuk menunggu Dalvin hingga ia datang
Detik demi detik berlalu, menit demi menit pun juga telah berlalu. Hampir satu jam Raisa menunggu di parkiran, namun sosok Dalvin tak kunjung terlihat. Raisa melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah pukul 07:00, dan sedetik kemudian, bel masuk pun berbunyi
Raisa membuang napas panjang "dia udah di kelas kali ya?" Tanya Raisa "masuk aja lah, daripada kena hukuman" Raisa melangkahkan kakinya menuju gedung sekolah
***
Sekarang Raisa sudah terduduk di kursinya yang bersebelahan dengan Rayna. Raisa tampak gelisah, ia terus melihat ke arah meja Dalvin, jam dinding yang berada di depan kelas dan juga pintu masuk kelas secara bergantian
Rayna menyentuk lengan Raisa dengan lengannya. Raisa memalingkan wajahnya pada Rayna dengan dahi yang berkerut "hmm?" Gumam Raisa seraya memajukan dagunya
"Lo kenapa?" Tanya Rayna
Raisa menggelengkan kepalanya "gak kenapa-napa"
"L–lo nyari Dalvin ya?" Tanya Rayna, ragu
"Iya. Dia udah pulang dari Kanada atau belum? Kayaknya udah cukup lama dari gue mau operasi".yang Raisa tahu hanyalah Dalvin pergi ke Kanada untuk berlibur dan mengunjungi neneknya di sana tapi, sampai sekarang Raisa tidak mendapat kabar dari Dalvin. Raisa sudah berkali-kali menanyakan tentang Dalvin pada David, tapi jawabannya tetap sama, yaitu Dalvin masih di Kanada
"Dia–" ucapan Rayna di intrupsi oleh suara berat dari pak Irfan, guru matematika yang pernah menghukum Raisa lari mengitari lapangan hingga pingsan, ya walaupun itu tidak sepenuhnya kesalahan pak Irfan, dan dia juga sudah meminta maaf pada Raisa dan juga orangtuanya
"Selamat pagi, anak-anak" sapa pak Irfan
"Selamat pagi, pak" sahut para murid serentak
***
Raisa melangkahkan kakinya menuju perpuatakaan hingga seseorang mengintrupsi langkahnya dengan suara beratnya "Sa" panggil Keenan
Raisa memalingkan wajahnya ke arah Keenan yang sekarang sudah berdiri di sebelah kanannya "ya?"
Keenan menjulurkan tangannya yang terdapat sebuah kunci di sana "ruangan di sudut rooftop, ruangannya Dalvin"
Raisa sempat mengerutkan dahinya dan hendak bertanya pada Keenan, apa maksudnya memberikan kunci tersebut, namun belum sempat Raisa menanyakannya, Keenan sudah pergi duluan
***
Jam istirahat kedua cukup panjang, karena ini waktunya makan siang dan sholat dzuhur. Setelah melaksanakan sholat di masjid yang berada di area sekolah, Raisa langsung menuju tangga yang akan membawanya ke rooftop
Penglihatan Raisa menjelajahi penjuru rooftop hingga tatapannya terhenti pada sebuah pintu yang terlihat usang di sudut rooftop
Raisa mendekati pintu tersebut, ia mengeluarkan kunci dari saku rok seragamnya dan memasukkannya pada lubang kunci yang terdapat pada kenop pintu. Dengan perlahan, Raisa memutar kenop pintu, setelah pintu tersebut benar-benar terbuka, Raisa melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut
Seingat Raisa, ruangan ini adalah sebuah gudang, tapi sepertinya Dalvin telah merombak ruangan ini. Temboknya di cat berwarna putih, ada sebuah meja belajar lengkap dengan lampu belajar di atas meja, ada sebuah TV layar datar lengkap dengan PS yang terletak di bawah meja TV, sofa di depan TV dan yang terakhir, tumblr lamp yang di tempelkan dari sudut dinding ke sudut dinding lainnya dan terdapat foto polaroid yang di gantungkan di sana
Raisa melihat beberapa foto polaroid tersebut, dari foto Dalvin bersama Alya hingga foto Dalvin bersama Keenan dan David tapi, Raisa terhenti pada sebuah foto yang menampilkan sosok Dalvin dan dirinya yang tengah tersenyum ke arah kamera, ya, Raisa ingat, foto itu di ambil saat ia dan Dalvin sedang berada si taman kota saat itu
Di bagian bawah foto tersebut tertulis beberapa kalimat yang di tulis sendiri oleh Dalvin
I didn't know how to loving someone, until I met her
tapi yang paling menarik perhatian Raisa adalah, foto polaroid yang di gantung di sebelah foto Dalvin dan dirinya. Foto tersebut menampilkan foto selfie dengan Dalvin yang tersenyum ke arah kamera dan di belakangnya terdapat Raisa yang tengah tertidur di atas mejanya saat jam istirahat. Raisa tersenyum simpul melihat foto tersebut
Raisa mengeluarkan sebuah pulpen dari saku roknya, lebih tepatnya itu adalah drawing pen yang selalu ia bawa bersama dengan pensil, penghapus dan sketch book miliknya. Raisa menuliskan sesuatu di bagian bawah foto polaroid tersebut
I'm so afraid to fall in love, because I thought love will make me hurt, until I met him, he's changed my opinion about love. Let me be honest, I fall in love with him
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Hurts
Teen Fiction(COMPLETE) (Still revision, so i'm sorry for some chapters that are still weird or something...) I didn't know how to loving someone, until I met her Dalvin Alvaro Smith I'm so afraid to fall in love, because I thought love will make me hurt, until...