Merubah Hati ; Prolog.

31 0 1
                                    

Tubuh pucat dengan surai hitam itu masih tergeletak dengan lemah, bagaikan putri tidur yang telah tenggelam dalam alam mimpinya selama ratusan tahun di dalam sebuah peti mati berwarna putih dengan pahatan kayu berbentuk salib berwarna emas. Di dalam peti mati dengan mayat yang bersih dengan sepasang bibir merah nan tipis itu, kelopak - kelopak bunga mawar merah dan lili putih yang wangi masih segar di dalam kotak itu.

"Aron - hyung," Ucap Jonghyun, dengan mata merahnya menatap dingin seorang pria berpakaian serba hitam dan kalung tasbih rosario di hadapannya. "Harus sampai kapan kita harus saling mencari jawaban hingga terpisah satu sama lain? Berat rasanya kita tinggalkan Minhyun seperti ini, kau tahu?" Lanjutnya dingin, lalu kembali menurunkan pandangannya pada sang mayat laki - laki yang telentang.

"Kita sudah mengetahui jawabannya bukan?" Jawab Aron, yang menggenggam tasbih rosario itu.

"Kau yakin dengan keputusan ini, hyung?" Timpal Baekho dengan hela nafas.

"Kita ini sudah tersiksa dengan realita kita sebagai immortal. Aku tidak mau tersiksa lagi melihat Minhyun - hyung kita tinggalkan seperti ini." Balas Ren, yang paling muda.

"Tidak ada cara lain, satu - satunya jalan adalah membayar nyawa Minhyun dengan menebus dosa kita. Aku sudah menjalani profesi terakhirku melayani gereja sebelum aku pergi kembali kepada kalian." Tukas Aron, melihat mata teman - temannya yang lebih muda.

"Menebus dosa ya...? Sekarang aku berpikir kalau dosa - dosa kita sudah menggunung." Ucap Baekho berdesis pada dirinya sendiri.

"Ini akan jadi sangat sulit, Hyung." Sambung Jonghyun. "Sudah terlalu banyak kekacauan yang kita lakukan."

"Bagaimana caranya, Hyung?" Tanya Ren, lalu kembali menunduk meneteskan airmata. Ren, sang vampir yang paling muda itu selalu tertunduk tak bisa menahan bulir - bulir bening di pipinya setiap ia melihat sang mayat laki - laki itu.

"Sulit memang, kawan - kawan." Ucap sang vampir yang memakai baju pastor gereja itu. Matanya memerah, menenangkan kawan - kawannya termasuk sang leader Jonghyun yang terduduk di kursi jemaat gereja yang paling depan.  Jonghyun terlihat terpuruk, namun seketika mengangkat kepalanya menuju Aron begitu sang vampir tertua itu berkata,

"Tapi sulit bukan berarti tidak mungkin."

"Benar. Kesalahan - kesalahan memang bisa saja dilakukan karena kita adalah 'makhluk', bukan orde absolut seperti Tuhan yang memang sempurna. Namun yang bisa kalian lakukan sebagai 'makhluk' adalah memperbaiki kesalahan dan menjadi yang lebih baik lagi." 

Empat orang vampir itu terkejut. Suara pria siapakah yang menggema di gereja tua bergaya Renaissance Victorian ini? Yang mereka tahu adalah gereja yang mereka pilih jadi titik bertemu mereka berempat ini adalah tempat ini sepi, bahkan mereka tidak tahu jika di tempat ini masih ada orang.

"Siapa di sana?" Ucap Jonghyun lantang. Sang leader berdiri di mode siaganya, merasakan aura keberadaan seseorang.

"Tidak usah bersembunyi." Sindir Baekho yang menghela nafas, menyambung Jonghyun. "Kalau kamu ingin membunuh kami, lakukan saja."

"Kami tidak takut" Sambung Ren. "Keluarlah!"

"Tenang, kawan - kawan. Aku kenal persis ini suara siapa," Ujar Aron yang tersenyum, bahkan tenang - tenang saja.

Aron berjalan menuju titik buta gelap yang berada tak jauh dari altar salib. Begitu ia kembali, seorang pria yang kira - kira tingginya sebaya dengan Aron berada di sebelahnya.

"Teman - teman, perkenalkan, ini temanku dan seniorku di gereja aku sempat tempati dulu, namanya Wonwoo. Pastor, kami tak menyangka Anda akan mengikuti kami sampai ke sini." Tutur Aron sambil memperkenalkan pria itu. Pria itu membungkuk hormat.

"Saya sudah dengar banyak tentang kalian. Saya sebenarnya adalah seorang hunter yang hendak mundur dari tugasku dan mencari penggantiku. Tadinya serikat gereja hendak mengirimku untuk menangkap kalian, namun sepertinya kalian telah berubah. Itu adalah sebuah inisiasi yang bagus." Jelas Pendeta Wonwoo, tersenyum lembut kepada mereka. "Dan sepertinya, aku sudah menemukan penggantiku untukku melepaskan diri dari tugasku ini."

"Maksudmu, Pastor?" Tanya Jonghyun.

"Kalian memiliki sebuah pekerjaan untuk menebus dosa - dosa kalian. Tidak seperti yang lainnya, untuk membayar dosa - dosa kalian dan menukarnya untuk satu nyawa pria ini, ada yang harus kalian kerjakan."

"Katakan kepada kami, Pastor. Kami akan melakukan apapun untuk Minhyun - hyung agar dia kembali bersama kami." Ucap Ren bersimpuh dan memohon.

"Kami bersumpah, kami akan menyelamatkan kawan kami." Lanjut Baekho dengan berat, akhirnya ikut bersimpuh di hadapan pastor itu dan altar gereja.

Mau tidak mau, Jonghyun pun ikut berlutut. Aron yang tersenyum ikut menunduk dan melakukan hal yang sama.

"Kalian berjanji akan menebus dosa - dosa kalian dan menyelamatkan pria ini?" Ucap Pastor Wonwoo sambil lalu menoleh, melihat mayat pria di peti mati putih yang dibuka di sebelahnya.

"Ya, kami berjanji." Jawab keempat orang yang berlutut itu serempak.

"Kalau begitu, mulai hari ini, kalian tidak akan diampuni dan disucikan dari dosa, kecuali kalian akan menjadi ..."

( To Be Continued )

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wherever You At - A NUEST'W FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang