PERGI LAGI

134 11 0
                                    

PERGI LAGI..

Atris membuka pintu mobil yang awalnya terkunci dan tetap berdiam diri sambil satu tangannya memegang setir dan satunya lagi menghapus darah di bibirnya, arik yang melihat itu tak keluar dan mengeluarkan tisu dari tasnya untuk mengusap darah altris. Tapi tangan altris menepis kasar tangan arik.

"keluar!" ujar altris dengan nada rendah dan matanya terfokus pada jalanan.

"tapi, lo gak keliatan—" altris mendekatkan tubuhnya ke arik dan membuka pintu mobil.

"keluar! Keluar sebelum gue narik lo keluar dari sini" kata altris dengan dinginnya, sontak hal ini membuat hati arik tertusuk begitu saja.

"gue gak mau keluar sbelum—" altris keluar dari mobil dan ia menghampiri sisi mobilnya dan menarik tangan arik secara paksa agar arik keluar.

"altris, dengerin gue—" altris kembali masuk kedalam sebelum mendengar semua penjelasan dari arik. Arik menengok kedalam untuk berusaha meberikan penjelasan tapi mobil altris sudah melaju meninggalkan arik.

"Trisssssss!!!!!!!!" teriak arik dengan kerasnya dipinggir jalan itu, sehingga membuat beberapa pengendara motor menoleh.

Arik pun beranjak untuk masuk ke apartemennya dengan putus asa, beberapa orang yang tengah bersantai sambil menunggu lift terbuka menatap arik yang menangis dengan rambut yang acak-acakkan.

Arik mengabaikan tatapan mengintimidasi mereka dan memilih masuk ke lift ketika lift terbuka, ia memilih berdiri paling belakang agar bisa melanjutkan tangisnya, sesekali satu dua orang menoleh kebelakang untuk melihat arik yang menangis kecil.

Saat sudah sampai dilantai yang dituju, arik langsung berlari menuju kamarnya, dan ketika sudah sampai didalam kamarnya ia menutup pintu dan langsung melempar tasnya ke sofa dan berlari menuju kamar. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menutupi wajahnya dengan guling.

Ia menangis dengan keras saat wajahnya tertupi guling, dengan tujuan ruangan sebelah tidak mendengar ia menangis karena apartemen itu tidak kedap suara. Ia menangis sekeras mungkin, berusaha melepaskan semua bebannya, ia merasakan sakit yang luar biasa, rasa kesal, marah, benci menjadi duri yang menusuk hatinya, sehingga arik bisa merasakan nafasnya tertahan di tenggorokan dan ia bahkan hampir sesak nafas karena menangis terlalu keras dengan menutup wajahnya erat dengan guling.

Ia sesekali mengingat dewa saat dewa menciumnya secara paksa, apalagi ia terlihat begitu menikmatinya, arik bergidik jijik mengingat hal itu. Merasa frustasi arik melemparkan semua bantalnya ke pintu, dan mengacak rambutnya. Lalu ia berjalan keluar kamar menuju dapur dan membuka kulkas untuk mengambil bir yang sudah selalu siap sedia untuk keadaannya seperti ini. Sudah lama dia tidak meminum bir karena dilarang altris, jika ia ketahuan meminum bir altris akan marah besar, dan tidak memberikan ciuman rutin pada arik, hal itu yang membuatnya sempat berhenti meminum minuman beralkohol itu. Tapi tidak untuk saat ini, arik berfikir daripada harus bunuh diri, ia lebih baik meminum bir, setidaknya sehabis meminum itu sekitar 5 sampai 6 gelas ia akan tertidur dan tidak memikirkan apapun.

J J J

Altris membanting pintu mobilnya dan berjalan dengan cepat masuk kedalam rumahnya, ia tahu seharusnya sekarang ia berada di kantor untuk meeting dengan klien dari Bandung, tapi ia sudah terlanjur tidak bisa menahan emosinya, yang ada jika ia kesana meeting dengan kliennya menjadi kacau.

Saat ia masuk kedalam rumah, ia tidak menghampiri ibunya yang sedang asik menonton tv, sehingga sukses membuat ibunya menatapnya sampai punggunya hilang dari balik pintu kamarnya.

ATRAPADO (Belum Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang