Menjadi sebuah rahasia di dalam setiap tatap
Menafsirkan setiap lembaran dari hayat hidup ini
Membludak kekokohan di balik kelopak mata
Menurunkan segenap kesukaran benih
Tanpa sebuah damba
Tanpa seutas senyum
Tanpa sepucuk harap
Dapatkah aku tegak?
Ornamen dalam kalbu membilah pedang
Tak lagi satu bahkan kini memecah
Siapa lagi yang mampu menatanya?
Apakah harus nyawa yang memperbaikinya?
Aku rasa aksara bahkan waktu telah kewalahan
Letih kian merusak ufuk mimpi dalam jiwa
Buah kejayaan suka tak lagi bergemilang
Menyisakan perih-perih kesedihan
Bisakah aku bangkit?
Harus bisa dan dapat tenggang rasa
Dulu aku punya penyangga
Dahulu aku punya penguat
Bahkan dulu aku punya penyemangat
Tapi kini aku sendirilah yang harus jadi tonggak
Pesan pada DUKA
Segera mungkinlah engkau enyah!
KAMU SEDANG MEMBACA
SASTRA & PUISI
Non-Fiction#342 in Nonfiction Hanya segelintir tulisan yang aku tulis untuk mencurahkan beban