Tangan Zahra berkeringat ketika ia duduk di hadapan Bu Ajeng dan Pak Subrata, yang tidak laon adalah kedua orang tua Julian. Ia meneguk ludah dengan kepala tertunduk. Sementara kedua orang tua Julian masih mengamati Zahra dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Kamu kuliah di mana?" Bu Ajeng akhirnya melontarkan sebuah pertanyaan.
"Sa saya... kuliah satu kampus dengan Kak Julian," jawab Zahra yang sedikit terbata-bata.
Pak Subrata menaikkan satu alisnya. "Berarti kamu termasuk anak yang cerdas ya?" Opininya.
"Apa pekerjaan orang tuamu?" tambah Bu Ajeng.
Zahra meneguk ludah, semakin lama ia duduk berhadapan dengan dua orang paruh baya itu, semakin hatinya menciut. Ia pun mengangkat kepalanya lalu melihat ke sekeliling. Megah. Ya, hanya kata itu yang mampu meringkas deskripsi tentang rumah Julian. Betapa tidak? Seluruh ruangan di rumah Zahra bahkan jauh lebih sempit bila di bandingkan ruang tamu Julian. Bila rumah Zahra terbuat dari kayu, rumah Julian terbuat dari batu bata dengan marmer dengan kualitas terbaik. Rumah Julian memang tidak pantas disebut rumah! Rumahnya lebih pantas disebut dengan istana.
"Orang tua saya hanya seorang petani, Bu," jawab Zahra tegas, ia sama sekali tidak malu dengan pekerjaan orang tuanya. Bagi Zahra, apa pun pekerjaan kedua orang tuanya, yang terpenting halal 100%.
Pak Subrata tersenyum sinis sambil menaikkan salah satu ujung bibirnya. Tak ia sangka, putra tunggalnya menyukai gadis biasa yang tak mempunyai apa-apa.
Bu Ajeng menghela napas." Jujur saja ya, Zahra. Saya tidak suka bertele-tele. Kamu jelas tidak pantas untuk anak saya," ucapnya sedikit ketus sembari memandangi pakaian murah yang dikenakan Zahra.
Zahra tercekat. Sudah ia duga akan mendengar hal seperti ini. Tidak ada kata yang mampu ia ucapkan. Ia hanya bisa bungkam tanpa kata.
"Saya heran, sebenarnya apa yang dilihat Julian dari kamu?" tambah Bu Ajeng semakin sinis.
"Seharusnya, kamu tau diri!" imbuh Pak Subrata.
Zahra tertunduk, matanya mulai berkaca-kaca. Ia menggigit bagian bawah bibirnya. Tapi ia menahan air matanya agar tidak tumpah.
"Ini." Bu Ajeng mulai menyodorkan sebuah cek bernilai 50 juta rupiah pada Zahra membuat mata Zahra membulat kaget.
"A... apa ini?" tanya Zahra masih tak mengerti.
"Terima saja. Anggap saja sebagai uang kompensasi."
"Maksud Ibu?"
"Putuskan Julian. Jauhi dia karena dia memang tidak cocok untukmu."
Sudah. Sudah cukup kesabaran Zahra. Ia sudah tidak mampu menahan air matanya lagi. "Anda pikir saya siapa?" tanya Zahra.
Bu Ajeng mengangguk-angguk. "Saya mengerti. Saya mengerti. Pasti uang ini kurang, kan?" Kemudian ia menyodorkan sebuah cek lagi di hadapan Zahra membuat hati Zahra semakin geram.
"Saya memang miskin, Bu. Tapi bukan berarti anda bisa membeli cinta saya," lawan Zahra.
"Sudahlah. Terima saja. Sudah banyak perempuan seperti kamu di kehidupan Julian. Dan pada akhirnya, mereka menerima uang kami lalu pergi. Jangan sampai menyesal selagi kami bersikap baik," kata Pak Subrata dengan santainya.
"Saya tidak butuh uang anda!" ucap Zahra tegas.
"Oooh rupanya kamu pandai menawar ya?" Bu Ajeng mulai menerka.
"Percuma saja berhijab. Tapi sepertinya kamu tidak diajari sopan santun!" imbuh Pak Subrata menaikkan oktaf suaranya.
"Sepertinya, orang tuanya tidak mengajarinya sopan santun, Pa," kata Bu Ajeng setengah berbisik.
"Sudah cukup! Anda boleh saja menghina saya miskin. Anda boleh saja menghina saya sesuka anda! Tapi saya tidak akan terima jika anda menghina orang tua saya." Zahra semakin membela diri.
Bu Ajeng dan Pak Subrata melongo melihat Zahra yang berdiri dengan mata yang berlinang air mata.
"Saya tidak bisa menjauhi Julian. Jika kalian ingin memisahkan kami, silahkan menjauhkannya dari saya karena saya tidak bisa menjauhinya," kata Zahra dengan suara goyah. "Assalamualaikum."
Zahra pun mengangkat tas ranselnya, mengusap air mata, lalu melangkah pergi dari rumah megah yang bahkan serasa tak pantas untuk ia injak. Ia pun pergi dengan luka. Perih. Sejak awal seharusnya ia tahu di mana posisinya. Tak mungkin seorang anak petani menikah dengan anak seorang pengusaha karena hal itu hanya terjadi dalam cerita novel atau drama korea yang kerap ia tonton.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Heart Zahra
SpiritualeBerawal saat Zahra tidak sengaja tertabrak dengan seorang cowok bernama Julian Prasega yang merupakan idola kampus. Tabrakan itu membuat Flash disk penting milik Julian rusak sehingga Julian menuntut Zahra untuk bertanggung jawab atas file-file y...